Senin, 14 Februari 2011

PENGARUH JENIS AIR TERHADAP KECEPATAN REGENERASI CACING PLANARIA

PENGARUH JENIS AIR TERHADAP KECEPATAN REGENERASI CACING PLANARIA
NAMA : SHINTA ANTRIANI
NIM : A1C409063



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PMIPA
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………..IV

BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang…………………………………………………………1
I.2. Rumusan masalah……………………………………………………..2
I.3. Hipotesis penelitian……………………………………………………2
I.4. Tujuan hasil penelitian………………………………………………...3
I.5. Manfaat hasil penelitian……………………………………………….3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian planaria…………………………………………………..4
B. Klasifikasi dan ciri morfologi planaria……………………………...5
C. Ciri-ciri planaria……………………………………………………..9
D. Cara berkembang biak planaria……………………………………10

BAB III. METODE PENELITIAN
III.1. Alat dan bahan………………………………………………………15
III.2. Prosedur kerja………………………………………………………..15
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil…………………………………………………………………17
IV.2. Pembahasan…………………………………………………………18
BAB V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan…………………………………………………………..20
V.2. Saran………………………………………………………………….21
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

ii

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
1. Morfologi planaria………………………………………………….7
2. Pembelahan melintang………………………………………………9
3. Reproduksi aseksual planaria………………………………………10
4. System pencernaan…………………………………………………..11








iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada sungai dapat ditemui hewan dan tumbuhan perairan substrat dasar sungai dan bahan organic yang saling berinteraksi. Jika salah satu factor berubah maka akan mempengaruhi factor yang lain. Salah satu jenis hewan yang dapat ditemui disungai adalah planaria.
Planaria mempunyai relung ekologi diperairan yang mengalir, jenis airnya, serta terlindung oleh pepohonan.Planaria hidup berenang bebas didalam air dan melekat pada suatu objek menggunakan mucus dalam keadaan pasif. Gerakan planaria meluncur dengan ujung anterior kearah depan, planaria memakan hewan-hewan kecil dan bila kelaparan aktif mencari makan dengan berenang bebas didalam air. Planaria berkembangbiak secara aseksual dan seksual.Planaria yang sudah dewasa mempunyai system reproduksi jantan dan betina atau bersifat monoceus.


1
I.2. Rumusan masalah
Pembahasan tentang jenis air dan Pengaruh Terhadap Reproduksi Hewan, dalam karya ilmiah ini akan membahas masalah:
- Bagaimana pengaruh Jenis air terhadap kecepatan regenerasi cacing planaria?
- Bagaimana perubahan bentuk dari cacing planaria pada jenis air yang berbeda?
- Berapa lama daya tahan tubuh cacing planaria pada jenis air yang berbeda?
- Pengaruh air terhadap kelainan perkembangan.


I.3. Hipotesis penelitian
Berkemungkinan yang didapat adalah:
a. Berbagai jenis air terhadap regenerasi cacing planaria akan menyebabkan keterlambatan perkembangan dan berkemungkinan mati karena ketidakcocokan habitat/air.

2
b. Perbedaan dari jenis air : air kolam, hujan, dan air sumur, kecepatan regenerasi cacing planaria akan bertahan di air kolam.

I.4. Tujuan hasil penelitian
Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah :
a. Mengetahui pengaruh jenis air terhadap kecepatan regenerasi cacing planaria.
b. Mengetahui perubahan bentuk yang terjadi pada hewan.
c. Mengetahui daya tahan cacing planaria.

I.5. manfaat hasil penelitian
Manfaat yang dihasilkan adalah :
a. Dapat melihat bentuk perubahan pada hewan.
b. Dapat memahami pengaruh jenis air terhadap reproduksi hewan.
c. Bisa mengamati turun kelapangan.
d. Menambah wawasan.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PLANARIA
Planaria merupakan hewan yang hidup bebas dengan habitat yang berbeda-beda, beragam dari perairan yang yang berarus lambat sampai pada perairan danau dan tertutupi oleh bebatuan atau dedaunan.Planaria merupakan organisme yang ideal untuk dipelajari karena kemampuannya untuk belajar yang cukup tinggi. Meskipun ia hanya memiliki system saraf yang sederhana, yakni hanya berupa ganglion-ganglion dan otak ‘primitive’ yang terkonsentrasi pada daerah ujung anterior (kepala) (Levin, 2005).
Planaria merupakan pemakan makanan yang beraneka ragam (versatile feeder), ia juga mampu mencari-cari dan memakan bangkai hewan lain yang telah mati. Planaria memiliki tubuh pipih (dorsoventral), bilateral simetri dan tidak bersegmen.tubuh bagian dorsal memiliki auricle (aurikula / berbentuk telinga) dan eyespot (bintik mata), sedangkan tubuh bagian ventral terdapat mulut, pharynk, dan lubang kelamin. Tubuh memiliki peredaran darah, anus, dan coelom.Sedangkan system sarafnya masih sangat sederhana.
4
B. KLASIFIKASI DAN CIRI MORFOLOGI PLANARIA
Planaria merupakan salah satu cacing pipih yang hidup bebas, kebanyakan hidup di dalam air tawar atau air laut, atau tempat yang lembab di daratan (Santoso,1994).
Klasifikasi Planaria menurut Barnes(1987) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Philum : Platyhelminthes
Kelas : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Familia : Paludicola
Genus : Euplanaria
Spesies : Euplanaria sp
Planaria merupakan cacing pipih, yang hidup bebas di perairan yang jernih dengan ukuran tubuhnya yang kecil (Soemadji,1994/1995).
5
Planaria tubuhnya selain pipih juga lonjong, dan lunak dengan panjang tubuh kira-kira antara 0,5-75mm. Bagian anterior (kepala) berbentuk segi tiga memiliki dua buah bintik mata Bintik mata Planaria hanya berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan belum merupakan alat penglihat yang dapat menghasilkan bayangan (Soemadji,1994/1995).
Tingkah laku (behavior) adalah apakah suatu organisme melakukan sesuatu dan bagaimana sesuatu itu dilakukan, meliputi keduanya, komponen gerak dan bukan gerak, dan adalah hasil dari factor gen dan lingkungan.Pada ilmu biologi, proses belajar didefinisikan sebagai modifikasi dari tingkah laku yang dihasilkan dari peoses belajar. Seekor hewan akan mengenali stimulus yang didapatkannya dan mulai merespon stimulus tersebut sebagai suatu keputusan. Keputusan ini dapat berupa negatif berupa menjauhi atau menolak stimulus tersebut, sedangkan keputusan positif berupa mendekati atau menerima stimulus tersebut. (Campbell, et al 2002)
Planaria sp. adalah invertebrata berupa cacing pipih cokelat gelap yang menarik untuk diamati baik morfologi maupun perilakunya.Planaria sp.

6
menunjukkan berbagai perilaku sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang yang meliputi cahaya, sentuhan, aroma, dan rasa. Selain itu daya regenerasi Planaria sp.
sangat unik, dimana planaria mampu memperbaiki bagian tubuh yang tidak sempurna menjadi bagian yang utuh seperti semula dalam waktu yang relatif singkat.
.

Gambar 1.Morfologi planaria (Radiopoetro,1990)
Mata planaria disebut dengan eye spot merpakan bintik mata yang sensitif terhadap cahaya matahari sehingga planaria lebih banyak menghasbiskan banyak waktu di bawah bebatuan atau daun-daun. Pada kepala terdapat bagian yang mirip dengan bentuk telinga (auricle) dipenuhi oleh banyak reseptor kimia.
7
Menggerakan kepala yang kesatu sisi ke sisi lain sehingga menyebabkan planaria mengetahui atau merasakan adanya sinyal kimia (bau) yang berdifusi dari sumber makanan.
Planaria memiliki kemampuan untuk bereproduksi secara seksual dan aseksual.Reproduksi secara seksual adalah musiman, dan merekan merupakan hermafrodit, yakni memiliki keduanya, organ kelamin jantan dan betina.Telur dari seekor planaria hanya bisa difertilisasi oleh sperma dari yang lainnya.Setelah fertilisasi, di habitat alaminya, telur-telur dan yolk dibungkus oleh lapisan lengket yang bisa melekat dibawah batu-batu.Setelah musim kawin, organ kelamin didegenerasi dan kemudian meregenerasi kembali saat musim kawin tiba kembali. Untuk bereproduksi secara seksual, planaria menjalani proses yang dinamakan pembelahan melintang (transverse fission). Tubuh planaria terbagi menjadi dua fragment di bawah farink dan setiap porsi meregenerasi bagian tubuh yang hilang oleh jalan sel bakal (stem cell) yang dinamakan neoblast (Microsoft Encarta Reference Library, 2004)



8

Gambar 2.pembelahan melintang (Jordan & Verma.1979)
Planaria merupakan salah satu anggota dari phylum platyhelminthes dari kelas turbelaria.Spesies yang paling umum dijumpai dari planaria adalah Dugesia dorotocephala, Cura foremani, dan Phagocata velata, Dugesia tigrina dan Phagocata vernalis dan Procotyla fluviatilis.
C. CIRI-CIRI PLANARIA
1. memiliki struktur tubuh pipih
2. ada yang berbentuk seperti pita, seperti daun dan turbelaria style
3. lunak dan tidak bersegmen. pada cacing pita terlihat bersegmen sebenarnya bagian dari Proglotidnya
4. susunan tubuhnya simetri bilateral.Anggota hewan ini bersifat hemafrodit.
9
5. lapisan embryonalnya bertipe Triloblastik Aselomata Trip;oblastik tranpa rongga (coelom).
6. tidak memiliki system peredaran darah dan sistem respirasi.
7. alat pencernaannya belum sempurna , umumnya hanya mempunyai mulut dan tidak memiliki anus. cacing pita tidak terdapat mulut dan alat pencernaan.
8. alat ekskresi berupa sel api.
9. pada bagian epidermisnya yang lunak terdapat silia atau lapisan lilin (kutikula).
10. Sistem saraf terdiri atas sepasang ganglion(simpul saraf) anterior atau dinding saraf yang dihubungkan oleh satu sampai tiga pasang tali saraf (Odum,1993).
D. CARA BERKEMBANG BIAK PLANARIA
• Cacing Planaria umumnya berkembang biak secara aseksual dan seksual.
• Cacing Planaria monoecious organ kelamin testes dan ovarium nya membentuk ovotestes atau lebh dikenal dengan Hermaphhroditus, sehingga melakukan pembuahan sendiri.
10
• Perkembangan cacing ini ada dua macam, yaitu langsung(telur menetas menjadi cacing kecil tetapi menyerupai cacing dewasa) dan tidak langsung(melalui bentuk larva yang bersilia).
• Asexual nya dengan fragmentasi memutuskan bagian tubuhnya membentuk individu baru atau meregenerasi dengan cepat yang terlihat pada planaria dan cacing pita
• Sedangkan reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur.

Gambar 3. Reproduksi aseksual planaria (Kastawi,dkk.2001).

11
Turbellaria - Cacing berbulu getar - Planaria.
• Anggota Turbellaria merupakan kelompok cacing pipih yang memiliki silia(bulu getar).
• Salah satu turbellaria yang sering dipelihara Planaria naculata/ Dugesia sp.
• Planaria biasanya hidup di air tawar (kolam/ sungai)yang jernih, melekat pada batu-batuan, atau daun.
• Panjang tubuh planaria dapat mencapai 2-3 cm.
• tubuhnya ditutupi oleh lapisan epidermis yang mengandung kelenjar-kelenjar unisel yang terbuka.
• Pada epidermis bagian permukaan ventral terdapat bulu getar(silia) yang bangun untuk pergerakan.
• Bagian kepala planaria tampak berbentuk segitiga.
• Pada bagian tersebut terdapat dua bintik mata yang berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya.
• Kedua bintik mata tersebut belum dikatakan sebagai alat penglihatan.

12

Gambar 4. Sistem pencernaan (Kastawi,dkk.2001)
• System pencernaan makanan planaria terdiri atas mulut, kerongkongan dan usus.
• Faring dapat dijulurkan untuk menangkap makanan.
• Memiliki usus yang bercabang tiga, satu cabang kearah anterior dan dua cabang kea rah posterior.
• Alat ekskresi jenis cacing ini berupa sel api.
• Susunan sarafnya merupakan system tangga tali.
• Planaria bereproduksi dengan cara generatif dan vegetatif.
• Reproduksi secara generatif terjadi melalui pembuahan sel telur oleh spermatozoid.Lubang kelamin terdapat di sebelah bawah mulut.
• Planaria bersifat hermafrodit.
13
• Reproduksi secara vegetatif dilakukan melalui fragmentasi.
• Planaria dikenal dengan memiliki daya regenerasi yang tinggi.
• Jika tubuhnya dipotong-potong, maka setiap potongan tubuhnya akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
• Sel-sel api (Flame Cell), dimiliki oleh organisme Platyhelmintes, seperti planaria. Sel-sel api didistribusikan sepanjang sistem tabung bercabang. Cairan tubuh disaring melalui sel-sel api, dengan cara memindahkan cairan ke dalam sistem tabung yang dimiliki organisme tesebut. Zat buangan (air dan garam) disekresi dari sistem tabung melalui lubang-lubang (pori-pori) yang ke luar tubuh.






14
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. ALAT DAN BAHAN
a. Alat : pisau silet, aqua gelas,
b. Bahan : Planaria 3 ekor, air hujan, air sumur, air kolam.
III.2. Prosedur kerja
a. Disiapkan 3 ekor cacing planaria.
b. Pada ke-3 planaria akan disayat melintang dengan jenis air yang berbeda
c. Pada planaria A dimasukkan kedalam air kolam, planaria B air hujan, planaria C air sumur.
d. Dilihat perbedaan perkembangannya setiap hari.
e. Mencatat hasil penelitian.



15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Table 1. A. Hasil Sayatan Melintang pertama (anterior) dalam air kolam
No Hari / tanggal Sebelum dan sesudah dipotong
Sebelum 4cm-2cm=2cm
1 Rabu 15-12-2010 2,0 cm
2 Kamis 16-12-2010 2,1 cm
3 Jum’at 17-12-2010 2,7 cm
4 Sabtu 18-12-2010 2,9 cm
5 Minggu 19-12-2010 3,6 cm
6 Senin 20-12-2010 3,8 cm
7 Selasa 21-12=2010 4,0 cm

Tabel 2. B. Hasil Sayatan Melintang 2 dalam air sumur
No Hari / tanggal Sebelum dan sesudah dipotong
Sebelum 4,5cm-2cm=2,5cm
1 Rabu 15-12-2010 2,4 cm
2 Kamis 16-12-2010 3,0 cm
3 Jum’át 17-12-2010 3,9 cm

4 Sabtu 18-12-2010 4,2 cm
5 Minggu 19-12-2010 4,8 cm
6 Senin 20-12-2010 Mati
7 Selasa 21-12-2010 Mati

Tabel 3.
C. Hasil Sayatan Melintang 3 dalam air hujan
No Hari / tanggal Sebelum dan sesudah disayat
Sebelum 5,5cm-2cm=3,5cm
1 Rabu 15-12-2010 3,2 cm
2 Kamis 16-12-2010 4,0 cm
3 Jum’at 17-12-2010 4,1 cm
4 Sabtu 18-12-2010 mati
5 Minggu 19-12-2010 mati
6 Senin 20-12-2010 mati
7 Selasa 21-12-2010 mati

IV.2. Pembahasan
Planaria berkembangbiak dengan cara aseksual dan seksual Perkembangbiakkan aseksual terjadi dengan pembelahan secara transversal. Pembelahan terjadi ketika planaria telah mencapai ukuran tubuh maksimum. Saat membelah, bagian posterior tubuh dilekatkan pada substrat secara kuat, kemudian bagian depan tubuh ditarik kearah depan sehingga tubuhnya putus menjadi dua dibelakang pharynx. Sisa tubuh bagian depan akan membentuk bagian ekor yang hilang dan bagian posterior tubuh yang terputus akan membentuk kepala baru. Untuk menghasilkan suatu organisme lengkap, perkembangan normalnya mencakup tumbuh dan diferensiasi yang berlangsung di bawah suatu koordinasi ketat dengan urutan yang tepat. Bila suatu bagian hilang, karena suatu kecelakaan atau karena perlakuan dalam
18
eksperimen, kehilangan akan dikenal dan terjadilah proses-proses perbaikan. Jika hal ini terjadi sebelum struktur itu terdiferensiasi, maka akan terjadi pembentukan kembali dari bagian-bagian yang hilang dan disebut regulasi. Diferensiasi adalah proses perubahan yang terjadi pada sel atau jaringan selama perkembangan sehingga dicapai ciri struktural dan fungsional yang khusus.
Planaria yang diaklimasi untuk merespon rangsangannya, hanya bisa ditempatkan pada mata air atau kolam, bukan air suling atau air leding. Air suling tidak mengandung mineral dan nutrisi yang dibutuhkan planaria, sedang air leding didalamnya mengandung klorin dan florida yang bisa menyebabkan kematian pada planaria.

Zona atau habitat air tenang merupakan bagian air yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap didasar, sehingga dasarnya lunak tidak sesuai untuk benthos permukaan tetapi cocok untuk penggali nekton dan plankton. Zona atau habitat air deras merupakan daerah yang dangkal, kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni benthos yang beradaptasi khusus atau organisme perifitik yang dapat melekat atau berpegang kuat pada dasar yang padat, dan oleh ikan yang kuat berenang misalnya “darter”.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Cara Berkembang Biak Planaria .
• Cacing Planaria umumnya berkembang biak secara aseksual dan seksual.
• Cacing Planaria monoecious organ kelamin testes dan ovarium nya membentuk ovotestes atau lebh dikenal dengan Hermaphhroditus, sehingga melakukan pembuahan sendiri.
• Perkembangan cacing ini ada dua macam, yaitu langsung(telur menetas menjadi cacing kecil tetapi menyerupai cacing dewasa) dan tidak langsung(melalui bentuk larva yang bersilia).
• Asexual nya dengan fragmentasi memutuskan bagian tubuhnya membentuk individu baru atau meregenerasi dengan cepat yang terlihat pada planaria dan cacing pita
• Sedangkan reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur
• 20
V.2. Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini terdapat banyak kesalahan atau kekurangan karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk penyusunan karya ilmiah kedepan yang lebih sempurna.










21
DAFTAR PUSTAKA
Cleveland P; Hickman, Roberts S, Larry; Larson A; Anson, H. 2004. Integrated
Principle of Zoology. Original at Work by William C. Ober and Claire
W. Garrison : Contributions by David Eisenhour.
Isnaini, W. 2003. Fisiologi Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
JICA. 2001. Zoology Avertebrata. FMIPA UNNES
Kastawi,Y; S.E, Indriwati ; Ibrohim; Masdjudi; S.E,Rahayu.2001. Zoologi
Avertebrata. Jurusan Biologi FMIPA UNM : Malang
Kimball, J. 1992. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kramadibrata, I. 1996. Pengantar Ekologi Hewan. Fakultas FMIPA Institut
Teknologi Bandung.
Santoso Imam,1994. Biologi Untuk SMA.Jakarta:Inter plus.
Soemadji M.S.1994. Zoologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


LAMPIRAN
GAMBAR LITERATUR














LAMPIRAN
FOTO PLANARIA

1 komentar:


  1. DEPOSIT PULSA TANPA POTONGAN IDN POKER DOMINOQQ RESMI DAN TERPECAYA SE-ASIA S1288POKER


    DAFTAR FREECHIP SITUS SLOT ONLINE TERMURAH DAN TERPECAYA CLUB388CASH SE-ASIA

    MASIH BANYAK PERMAINAN CASINO LIVE POKER CEME SABONG AYAM DAN PERMAINAN LAIN SERUNYA !! TENTUNYA EVENT BONUS PROMO SETIAP BULAN NYA YANG MANTAPPP ^^
    CS 24jam Online
    JANGAN SAMPAI KEHABISAN FREECHIPSNYA !!

    SEHAT SELALU UNTUK KITA SEMUA ...ALWAYS THANKFULL AND GRATEFULL ^^

    BalasHapus