Senin, 14 Februari 2011

REGENERASI PADA CACING TANAH

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu dengan yang lainnya.Salah satu contoh adalah regenerasi dari organ. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.
Daya regenerasi tidak sama pada bagian organisme. Hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasinya belum terungkap secara jelas.Kelas avertebrata (diwakili oleh cacing) dan kelas insecta (diwakili oleh kecoa) memiliki daya regenerasi yang rendah, biasanya terbatas pada bagian ekor atau kaki yang lepas atau rusak.
Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat menakjubkan hingga dia mencapai dewasa.
Cacing adalah sebagai salah satu contoh dari sekian banyak makhluk hidup yang mempunyai kemampuan dalam regenerasi organ, jika ekor cacing yang diputuskan tersebut akan tergantikan kembali melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu dalam proses pembentukannya. Regenerasi adalah proses memperbaiki bagian yang rusak kembali seperti semula. Cacing memiliki daya regenerasi yang terdapat pada ekornya. Daya regenerasi pada berbagai organisme tidak sama karena ada yang rendah sekali dayanya dan ada yang tinggi. Vertebrata paling rendah daya regenerasinya dibandingkan dengan avertebrata. Sub phylum dari vertebrata yang paling tinggi daya regenerasinya adalah urodela. Reptilia daya regenerasinya hanya terbatas pada ekornya saja.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam karya ilmiah ini di utuskan untuk membahas pada permasalahan – permasalahan sebagai berikut :
 Apa yang di maksud dengan regenerasi?
 Bagai mana proses penyembuhan ekor cacing yang di potong?
 Tuliskan tahap- tahap regenerasi?
1.3 Hipotesis penelitian
Pada regenerasi cacing tanah atau pembentukan ekor yang baru, melalui beberapa proses dan tahap-tahap tertentu, cepat dan lambatnya regenerasi pada cacing tanah juga di pengaruhi oleh kesuburan tanah yang di tempati untuk berkembang atau beregenerasi . Jika tanahnya kering dan tidak mengandung air maka pertumbuhan ekornya akan lambat dan bisa-bisa cacing itu akan mati, sebaliknya jika tanahnya subur dan banyak mengandung air maka pertumbuhannya akan semakin cepat.
1.4 Tujuan hasil penelitian
 Dapat memahami / mengetahui apa itu regenerasi.
 Mengamati pembentukan regenerat pada tempat sayatan dan mengikuti perkembangan nya hingga tercapai bentuk yang serupa dengan keadaan semula.
1.5 Manfaat
Karya ilmiah ini diharapkan semakin menambah wawasan dan informasi pembaca terkait tingkah laku dan adaptasi cacing tanah. Secara tidak langsung juga mengetahui arti penting cacing tanah bagi kelestarian lingkungan dan kesejahtraan manusia.








II TINJAUAN PUSTAKA
Setiap larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang atau rusak terpisah.Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini disebut regenerasi.Kemampuan setiap hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda.Hewan avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi daripada hewan vertebrata (Majumdar, 1985).
Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi.
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio. Jika di potong pada bagian ekor cacing .cacingkemudian meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada waktu senggang. Dalam stadium-stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada permukaan depan mempunyai laju metabolik yang tinggi daripada permukaan di tepi belakang (Kimball, 1992).
Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan, hal ini tampak dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan kemampuan untuk regenerasi.Daya regenerasi Spons hampir sempurna.Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan organ dan jaringan tertentu.Cacing mempunyai daya regenerasi pada bagian ekor yang putus dengan cukup kokoh.(Kaltroff, 1996).
Bila ada tungkai depan Salamander yang dibuang, proses perbaikan pertama ialah penyembuhan luka dengan cara menumbuhkan kulit di atas luka tersebut kemudian suatu tunas sel-sel yang belum terdiferensiasi terlihat. Tunas ini mempunyai rupa yang mirip dengan tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Pembelahan yang cepat dari sel-sel embrio yang belum khusus dari tunas anggota tubuh mungkin berasal dari dediferensiasi sel-sel khusus demikian, sebagai sel-sel otot atau sel-sel tulang rawan. Dediferensiasi berarti bahwa sel-sel ini kehilangan struktur diferensiasinya sebelum berperan dalam tugas regenerasi.Sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang, dan jaringan lainnya yang menjadikan kaki fungsional (Kimball, 1992).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari spesies ke spesies.Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang, ikan, salamander dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau jaringan organisme tersebut (Kimball, 1992).Tahap dari perkembangan yang menarik perhatian adalah pergantian dari tubuh yang hilang.Tersusun dari regenerasi jumlah struktur baru organisme tersebut (Wilis, 1983).
A. ANNELIDA
Annelida (dalam bahasa latin, annulus= cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata).Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana (http://gurungeblog.wordpress.com).
Annelida berasal dari bahasa Yunani.Annelida berasal dari kata annulis yang berarti cacing dan oidos berarti bentuk.Jadi, Annelida adalah cacing yang berbentuk cincin. Cacing ini hidup di air tawar, air laut, dan daratan (Karmana,2007.hal:206).
Annelida adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran darah tertutup.Annelida sebagian besar memiliki dua kelamin sekaligus dalam satu tubuh atau hermafrodit.Contohnya yakni cacing tanah, cacing pasir, cacing kipas, lintah / leeches.
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m. Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia.Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin.
Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia (tunggal–nefridium) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet.Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris).
Telah diketemukan 7.000 species yang hidup di air tawar, laut dan tanah.Contoh annelida adalah cacing tanah (Pheretima) cacing ini hidup di tanah, makananya berupa sisa tumbuhan dan hewan.Charles Darwin ahli biologi yang termahsur adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang penting dalam menggemburkan/menyuburkan tanah.Karena hidup di dalam tanah, cacing ini membuat liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah diolah.Cacing tanah juga mencampur dedaunan dengan tanah, jadi menaikan kandungan humus tanah.
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.
1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly=banyak, chaetae=rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak. Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.
Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal=parapodium) pada setiap segmen tubuhnya. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).
2. Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo=sedikit, chaetae=rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen. Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah. Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah. Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak.

3. Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah penggaris, silet dan toples kaca/botol air mineral. Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah dua ekor cacing yang masih utuh ekornya sebelum di potong.
3.2 Prosedur Kerja
1. Dua cacing dengan ekor utuh di ukur menggunakan penggaris.
2. Dua ekor cacing di sayat ekornya dengan pisau silet secara miring dan tegak lurus, tempat sayatan kira-kira di tengah ekor ( di ukur dari pangkal ekor ).
3. Ukurlah panjang ekor sebelum di sayat ( dari pangkal sampai ujung ekor ).
4. Hewan-hewan tersebut dimasukkan ke dalam toples/botol yang telah di isi tanah.
5. Diamati pertumbuhannya selama tujuh hari, dan ukurlah panjang regenerat, setiap hari sampai bentuk/ ukurang ekor lengkap dicapai seperti semula.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil pertumbuhan ekor cacing A di potong secara tegak lurus dan B di potong secara miring/ melintang yaitu sebagai berikut :
Hari/ Tgl Caing A Cacing B
Cacing sebulum & sesudah di potong ekor nya. 6 cm – 2 cm = 4 cm 5 cm – 2 cm = 3cm
Senin 0,4 cm 0,2 cm
Selasa 0,9 cm 0,5 cm
Rabu 1,2 cm 0,8 cm
Kamis 1,5 cm 1,1 cm
Jumat 1,7 cm 1,4 cm
Sabtu 1,8 cm 1,6 cm
Minggu 2,0 cm 1,8 cm






Gambar :
Cacing (A) di potong secara tegak lurus


Cacing (B) di poting secara miring/ melintang


4.2. Pembahasan
Ekor cacing memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk bisa memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi adalah proses adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cacing jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada cacing dengan memotong ekornya, setelah diamati selama satu minggu( 7 hari ), ternyata bagian ekor yang telah dipotong mengalami pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak dapat sama seperti semula.
Pengamatan pada hari pertama ekor cacing (A) yang di potong secara tegak lurus bertambah 0,4cm, hari kedua 0,9cm, hari ke tiga 1,2cm, hari ke empat 1,5, hari ke lima 1,7, pada hari ke enam 1,8 dan pada hari ke tujuh, ekor sudah tumbuh seperti semula.Pertumbuhan ekor cacing yang mengalami regenerasi lebih pendek daripada ekor semula.
Pengamatan pada hari pertama ekor cacing (B) yang di potong secara miring bertambah 0,2cm, hr ke dua 0,5 cm, hari ke tiga 0,8 cm, hari ke empat 1,1 cm, hari ke lima 1,4cm, hari ke enam 1,6 cm dan pada hari ke tujuh 1,8, pertumbuhan ekor yang di potong miring lebih lambat dari yang di potong secara tegak lurus.
Ekor cacing yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan luka dan membentuk tudung epidermis apikal.Semua jaringan mengalami diferensiasi dan generasi membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi di bawah tudung.Berakhirnya periode proliferasi, sel blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya.Ketika salah satu anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi.Hal inilah yang memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff, 1996).
Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan amfibi. Regenerasi tidak berasal dari proliferasi atau perbanyakan sel-sel blastema. Regenerasi pada reptil diketahui bahwa ekor yang terbentuk setelah autotomi menghasikan hasil dengan catatan khusus karena baik secara struktur maupun cara regenerasinya berbeda (Balinsky, 1983).
Secara eksperimental pada ekor cacing yang telah dipotong, ternyata hasil regenerasinya tidak sama dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan ekor yang dipotong. Ekor baru tidak mengandung notochord dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan atau segmen-segmen.Ruas-ruas ini hanya meliputi batang syaraf (medula spinalis), jumlah segmen itu pun tidak lengkap seperti semula.
Proses perbaikan pertama pada regenerasi ekor cacing adalah penyembuhan luka dengan cara penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel yang belum berdiferensiasi terlihat.Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang, segmen dan jaringan lajunya yang menjadikan ekor fungsional.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis, jaringan lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae.Sumber sel untuk regenerasi pada reptile berasal dari beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah produksi kolona dan agaknya secara berangsur-angsur menghentikan pertunbuhan struktur tersebut. Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi.Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas.Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya.
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan.Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989).
Berdasarkan data di atas, ternyata pertumbuhan ekor cacing cukup cepat.










V . PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses penyembuhan ekor yang terpotong dimulai dengan terjadinya pembekuan darah disekitar luka yang nantinya akan terbentuk scab.
2. Jaringan epitel kulit yang berada dibawah scab, menyebar menutupi seluruh permukaan luka.
3. Sel-sel disekitar luka bersifat pluripotent, dimana menjadi muda sehingga aktif membelah kembali.
4. Terbentuknya blastema atau kuncup regenerasi yang akan menggantikan scab, kuncup ini berasal dari penimbunan sel-sel yang berdediferensiasi
5. Regenerasi akan berhenti apabila proliferasi sel-sel balastema terhenti juga.
5.2 Saran
Kita harus menjaga kelestarian dan kesuburan tanah di lingkungan kita agar cacing yang hidup di dalamnya bisa berkembang biak dengan sempurna, karena cacing sangat bermanfaat untuk kesuburan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia.
Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc, New York.
Karmana, Oman.2007.Cerdas Belajar Biologi kelas XI.Grafindo: bandung.
Kimball, John W. 1992. Biology.Addison-Wesley Publishing Company, Inc., New York.
Kimbal, 1992.Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Majumdar, N. N. 1985. Text Book of Vertebrae Embriology. Mc Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Manylov, O.G.1994. Regeneration in Gastrotricha –I Light Microscopical Observation on The Regeneration in Turbanella sp.St.Petersburg State University. Russia.
Tjitrosoepomo. 1984. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Willis, S. 1983. Biology. Holt Rinehart & Winston Inc, USA.
Yatim, W. 1982.Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.
Yatim,W. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar