Senin, 14 Februari 2011

PENGARUH MEDIA AIR TERHADAP REGENERASI PEREIOPODA (KAKI JALAN) PADA UDANG AIR TAWAR

PENGARUH MEDIA AIR TERHADAP REGENERASI PEREIOPODA (KAKI JALAN) PADA UDANG AIR TAWAR



KARYA ILMIAH

NAMA : ASTUTI WULANDARI
NIM : A1C409052















PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PMIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2010/2011
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iii
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Hipotesis 2
1.4 Tujuan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penelitian 2
II KAJIAN PUSTAKA 4
2.1 Pengertian Regenerasi 4
2.2 Daya Regenerasi 4
2.3 Proses Regenerasi 7
2.4 Faktor Yang Merangsang Terjadinya Regenerasi 9
2.5 Regenerasi Kaki Jalan Udang Air Tawar (Crustacea) 11
III METODE PENELITIAN 18
3.1 Alat dan Bahan 18
3.2 Prosedur Kerja 18
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19
4.1 Hasil 19
4.2 Pembahasan...............................................................................22
V PENUTUP 24
5.1 Kesimpulan 24
5.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 27





DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.......................................................................................................13
Gambar 2.2.......................................................................................................14










































I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Masing-masimg dari mahkluk hidup tersebut akan tumbuh dan berkembang dari bentuk atau sususnan yang sederhana menjadi susunan yang lebih kompleks. Selain memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang mahkluk hidup juga memiliki kemampuan untuk menumbuhkan dan memperbaiki bagian tubuh yang rusak, lepas, terpisah, hilang ataupun mati dengan cara memperbaiki sel, jaringan atau bagian tubuh yang rusak tadi sehingga menjadi individu baru yang lengkap atau kembali seperti semula. Kemampuan tersebut disebut sebagai regenerasi.
Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali. Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Pada mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada penyembuhan luka. Karena masih rendahnya pengetahuan para mahasiswa biologi tentang regenerasi, maka karya ilmiah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui proses dan lama waktu hewan beregenerasi.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka disini ada beberapa masalah yang akan menjadi objek pembahasan dalam karya ilmiah ini, antara lai :
1. Apakah perbedaan media air seperti air sumur dan air hujan dapat berpengaruh dalam proses regenerasi kaki jalan pada udang air tawar?
2. Pada udang tingkat apakah yang paling cepat beregenerasi?
3. Apakah dalam waktu 10 hari udang air tawar dapat beregenerasi sempurna?

I.3 Hipotesis Penelitian
Air sumur sangat berpengaruh dalam proses regenerasi pada kaki jalan udang. Sedangkan udang yang berada di air hujan, proses regenerasinya lambat, karena air hujan tersebut mengandung asam yang bisa membuat udang air tawar tersebut mati.

I.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh air sumur dan air hujan terhadap proses regenerasi kaki jalan pada udang air tawar.
2. Mengetahui tingkatan udang yang paling cepat beregenerasi.
3. Mengetahui lama waktu proses regenerasi kaki jalan pada udang air tawar.

I.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah agar:
1. Dapat mengetahui pengaruh air sumur dan air hujan terhadap proses regenerasi kaki jalan pada udang air tawar.
2. Dapat mengetahui tingkatan udang yang paling cepat beregenerasi .
3. Dapat mengetahui lama waktu proses regenerasi kaki jalan pada udang air tawar.



















II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Regenerasi
Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. Regenerasi dalam biologi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas. Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar ada yang sedang, yang menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang, dan ada yang berat yang menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang. Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi (Balinsky, 1981).

II.2 Daya Regenerasi
Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan ada yang rendah sekali dayanya. Hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasinya belum terungkap secara jelas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna.
Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Vertebrata, dibandingkan dengan Evertebrata, terendah daya regenerasinya. Pada Evertebrata yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Pada vertebrata yaitu Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali. Kelas reptil (diwakili oleh cicak) dan kelas insecta (diwakili oleh kecoa) memiliki daya regenerasi yang rendah, biasanya terbatas pada bagian ekor atau kaki yang lepas atau rusak. Hydra dapat dipotong-potong sampai kecil sekali dan 1/200 bagian dari tubuhnya yang asli dapat beregenerasi jadi individu baru yang utuh. Pada Hydroid polyp, ada proses regenerasi yang terus-menerus, disebut “regenerasi fisiologis”. Tentakel dan dasarnya sekalian pada waktu tertentu dilepaskan, dibuang lalu tumbuh lagi yang baru dari bawah.
Setelah Coelenterata menyusul Platyhelminthes, hewan yang paling tinggi daya regenerasinya. Contoh Planaria yang mampu beregenerasi dari 1/300 fragmen tubuhnya menjadi individu yang utuh. Pada Annelida daya regenerasinya terbatas. Jika tubuh dipotong-potong, setiap potongan dapat tumbuh menjadi individu baru yang utuh, tapi segmennya tidak selengkap semula. Alat genitalia tak ikut beregenerasi. Jika potongan tak mengandung genitalia asli individu baru yang berasal dari situ tak bergenitalia. Hirudinea (pacet dan lintah) tidak beregenerasi. Nematoda juga tidak.
Mollusca dayanya kecil saja. Mata yang lepas asal ada batangnya, masih bisa beregenerasi. Tapi kalau tak ada batang itu, tak mampu. Sebagian kepala atau kaki juga dapat beregenerasi.
Pada Arthropoda terbatas pada anggota. Crustacea tergolong yang tinggi dayanya di dalam phylum ini, baik tingkat larva maupun dewasa. Pada Insecta terbatas pada waktu larva saja. Melepaskan sendiri ruas-ruas kaki biasa pada beberapa laba-laba dan kepiting, untuk melepaskan diri dari tangkapan musuh. Melepaskan bagian tubuh secara natural ini untuk diregenerasi lagi nanti disebut autotomy, artinya memotong-motong diri sendiri. Echinodermata tinggi juga daya regenerasinya. Seekor bintang laut kalau dicincang oleh nelayan lalu dilemparkan lagi ke laut (karena marah dan menganggap saingan mendapat ikan lokan), tiap cincangan kecil dapat lagi tumbuh jadi individu baru. Sedangkan pada Holothuroidea (teripang), sesekali waktu kadang dilepaskan sendiri alat-alat dalam lewat anus keluar, seperti alat pernapasan dan saluran pencernaan. Nanti dapat diganti dengan yang baru.
Di kalangan sub-phylum Vertebrata yang tertinggi daya regenerasinya ialah Urodela. Hewan ini banyak dipakai dalam regenarsi eksperimentil. Anggota tubuh, insang, ekor, rahang, mata, dapat tumbuh kembali kalau lepas atau terpotong. Pada Anura regenerasinya terbatas pada tingkat larva, dan hanya pada anggota dan ekor. Yang dewasa tak bisa beregenerasi sama sekali. Reptilia hanya terbatas pada ekor, yang seperti kepiting juga untuk melepaskan diri dari tanggapan musuh, ekor dibiarkan lepas.
Jadi nampak jelas di sini, kedudukan sistematik tak punya hubungan linier dengan daya regenerasi. Nematoda lebih rendah kedudukan sistematik dari Annelida; begitu juga Pisces terhadap Anura dan Urodela. Tapi kelompok pertama hampir tak ada regenerasinya.Pada Aves, daya regenerasi hanya pada sebagian kecil paruh. Mammalia daya regenerasinya terbatas pada jaringan, tidak sampai tingkat alat. Regenerasi jaringan sering setara dengan penyembuhan luka. Luka di kulit yang besar, jaringan ikat baru agak beda dengan dermis asli, karena banyak sekali kolagennya, disebut parut. Jaringan yang tinggi daya regenerasinya pada Mammalia ialah tulang dan jaringan ikat; disusul oleh otot dan sel hati. Kerusakan atau patahan besar pada tulang dapat dikembalikan seperti asli, terutama pada anggota. Setiap celah yang terbentuk oleh trauma (benturan) segera diisi jaringan ikat. Jaringan yang tak mampu beregenerasi, seperti otot jantung, di celah yang luka diisi oleh jaringan ikat membentuk parut. Alat dalam dapat beregenerasi. Hati dapat diangkat sebagian dan yang hilang dapat ditumbuhkan kembali, meski tidak seutuh semula. Tendo juga mampu beregenerasi (Balinsky, 1981).

II.3 Proses Regenerasi
Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat menakjubkan hingga dia mencapai dewasa. Proses regenerasi dapat terjadi pada tingkat sel maupun tingkat organ. Regenerasi sel yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak. Sedangkan Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis, jaringan lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae. Sumber sel untuk regenerasi pada reptile berasal dari beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah produksi kolona dan agaknya secara berangsur-angsur menghentikan pertunbuhan struktur tersebut. Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya (Manylov, 1994).

II.4 Faktor Yang Merangsang Terjadinya Regenerasi
Kemampuan untuk melakukan regenerasi dari masing-masing hewan sangat tergantung pada hewan itu sendiri, derajat diferensiasi dari sel-selnya atau stadium ontogenesis yang dialami oleh hewan yang bersangkutan atau faktor-faktor lainnya. Kemampuan regenerasi tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana hewan itu berada.
Laju kecepatan regenerasi secara alami dipengaruhi atau sangat tergantung pada suhu lingkungan, seperti halnya yang terjadi pada kebanyakan proses biologi lainnya. Peningkatan suhu sampai ke titik tertentu dapat meningkatkan proses regenerasi. Pada Planaria torva misalnya, regenerasi masih dapat terjadi pada suhu 3ºC. Dari enam individu yang dipelihara pada suhu ini, hanya satu yang mampu beregenerasi dengan membentuk kepala baru yang abnormal, dan matanya baru terbentuk dengan lengkap setelah enam bulan. Regenerasi tercepat terjadi pada suhu 29,7ºC. Pada suhu ini kepala akan terbentuk dalam waktu 4,6 hari. Pada suhu 31,5ºC kepala baru terbentuk 8,5 hari kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa suhu 31,5ºC terlalu tinggi untuk regenerasi. Suhu 32ºC mengakibatkan kematian.
Makanan ternyata tidak terlalu mempengaruhi proses regenerasi. Meskipun seekor hewan sedang berpuasa, ia tetap dapat melakukan regenerasi dengan menggunakan bahan-bahan yang telah ada di dalam tubuhnya sendiri. Pada kasus yang berbeda-beda misalnya tikus dapat melakukan regenerasi hati, salamander meregenerasi kaki-kakinya, hydra atau planaria meregenerasi bagian-bagian tubuhnya yang hilang. Pemuasaan hewan-hewan tersebut tidak menghentikan kegiatan regenerasi yang harus terjadi. Apabila seekor Planaria tidak memperoleh makanan dalam kurun waktu yang lama, hewan itu dapat melakukan metabolisme dari tubuhnya sendiri. Sebagai akibatnya sudah barang tentu hewan itu akan mengalami pengecilan (kurus). Dalam kondisi ini Planaria masih tetap dapat melakukan regenerasi, meskipun ukurannya menjadi jauh lebih kecil.
Sistem saraf tampaknya memiliki pengaruh spesifik terhadap proses regenerasi. Pada amfibia, regenerasi pada tahap awal tidak akan dapat terjadi tanpa kehadiran saraf pada bagian yang luka. Apabila saraf-saraf yang berada pada luka dari kaki kadal air ikut rusak selama pemotongan, maka proses regenerasi akan terhenti, dan blastema mungkin tidak tumbuh atau bahkan mengalami resorpsi. Tampaknya saraf memberi pengaruh pada saat awal regenerasi, dan begitu proses regenerasi mencapai tahap diferensiasi, maka pengaruh saraf tidak diperlukan lagi. Artinya regenerasi berjalan terus meskipun saraf yang ada pada jaringan itu dihilangkan (Balinsky, 1981).

II.5 Regenerasi Kaki Jalan Udang Air Tawar (Crustacea)
Hewan ini pada umumnya hidup di perairan baik di air danau, laut, maupun sungai. Crustacea mempunyai rangka luar dari kitin yang mungkin menjadi keras karena mengandung kapur. Crustacea sering juga disebut hewan bercangkang. Untuk mempelajari macam-macam Crustacea.Crustacea mempunyai dua pasang antena. Pada umumnya, Crustacea mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh. Pada udang dan kepiting terdapat 5 pasang kaki jalan. Kaki selain digunakan untuk berjalan, juga dapat digunakan untuk berenang atau menempel di dasar perairan. Kepala mungkin bergabung dengan dada membentuk kepala-dada atau sefalotoraks. Ukuran Crustacea sangat bervariasi, dari ukuran plankton yang sangat kecil sampai sejenis kepiting (kepiting laba-laba) yang hidup di dasar laut dengan panjang kakinya kira-kira 3,5 m. Udang laut yang sangat besar dapat mencapai berat lebih dari 10 kg.Di alam, Crustacea mempunyai peran yang cukup penting. Sebagian besar zooplankton di laut dan samudra adalah Crustacea. Hewan ini terdapat di laut mulai dari pantai sampai laut yang dalam. Crustacea juga mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting, karena beberapa jenis tertentu merupakan bahan makanan yang baik bagi manusia, yaitu mengandung banyak protein. Selain itu, juga banyak yang hidup sebagai zooplankton yang menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis ikan.
Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air
tawar. Ciri-ciri crustacea adalah sebagai berikut:
 Struktur Tubuh
Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks
(kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior
(ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung
belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
a. Dua pasang antena
b. Satu pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
c. Satu pasang maksilla
d. Satu pasang maksilliped
Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan
menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang
setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau
menempel di dasar perairan.
 Sistem Organ
a. Sistem Pencernaan
Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan.
Alat pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala dada di kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat ekskresi disebut kelenjar hijau yang terletak didalam kepala.
b. Sistem Saraf
Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak
berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst
(alat keseimbangan), dan mata majemuk (facet) yang bertangkai.
c. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka.
Artinya darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak
mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah.

Gambar 2.1 Struktur dalam Crustacea
d. Sistem Pernafasan
Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali
Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh
permukaan tubuhnya.
e. Alat Reproduksi
Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa
Crustacea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan
kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki
kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (di luar tubuh).
Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian
kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan udang
yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang
mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya:
udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang
pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui
proses regenerasi.

Gambar 2.2 Struktur luar Crustacea
Semua golongan arthropoda, termasuk udang mengalami proses pergantian kulit atau molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya bertambah besar. Agar udang bisa tumbuh menjadi besar, secara periodik akan melepaskan jaringan penghubung antara epidermis dan kutikula ekstraseluler, segera melepaskan diri dari kutikula (cangkang), menyerap air untuk memperbesar tubuh dan eksoskeleleton yang baru dan selanjutnya terjadi proses pengerasan dengan mineral-mineral dan protein. Proses molting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan) secara diskontinyu dan secara berkala. Ketika molting, tubuh udang menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuh udang tetap sampai pada siklus molting berikutnya.
Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit luarnya belum mengeras, udang pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.
Ekdisis (proses molting) merupakan suatu rangkaian proses yang sangat kompleks yang dimulai beberapa hari atau bahkan beberapa minggu sebelumnya. Pada dasarnya setiap jaringan terlibat dalam persiapan untuk molting yang akan datang, yaitu :
1. Cadangan lemak dalam jaringan hepatopankreas dimobilisasi.
2. Pembelahan sel meningkat.
3. Diproduksi mRNA yang baru, diikuti oleh sintesis senyawa protein baru.
4. Terjadi perubahan tingkah-laku.
Proses yang rumit ini melibatkan kordinasi sistem hormonal dalam tubuh udang. Siklus molting berlangsung melalui beberapa tahapan. Pada beberapa spesies, masing-masing mempunyai tahapan dan definisi sendiri-sendiri. Pada udang ada 4 tahapan, yaitu:
 Postmolt
Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi (penanggalan eksoskeleton yang lama). Pada tahapan ini terjadi pengembangan eksoskeleton yang disebabkan oleh meningkatnya volume hemolymph akibat terserapnya air ke dalam tubuh. Air terserap melalui epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari (tergantung pada panjangnya siklus molting), eksoskeleton yang baru akan mengeras.
 Intermolt
Pada tahapan ini, eksoskeleton menjadi semakin keras karena adanya deposisi mineral dan protein. Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih tipis dan lunak dibandingkan dengan kepiting dan lobster.
 Early Premolt
Pada tahapan early premolt (premolt awal) mulai terbentuk epicuticle baru di bawah lapisan endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan suatu peningkatan konsentrasi hormon molting dalam hemolymph (darah).
 Late Premolt
Pada tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah lapisan epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt. Kemudian diikuti dengan pemisahan cangkang lama dengan cangkang yang baru terbentuk. Eksoskeleton (cangkang) lama akan terserap sebagian dan cadangan energi dimobilisasi dari hepatopankreas. Ecdysis (pemisahan cangkang) sebagai suatu tahapan hanya berlangsung beberapa menit saja, dimulai dengan membukanya cangkang lama pada jaringan penghubung bagian dorsal antara thorax dengan abdomen, dan selesai ketika udang melepaskan diri dari cangkangnya yang lama. Siklus molting dikendalikan oleh hormon molting yang dihasilkan oleh kelenjar molting yang terdapat di dalam ruang anterior branchium, dan disebut Y – organ (Anonim, 2005).






















III
METODE PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses praktikum ini yaitu :
1. Toples kecil
2. 4 ekor udang air tawar
3. Air hujan
4. Air sumur
5. Makanan udang
6. Penggaris

III.2 Prosedur Kerja
Langkah kerja yang harus dilakukan yaitu :
1. Disediakan 2 buah toples
2. Diisikan air sumur ke toples I dan air hujan ke toples II
3. Dipatahkan salah satu kaki jalan udang pada setiap udang yang akan digunakan
4. Dimasukkan 2 ekor udang ke toples I dan 2 ekor udang ke toples 2
5. Diamati proses regenerasinya setiap hari
6. Dicatat berapa panjang pertumbuhan kakinya setiap hari




IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1 Hasil Penelitian
Hari Panjang kaki sebelum dan sesudah pemotongan (cm) Pertambahan Panjang
(cm)
Pertama
19-12-2010

Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1 cm
Udang B : 1 cm
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,1 cm
Kedua
20-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1 cm
Udang B : 1 cm
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,1 cm
Ketiga
21-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,15 cm
Udang B : 1,14 cm
Keempat
22-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,17 cm
Udang B : 1,16 cm
Kelima
23-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,2 cm
Udang B : 1,19 cm
Keenam
24-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,23 cm
Udang B : 1,21 cm
Ketujuh
25-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,25 cm
Udang B : 1,23 cm
Kedelapan
26-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,26 cm
Udang B : 1,25 cm
Kesembilan
27-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,28 cm
Udang B : 1,27 cm
Kesepuluh
28-12-2010 Dalam air hujan
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,5 cm Udang A : 1 cm
Udang B : 1,5 cm Udang B : 1 cm Dalam air hujan
Udang A : 1,05 cm (mati)
Udang B : 1,04 cm (mati)
Dalam air sumur
Sebelum Sesudah
Udang A : 1,6 cm Udang A : 1,1 cm
Udang B : 1,6 cm Udang B : 1,1 cm Dalam air sumur
Udang A : 1,3 cm
Udang B : 1,29 cm














IV.2 Pembahasan
Udang pada umumnya hidup di perairan baik di air danau, laut, maupun sungai. Udang mempunyai rangka luar dari kitin yang mungkin menjadi keras karena mengandung kapur. Udang sering juga disebut hewan bercangkang.Udang mempunyai dua pasang antena. Pada umumnya, Udang mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh. Pada udang terdapat 5 pasang kaki jalan. Kaki selain digunakan untuk berjalan, juga dapat digunakan untuk berenang atau menempel di dasar perairan. Kepala mungkin bergabung dengan dada membentuk kepala-dada atau sefalotoraks. Ukuran Udang sangat bervariasi, dari ukuran plankton yang sangat kecil sampai sejenis kepiting (kepiting laba-laba) yang hidup di dasar laut dengan panjang kakinya kira-kira 3,5 m. Udang laut yang sangat besar dapat mencapai berat lebih dari 10 kg.
Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian
kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan udang
yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang
mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya:
udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang
pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui
proses regenerasi.
Dari praktikum yang saya lakukan ini, ternyata udang tidak dapat bertahan lama hidup di air hujan dan udang juga tidak mau makan. Pada hari ketiga, udang tersebut mati. Sehingga kaki udang tersebut tidak dapat beregenerasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan air hujan mengandung asam, sehingga udang air tawar tidak bisa hidup di air hujan tersebut. Berbeda dengan udang yang diletakkan di air sumur, udang dapat hidup sehat dan makannya juga banyak. Tetapi faktor banyaknya makanan tidak mempengaruhi dalam proses regenerasi kaki udang. Udang dapat beregenerasi meskipun tanpa diberi makanan. Dari hari ke hari, kaki udang yang patah terus tumbuh atau beregenerasi. Namun, waktu 10 hari tidak cukup bagi udang untuk beregenerasi atau menumbuhkan kembali kakinya yang patah. Karena proses regenerasi udang berlangsung sangat lama. Regenerasi udang dapat berlangsung cepat jika udang di biarkan hidup di alam bebas, sehingga gerak udang tidak terbatas dan mendapatkan suhu yang sesuai.
Selain beregenerasi, udang yang diletakkan pada air sumur juga melakukan ekdisis atau pergantian kulit. Dalam waktu seminggu udang tersebut melakukan pergantian kulit sebanyak 2 kali. Awalnya udang terbaring seperti udang mati, setelah itu kulit beserta kakinya lepas dan muncul kulit dan kakinya yang baru. Setelah pergantian kulit selesai, udang itu masih terdiam dan belum dapat bergerak lincah. Tetapi beberapa lama kemudian udang itu kembali berjalan dengan lincah kesana kemari.









V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini, yaitu :
 Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula.
 Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme.
 Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja.
 Udang mampu melakukan autotomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya: udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita menangkap udang pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui proses regenerasi.
 Udang tidak dapat bertahan lama hidup di air hujan dan udang juga tidak mau makan. Pada hari ketiga, udang tersebut mati. Sehingga kaki udang tersebut tidak dapat beregenerasi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan air hujan mengandung asam, sehingga udang air tawar tidak bisa hidup di air hujan tersebut. Berbeda dengan udang yang diletakkan di air sumur, udang dapat hidup sehat dan makannya juga banyak.
 Udang tergolong yang tinggi dayanya di dalam phylum Arthrophoda, baik tingkat larva maupun dewasa.
 Waktu 10 hari tidak cukup bagi udang untuk beregenerasi dengan sempurna.

V.2 SARAN
Agar regenerasi dapat berlangsung dengan sempurna dan udang dapat bertahan hidup pada praktikum ini, maka disarankan untuk :
 Meletakkan udang air tawar di air tawar, seperti air sumur, air sungai, air kolam, dll.
 Menggunakan udang yang masih bayi atau masih kecil, karena pada saat hewan masih bayi, daya regenerasinya masih tinggi. Meskipun udang dewasa juga mampu beregenerasi.
 Menambah jangka waktu peneletian, hingga udang dapat beregenerasi dengan sempurna.














DAFTAR PUSTAKA

 Anonim.2005.Udang (Crustacea).
 Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia.
 Manylov, O.G.1994. Regeneration in Gastrotricha –I Light Microscopical Observation on The Regeneration in Turbanella sp.St. Petersburg State University. Russia.
 Tjitrosoepomo. 1984. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
 Willis, S. 1983. Biology. Holt Rinehart & Winston Inc, USA.
 Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.













LAMPIRAN
Udang di air sumur
Sebelum beregenerasi Setelah beberapa hari


Udang yang berganti kulit


Udang di air hujan
Sebelum beregenerasi Setelah beberapa hari ( udang mati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar