Jumat, 11 Februari 2011

Pemodelan Iklim Untuk Kajian penyebaran serangga

Pemodelan Iklim Untuk Kajian Penyebaran serangga
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi penyabaran serangga. Disini kita secara rinci menguji aplikasi informasi tersebut untuk menduga model penyabaran dan kelimpahan serangga. Penyebaran species poikiloterm banyak ditentukan oleh interaksi antar faktor ekologi, yaitu iklim, habitat, ketersediaan makanan, dan ada atau tidaknya musuh alami atau kompetitor. Penyebaran specias serangga tidak hanya akibat faktor ekologi tetapi juga berkaitan dengan sejarah. Ekologi hanya menentukan apakah suatu species dapat terus hidup pada suatu tempat, sedangkan sejarah menentukan apakah suatu species pernah punya kesempatan hidup di tempat tertentu. Perbedaan tersebut berkaitan dengan waktu, pada waktu tertentu, faktor ekologi akan diangkat menjadi faktor sejarah. Dalam konteks tersebut kajian saat ini membicarakan tentang dimana serangga hama terdapat dan pakah yang membatasi pentabarannya, sejarah mungkin mebicarakan tentang asal usul atau distribusi alami hama. Ekologi dapat memprediksi penyebaran potensial atau penyebaran masa yang akan datang dibawah kondisi lingkungan yang berubah (misal efek rumah kaca) atau sebagai akibat penyebaran tidak sengaja oleh manusia. Maka pengetahuan ekologi tentang serangga, hama dsan musuh alaminya, khususnya tentang pengaruh iklim terhadap perkembangannya, merupakan hal penting untuk memprediksi ledakan hama dan keberhasilan pengelolaan hama.

Telah terdapat berbagai model berbasis komputer yang berkaitan dengan biologi populasi dan serangga ekonomik, yang banyak dikaji yaitu yang mempengaruhi berbagai tanaman utama dinegara-negara barat. Salh satu model iklim tentang penyabaran dan kelimpahan antrhrophoda yaitu sistem yang berbasis komputer yang disebut CLIMEX ( Dikembangkan oleh Suthers dan Maywald) yang dapat memprediksi potensi dunia dengan menggunakan data biologi dan catatan distribusi geografik. Suatu indekks Ekoklimat (EI) tahuanan yang menjelaskan tentang kesesuain iklim suatu daerah bagi kolonisasi permanan dari salah satu speceies serangga, diturunkan dari data dasar iklim serta digabungkan dengan dugaan respon organisme terhadap suhu, kelembaban dan panjang hari. Indeks ekoklimat dapat dihitung sebagi berikut. Pertama indeks pertumbuhan populasi (G1) ditentukan dari nilai rataan populasi mingguan dalam satu tahun untuk mendapatkan ukuran potensi peningkatan populasi species. GI diduga dari data insidensi musiman dan kelimpahan reklatif pada tempat-tempat berbeda dari kisaran species tersebut. Kedua, GI direduksi dengan menggabungkan empat indeks stress, nilai dari pengaruh buruk dingin, panas, kering dan basah. Biasanya penyabaran geografi yangt ada dan insidensi musiman species hama dapat diketahui tetapi data biologi yang berkaitan dengan pengaruh iklim terhadap perkembangan sangat kuat sekali. Keuntungannya, efek pembatas dari iklim terdapat suatu species biasanya dapat diduga dan dipercaya hasilnya dari pengamatan penyebaran geigrafi. Toleransi ilkim species tersebut diketehui keberadanny6a dan digambarkan dengan indeks stress dan model CLIMEX. Nilai indeks stres secara progresif disesuaikan hingga prediksi CLIMEX setuju dengan distribusi yang didapatkan dari species tersebut. Tentu saja informasi tentang toleransi iklim dari species tersebut akan digunakan jika memungkinkan karena prosedur diatas bergantung pada asumnsi yang mana iklim membatasi distribusi saat ini, tentu saja sangat disederhanakan.

Bentuk pemodelan iklim berdasarkan data dunia telah dilakukan terhadap berbagai jenis serangga yang bernilai ekonomis, seperti kutu dan serangga saperti Russian wheat aphid, Colorado potato beetle, Lalat screwworm, Species lalat Haematobia dan lalat buah. Haqsil model tersebut telah banyak digunakan dalam entomologi terapan, epidemiologi, karantina, pengendalian serangga hama, dan pengendalian gulma dan hama hewan (dan juga serangga lain) dengan memanfaatkan musuh alaminya. (Busnia.2006:309-312)

Perubahan suhu sangat besar pengaruhnya pada vektor serangga dalam penyebaran penyakit. Faktor iklim sendiri merupakan salah satu faktor yang penting bagi berbagai jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor (hewan yang membawa mikroorganisme patogen), penyakit saluran cerna, dan penyakit yang berhubungan dengan penularan melalui air. Salah satu vektor tersebut adalah nyamuk yang menularkan malaria dan penyakit virus seperti dengue dan demam kuning. Nyamuk membutuhkan genangan air untuk berkembang biak dan nyamuk dewasa membutuhkan kondisi yang lembab agar dapat hidup. Suhu yang lebih hangat meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan mempersingkat waktu pematangan dalam badan vektor tersebut sehingga vektor lebih cepat menjadi infeksius. Selain itu, suhu mempengaruhi perilaku nyamuk yang memungkinkan terjadinya penularan. Suhu yang lebih hangat cenderung meningkatkan perilaku menggigit nyamuk dan menghasilkan nyamuk dewasa yang lebih kecil sehingga membutuhkan darah yang lebih banyak agar dapat bereproduksi.
Salah satu penyakit menular yang disebarkan oleh nyamuk yang paling sensitif terhadap perubahan iklim jangka panjang adalah malaria. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Suhu yang sangat tinggi memiliki efek mematikan bagi nyamuk dan parasit malaria. Namun pada suhu rendah, peningkatan suhu sedikit saja dapat meningkatkan resiko transmisi malaria. Selain malaria, penyakit yang juga disebarkan oleh nyamuk adalah dengue. Dengue umumnya terjadi pada cuaca yang lebih hangat dan lembab. Perubahan iklim berkaitan dengan pola hujan. Pola hujan dapat mempengaruhi penyebaran berbagai mikroorganisme yang dapat menyebarkan penyakit. Hujan dapat mencemari air dengan cara memindahkan kotoran manusia dan hewan ke air tanah. Organisme yang ditemukan antara lain kriptosporodium, giardia, dan E.coli yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare. Penularan penyakit saluran cerna seperti diare bukan hanya melalui kontaminasi air, tetapi juga dapat meningkat akibat suhu tinggi, melalui efek langsung pada pertumbuhan organisme di lingkungan.
Contohlainnya adalah hujan yang terus menerus dapat menimbulkan banjir. Adanya banjir dapat memberikan tempat yang sesuai untuk nyamuk berkembang biak sehingga jumlahnya bertambah. Banjir juga menimbulkan penyakit menular seperti leptospirosis akibat adanya kontaminasi air dengan kotoran tikus. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tercemarnya air dengan mikroorganisme patogen umumnya terjadi di negara-negara miskin, dimana pasokan air dan sanitasi tidak adekuat. Wabah seperti kolera, tifoid, dan diare timbul setelah banjir, sedangkan kekeringan menyebabkan kurangnya air yang tersedia untuk mencuci dan sanitasi serta meningkatkan resiko terjadinya penyakit menular. Kekeringan juga menyebabkan panen terancam gagal dan produksi panen menurun, Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan dan kelaparan yang mengarah pada terjadinya penyakit dan malnutrisi yang pada akhirnya meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit. (WHO:2008)
Faktor Eksternal penyabaran serangga adalah:
1. Suhu dan temperatur yang mempengaruhi aktifitas dan penyabaran geografis/lokal dan perkembangan serangga. Suhu maksimum 150 C, suhu optimum 260C – 310 C dan suhu maksimum untuk pertumbuhan serangga berkisar 2380C-450C.
2. Kelembaban (RH) yang mempengaruhi cairan tubuh serangga. Preferensi serangga terhadap tempat hidup dan persembunyian ( terutama Iklim mikro) dengan Rh optimum 73-100%.
3. Cahaya mempengaruhi perilaku serangga. Ada sebagian serangga akan mempersecat masa reproduksinya pada musim kering, manakala sebagian serangga lainnya kan melakukan diapaose dimusim kering.
4. Curah hujan menyebabkan RH meningkat, entomopatogen yang ada diareal perkebunan dapat berkembang dengan baik. Tetapi hujan lebat menyebabkan tanah terendam sehingga menyababkan serangga tanah akan mati.
5. Makanan (nutrisi) banyak tersedia didaerah tropis dengan plasmanutfah yang beraneka ragam, seperti kayu/ bahan utama selolosa untuk rayap banyak ditemukan dihutan tropis Indonesia.
6. Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air merupakan kebutuhan mutlak bagi organisme hidup. Bagi tumbuhan air diperlukan bagi pertumbuhan, perkecambahan dan penyabaran biji. Manakala bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk minum dan sarana lainnya. Bagi unsur abiotik lain ( tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk).
7. Garis lintang sangat mempengaruhi perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu. ( Siregar:2007)




MAKALAH ENTOMOLOGI
Pemodelan Iklim Untuk Kajian Penyebaran serangga





DISUSUN OLEH
RITA YULIZA
A1C405070













PROGRAM STUDI BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2008


RESUME EVOLUSI
SEJARAH EVOLUSI





DISUSUN OLEH
RITA YULIZA
A1C405070













PROGRAM STUDI BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar