I.Pendahuluan
Landasan Teori
Sebagian besar serangga mempunyai jenis kelamin yang terpisah dengan system reproduksi kompleks. Pada jantan sperma berkembang dalam sepasang testis dan dialirkan sepanjang duktus (saluran) yang melilit-lilit menuju dua vesikula seminalis, tempat sperma akan disimpan. Selama perkawinan sperma diejakulasi ke system reproduksi betina. Pada betina telur berkembang dalam sepasang ovarium dan dialirkan melalui duktus ke vagina, dimana fertilisasi terjadi. Pada banyak spesies sistem reproduksi melipiti spermateka yaitu sebuah kantong tempat sperma disimpan didalamnya selama satu tahun atau lebih.(Campbell.2002:156)
Semua makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menghasilkan organisme baru yang sama dengan dirinya, ini berkaitan dengan reproduksi. Pertumbuhan serangga setelah embrio terdiri atas serangkaian tahapan, dimana serangga mengalami perubahan bentuk dari larva kebentuk dewasa atau imago. Proses yang melibatkan pertumbuhan mengalami serangkaian ganti kulit dan perubahan bentuk dimana ciri-ciri larva hilang dan muncul ciri dewasa.
Seperti pada anthropoda lain, pertumbuhan serangga merupakan serangkaian dari tahap eksdisis (ganti kulit). Disini rangka luar (eksoskeleton) yang kaku tidak dapat merentang, secra periodik dilepaskan dan diganti dengan rangka luar baru yang lebih besar.
Banyak serangga yang mengalami metamorfosis dsisni terdapat sederetan tahap juvenile yang masing-masing memerlukan pembentukan rangka luar baru. Pada beberapa ordo yang lain bentuk dewasa dipisah dari tahap larva oleh bentuk pupa (Kepompong) dan perubahan menjadi bentuk dewasa berlangsung secara tiba-tiba.(Soewolo.1997:376)
Perkembang biakan serangga umumnya secra perkawinan aseksual yang berarti sel telur mengalami perkembangan jika bertemu dengan sperma dari yang jantan. Pada umunya serangga betina bertelur dan serangga tersebut disebut ovipar. Ada juga serangga yang berkembang biak tanpa pembuahan, perkembangan tersebut disebut parthenogenesis, sedangkan perkembang biakan dari satu sel telur menjadi banyak embrio disebut polyembriani.
Bila perkembangbiakan serangga yakni serangga pradewasa yang memperoleh makanan dalam tubuh induknya dan keluar dari tubuh induknya tersebut disebut vivivar. Bila telur menetas dalam tubuh induk dan dilahirkan disebut dengan ovovivivar. Bentuk dan ukuran telur serangga bermacam-macam. Banyak serangga bergani bentuk selama perkembangan pasca embrio, dan instar-instrar yang berbeda tidak semuanya serupa. Perubahan ini disebut metamorfosis. Beberapa serangga mengalami sedikit perubahan bentuk, dan yang muda dan dewasa sangat mirip kecuali mengenai ukuran. Ada tiga tipe metamorfosis pada serangga a) Tidak ada metemorfosis b) metemorfosis sederhana c) metamorfosisi sempurna.(Parto.1992:45)
Perkembangan dari setipa serangga terdiri atas tiga tahap utama embrio, masa belum dewasa, dan masa dewasa. Serangga makan dan tumbuh menyusul penetasan, berganti kulit beberapa waktu sampai tingkat reproduksi dewasa tercapai.(Sunarjo.P.I.1990:147)
II.Pelaksanaan Praktikum
Alat dan Bahan
A.Alat
Media bikan serangga yang sesuai dengan serangga yang akan di biakkan.
B.Bahan
Beberapa pasang serangga
C.Cara Kerja
1. Disiapkan beberapa pasang serangga
2. Dimasukkan kedalam media biakan
3. Diamati perilaku kawin, saca reproduksi dan siklus hidupnya selama ± 5 Bulan.
4. Dicatat hasil dan dibandingkan dengan literature yang ada.
III.Hasil dan pembahasan
A.Hasil
Serangga yang digunakan: Bapak pucung/ Kutu api :Phyrohocori sp
Jumlah serangga yang dimasukkan kedalam medium adalah 6 ekor
Minggu Pertama
Hari Tanggal Pengamatan
Senin 12 Mei 2008 Salah satu serangga mengalami molting/instar
Selasa 13 Mei 2008 Hewan yang mengalami moltingmati
Rabu 14 Mei 2008 Tidak terjadi perubahan apapun
Kamis 15 Mei 2008 3 serangga mengalami molting
Jumat 16 Mei 2008 Ditemukan telur serangga,1 serangga molting
Sabtu 17 Mei 2008 Terjadi molting pada salah satu serangga
Minggu 18 Mei 2008 Terjadi kematian pada serangga yang mengalami molting .
Sisa 3 serangga
Catatan:
1. Rabu 14 Mei 2008 19.00 WIB . Sepasang hewan melakukan perkawinan. Dengan cara menyatukan bagian abdomen selama ±1-2 hari.Perilaku khusus : Jantan (Berukuran kecil) menarik si betina lalu mulai melakukan perkawinan.
2. Serangga senderung hidup berpasang-pasangan pasa satu relung tertentu.
3. Setelah mengalami molting III serangga baru bisa melakukan perkawinan.
4. Setelah Molting III dan melakukan perkawinan serangga mengalami kematian.
5. Telur berjumlah 20 butir dengan posisi menyebar
Minggu Kedua
Hari Tanggal Pengamatan
Senin 19 Mei 2008 Keadaan tetap, telur berwarna putih
Selasa 20 Mei 2008 3 butir telur berubah menjadi abu-abu
Rabu 21 Mei 2008 Tidak ada perubahan
Kamis 22 Mei 2008 3 butir telur abu-abu berubah menjadi warna hitam
Jumat 23 Mei 2008 Tidak ada perubahan
Sabtu 24 Mei 2008 Tidak ada perubahan
Minggu 25 Mei 2008 Tidak ada perubahan
Minggu Ketiga
Hari Tanggal Pengamatan
Senin 26 Mei 2008 Tidak ada perubahan
Selasa 27 Mei 2008 3 Telur menetas (Anakan Berwana Merah keputihan) mirip dewasa.
Rabu 28 Mei 2008 Tidak ada perubahan
Kamis 29 Mei 2008 2 anakan Molting I
Jumat 30 Mei 2008 1 anakan mengalami molting I
Sabtu 31 Mei 2008 Tidak ada perubahan
Minggu 1 Juni 2008 Tidak ada perubahan
Minggu Keempat
Hari Tanggal Pengamatan
Senin 2 Juni 2008 1 Anakan mengalami molting II
Selasa 3 Juni 2008 Tidak ada perubahan
Rabu 4 Juni 2008 Tidak ada perubahan
Kamis 5 Juni 2008 1 anakan Molting I
Jumat 6 Juni 2008 Tidak ada perubahan
Sabtu 7 Juni 2008 Adanya penambahan sampel serangga sebanyak 4 ekor yang semuanya dalam fase dewasa (sudah mengalami molting III)
Minggu 8 Juni 2008 Beberapa serangga mengalami perkawinan
Minggu Kelima
Hari Tanggal Pengamatan
Senin 9 Juni 2008 Tidak ada perubahan
Selasa 10 Juni 2008 Ditemukan telur dengan jumlah ± 50 butir
Rabu 11 Juni 2008 Tidak ada perubahan
Kamis 12 Juni 2008 Tidak ada perubahan
Jumat 13 Juni 2008 3 serangga mengalami kematian
Sabtu 14 Juni 2008 Tidak ada perubahan
Minggu 15 Juni 2008 1 Serangga mengalami molting
Catatan:
1. Telur yang tidak mengalami perubahan warna tidak menetas.
2. Anakan muda berwarna merah keputihan sebelum molting I
3.Setelah molting II anakan berubah menjadi pradewasa yang bersifat steril
4.Setelah molting III pradewasa menjadi dewasa yang fertil
5.Pengamatan molting diketahui dengan melihat sisa molting berupa eksoskeleton yang tertinggal dan adanya perubahan corak warna pada serangga yang diamati.
SIKLUS HIDUP Phyrohocori sp
B.Pembahasan
Pada serangga yang diteliti yaitu Phyrohocori sp ditemukan beberapa perlakuan khusus pada saat ingin melakukan perkawinan yaitu jantan (Berukuran kecil) menarik si betina lalu mulai melakukan perkawinan. Hewan melakukan perkawinan. Dengan cara menyatukan bagian abdomen selama ±1-2 hari.
Pada Phyrohocori sp tidak mengalami metamorfosis yang sempurna karena pada proses metamorfosisnya tidak mengalami fase pupa. Pada Phyrohocori sp hanya mengalami perubahan bentuk tubuh beberapa kali dari pada awal fase telur, warna telur dapat berubah-ubah setelah menetas mengalami III kali molting atau pergantian kulit. Namun setelah melakukan molting ke III, hewan mati. Menurut Sunarjo.P.I.(1990) srangga yang mengalami metamorphose tidak sempurna umumnya bentuk pra dewasa hampir mirip dengan bentuk dewasa, perubahan menyangkut lebar sayap dan ukuran tubuh juga differensiasi organ kelamin. Menurut Praraga (1991)Biasanya spesies serangga yang bentuk mudanya menyerupai dewasa hanya debanya yang muda belum mempunyai sayap, dan sayap tumbuh bertahap. Serangga muda mengalami perubahan secara berangsur-angsur disebut nymfa. Meteamorfose sederhana biasanya disebut juga HETEROMETABOLA atau perubahan yang berbeda, dan yang termasuk golongan ini adalah ordo Ortophera, Isopthtera, Mallophaga, Thysanoptera, Homoptera, Hemiptera dan Anoplera.
Dari litetarur di atas dapat dikatakan bahwa pernyataan yang mengatakan bahwa hewan Phyrohocori sp adalah hewan yang mengalami metamorfosis sederhana karena spesies hewan Phyrohocori sp ini termasuk kedalam ordo hewan HEMIPTERA.
Jumlah telur yang ditemukan pada saat hewan di teliti adalah 20 butir, namun yang dapat menetas hanya 3 butir saja yaitu telur yang mengalami tahap perubahan warna cangkang. Sedangkan telur yang tidak mengalami perubahan cangkang tidak dapat menetas, hal ini dapat dikarenakan telur-telur tersebut tidak dibuahi atau faktor lainnya.
Pada hewan Phyrohocori sp ini awal tahap perkembangan setelah menetas hewan berwarna merah keputihan dan berukuran kecil, setelah itu mengalami molting I dan berubah menjadi hewan pra dewasa yang bersifat steril, setelah molting ke III barulah hewan dapat melakukan perkawinan. Hal ini dikarenakan hewan yang telah mengalami molting ke III ini telah sempurna organ reproduksinya (Parto.1992)
Selain itu menurut sunarjo (1990) serangga tumbuh dan berkembang dengan cara berganti kulit. Pergantian kulit terakhir menghasilkan serangga dewasa yang mampu bereproduksi.
Molting merupakan suatu proses yang komplek. Selama proses molting, sel epidermis mendemonstrasikan kesanggupannya yang mengagumkan dalam kelincahannya melakukan sintesis.Proses yang terjadi saat molting adalah:
1. Apolysis yaitu penarikan epidermis dari permukaan dalam kutikula lama.
2. Pembentukan epikula yaitu dimulai ketika noktah rapat kelihatan pada ujung microvilli yang halus menonjol keluar dari sel epidermis.
3. Pembentukan prokula terjadi dengan pembentukan microfibrilkhitin didalam rongga sub kutikula di bawah inner epikutikula.
4. Ecdysis berlangsung ketika kutikula pecah disepanjang garis tengah punggung dari ecdysial suture. Kulit yang terlepas mengandung epikutikula, dan eksokutikula dan termasuk lipid yang tidak tercerna, protein dan khitin.
5. Pemuaian (ekspansi) dari kutikula baru yang masih lunak, terjadi ketika serangga menelan udara untuk memuaikan dan meratakan permukaan kutikulin.
6. Pengerasan dan perubahan warna menjadi gelap.
7. Pembentukan endokutikula termasuk peletakan lapisan khitin.
Semua makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menghasilkan organisme baru yang sama dengan dirinya, ini berkaitan dengan reproduksi. Pertumbuhan serangga setelah embrio terdiri atas serangkaian tahapan, dimana serangga mengalami perubahan bentuk dari larva kebentuk dewasa atau imago. Proses yang melibatkan pertumbuhan mengalami serangkaian ganti kulit dan perubahan bentuk dimana ciri-ciri larva hilang dan muncul ciri dewasa.
Seperti pada anthropoda lain, pertumbuhan serangga merupakan serangkaian dari tahap eksdisis (ganti kulit). Disini rangka luar (eksoskeleton) yang kaku tidak dapat merentang, secra periodic dilepaskan dan diganti dengan rangka luar baru yang lebih besar.
Banyak serangga yang mengalami metamorfosis dsisni terdapat sederetan tahap juvenile yang masing-masing memerlukan pembentukan rangka luar baru. Pada beberapa ordo yang lain bentuk dewasa dipisah dari tahap larva oleh bentuk pupa (Kepompong) dan perubahan menjadi bentuk dewasa berlangsung secara tiba-tiba.(Soewolo.1997:376)
Sebagian besar serangga mempunyai jenis kelamin yang terpisah dengan system reproduksi kompleks. Pada jantan sperma berkembang dalam sepasang testis dan dialirkan sepanjang duktus (saluran) yang melilit-lilit menuju dua vesikula seminalis, tempat sperma akan disimpan. Selama perkawinan sperma diejakulasi ke system reproduksi betina. Pada betina telur berkembang dalam sepasang ovarium dan dialirkan melalui duktus ke vagina, dimana fertilisasi terjadi. Pada banyak spesies system reproduksi melipiti spermateka yaitu sebuah kantong tempat sperma disimpan didalamnya selama satu tahun atau lebih.(Campbell.2002:156)
Phyrohocori sp adalah hewan yang ovivar, pernyataan ini diambil karena Phyrohocori sp hanya mampu bertelur saja.Menurut Parto (1992) Perkembang biakan serangga umumnya secara perkawinan aseksual yang berarti sel telur mengalami perkembangan jika bertemu dengan sperma dari yang jantan. Pada umunya serangga betina bertelur dan serangga tersebut disebut ovipar. Ada juga serangga yang berkembang biak tanpa pembuahan, perkembangan tersebut disebut parthenogenesis, sedangkan perkembang biakan dari satu sel telur menjadi banyak embrio disebut polyembriani.
Bila perkembangbiakan serangga yakni serangga pradewasa yang memperoleh makanan dalam tubuh induknya dan keluar dari tubuh induknya tersebut disebut vivivar. Bila telur menetas dalam tubuh induk dan dilahirkan disebut dengan ovovivivar. Bentuk dan ukuran telur serangga bermacam-macam. Banyak serangga bergani bentuk selama perkembangan pasca embrio, dan instar-instrar yang berbeda tidak semuanya serupa. Perubahan ini disebut metamorfosis. Beberapa serangga mengalami sedikit perubahan bentuk, dan yang muda dan dewasa sangat mirip kecuali mengenai ukuran. Ada tiga tipe metamorfosis pada serangga a) Tidak ada metemorfosis b) metemorfosis sederhana c) metamorfosisi sempurna.
Koleksi Foto:
Serangga yang mengalami perkawinan.
Perkawinan yang terjadi selama 1-2 hari
Serangga yang mengalami perkawinan adalah 2 pasang, ini terjadi pada tanggal 8 Juni 2008
Ditemukan ±50 butir telur setelah serangga melakukan perkawinan.
Doc: 10 Juni 2008 at : 06.00 Pm
Memory in: 10 Juni 2008
Satu butir Telur se
rangga Phyrohocori sp
Serangga yang mengalami kematian.
Seekor serangga dewasa yang sudah mengalami molting akhir menuju pendewasaan organ reproduksi.
Seekor serangga yang baru menetas. Sebelum molting I.
IV.Penutup
Kesimpulan :
1. Pada serangga yang diteliti yaitu Phyrohocori sp ditemukan beberapa perlakuan khusus pada saat ingin melakukan perkawinan yaitu jantan (Berukuran kecil) menarik si betina lalu mulai melakukan perkawinan. Hewan melakukan perkawinan. Dengan cara menyatukan bagian abdomen selama ±1-2 hari.
2. Pada Phyrohocori sp tidak mengalami metamorfosis yang sempurna karena pada proses metamorfosisnya tidak mengalami fase pupa. Pada Phyrohocori sp hanya mengalami perubahan bentuk tubuh beberapa kali dari pada awal fase telur, warna telur dapat berubah-ubah setelah menetas mengalami III kali molting atau pergantian kulit. Namun setelah melakukan molting ke III, hewan mati.
3. Jumlah telur yang ditemukan pada saat hewan di teliti adalah 20 butir, namun yang dapat menetas hanya 3 butir saja yaitu telur yang mengalami tahap perubahan warna cangkang. Sedangkan telur yang tidak mengalami perubahan cangkang tidak dapat menetas, hal ini dapat dikarenakan telur-telur tersebut tidak dibuahi.
4. Pada hewan Phyrohocori sp ini awal tahap perkembangan setelah menetas hewan berwarna merah keputihan dan berukuran kecil, setelah itu mengalami molting I dan berubah menjadi hewan pra dewasa yang bersifat steril, setelah molting ke III barulah hewan dapat melakukan perkawinan. Hal ini dikarenakan hewan yang telah mengalami molting ke III ini telah sempurna organ reproduksinya.
5. Phyrohocori sp adalah hewan yang ovivar, pernyataan ini diambil karena Phyrohocori sp hanya mampu bertelur saja.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell.2002.Biologi.Erlangga:Jakarta
Parto..1992.Mengenal serangga.Agromedia:Bogor
Praga1991.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya : Jakarta
Soewolo.1997.Fisiologi Hewan. UT: Jakarta
Sunarjo.P.1990. Dasar-dasar Ilmu Serangga.ITB: Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar