Senin, 14 Februari 2011

PENGARUH JUMLAH MAKANAN TERHADAP PERKEMBANGAN ULAT MENJADI KEPOMPONG DALAM METAMORFOSIS KUPU-KUPU

PENGARUH JUMLAH MAKANAN TERHADAP PERKEMBANGAN ULAT MENJADI KEPOMPONG DALAM
METAMORFOSIS KUPU-KUPU

KARYA ILMIAH

EKA NOVITA SARI
A1C409040





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011
DAFTAR ISI


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….i
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………ii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….ii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………iii

I. PENDAHULUAN …………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………....1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………..2
1.3 Hipotesis …………………………………………………………………3
1.4 Tujuan Hasil Penelitian …………………………………………………....3
1.5 Manfaat ………………………………………………………………….3
II. KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………....4
III. METODE PENELITIAN …………………………………………………...12
3.1 Alat dan Bahan ………………………………………………………….12
3.2 Prosedur Kerja…………………………………………………………....12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………….14
4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………………….14
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………………….19
V. PENUTUP ………………………………………………………………......22
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………..22
5.2 Saran …………………………………………………………………....23

DAFTAR RUJUKAN …………………………………………………………v



















i
DAFTAR GAMBAR

1. Skema daur hidup kupu-kupu …………………………………………..5
2. Ulat kupu-kupu ………………………………………………………...7
3. Perkembangan ulat …………………………………………………….7
4. Perkembangan ulat menjadi kepompong ……………………………….8


DAFTAR TABEL

1. Hasil penelitian ……………………………………………………….14











ii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metamorfosis sudah sering kita dengar dan mungkin juga kita saksikan. Bagaimana tidak ! Hampir setiap hari kita bisa mengamati kehidupan hewan yang ada di lingkungan sekitar kita. Pada awal musim penghujan, biasanya banyak katak atau kodok yang kawin di kolam. Telurnya banyak tersebar di dalam kolam tersbut hingga beberapa hari kemudian telur itu akan menetas menjadi berudu dan akhirnya akan berkembang hingga menjadi katak dewasa. Namun, yang akan kita amati pada karya ilmiah ini bukanlah metamorfosis pada katak, melainkan metamorfosis pada kupu-kupu.
Tahukah kamu apa yang di maksud dengan metamorfosis? Metamorfosis adalah proses Biologi di mana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Kupu-kupu mengalami tahapan yang lebih panjang sebelum menjadi kupu-kupu dewasa. Kupu-kupu akan bertelur. Telur kupu-kupu bisanya akan menempel di dedaunan. Telur kemudian menjadi ulat. Setelah ulat menjadi besar dan memanjang, ia akan berubah menjadi kepompong. Dan akhirnya akan berkembang menjadi kupu-kupu dewasa..


1
2
Namun yang akan di amati pada penelitian ini adalah bagaimana tahap perkembangan seekor ulat sampai menjadi kepompong dalam metamorfosis kupu-kupu. Berapa lama waktu yang diperlukan seekor ulat untuk berubah menjadi kepompong dan berapa banyak jumlah makanan untuk mendukung perkembangan ulat tersebut. Dan untuk lebih jelasnya dapat kita baca dan kita pahami mengenai daur hidup kupu-kupu ini pada bagian kajian pustaka.

1.2 Rumusan Masalah
1. Berapakah lama waktu yang diperlukan seekor ulat untuk dapat berkembang menjadi kepompong?
2. Bagaimana pengaruh jumlah makanan terhadap perkembangan ulat menjadi kepompong?
3. Bagaimana perubahan yang terjadi pada ulat sampai berubah menjadi kepompong?




3
1.3 Hipotesis
1. Untuk dapat berubah menjadi kepompong seekor ulat memerlukan waktu yang relatif lama karena ulat baru dapat berubah menjadi kepompong setelah bahan makanannya telah habis.
2. Untuk dapat berubah menjadi kepompong seekor ulat memerlukan jumlah makanan yang cukup, karena jika kekurangan makanan ulat tidak akan dapat berubah menjadi kepompong bahkan mati.
3. Ulat mengalami beberapa kali pergantian kulit dan perubahan lainnya dalam proses perkembangannya menjadi kepompong.
1.4 Tujuan Hasil Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh jumlah makanan terhadap perkembangan ulat menjadi kepompong dalam dalam proses metamorfosis kupu-kupu.


1.5 Manfaat

Dengan melakukan pengamatan ini, kita dapat mengetahui bagaimana pengaruh jumlah makanan terhadap perkembangan ulat menjadi kepompong dalam proses metamorfosis kupu-kupu.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. METAMORFOSIS KUPU - KUPU

Metamorfosis adalah suatu proses Biologi di mana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel. Perubahan ini bisa dibilang adalah tahap demi tahap yang harus dilalui sebelum seekor hewan mengalami bentuk yang sempurna. Metamorfosis ini hadir dalam 2 wujud, yakni metamorfosis sempurna (hemimetabolisme) dan metamorfosis tidak sempurna (holometabolisme) (Pratiwi, 2007).
Mengapa disebut sempurna dan tidak sempurna? Pasti karena ada yang membedakan kedua jenis metamorphosis itu, bukan? Tentu saja. Mau tahu alasannya? Perhatikan hewan jenis insekta/serangga di sekitar Kamu. Capung, jangkrik, belalang, adalah insekta yang mengalami metamorfosis tidak sempurna, mereka menjadi hewan dewasa setelah berubah dari bentuk nimfa. Perkembangan larva berlangsung pada fase pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit).




4

5

Sementara kupu-kupu mengalami tahapan yang lebih panjang lagi sebelum menjadi kupu-kupu dewasa. Pertama kali, kupu-kupu akan bertelur. Telur kupu-kupu bisanya akan menempel di dedaunan. Telur kemudian menjadi ulat. Makanya, ulat paling sering berada di daun, karena sebelumnya telur kupu-kupu yang menjadi cikal bakal ulat ini terdapat di daun.
Setelah ulat menjadi besar dan memanjang, ia akan berubah menjadi kepompong. Dalam bahasa ilmiah, kita menyebutnya pupa atau chrysalis.
Di dalam pupa, cairan pencernaan akan dikeluarkan untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Setelah beberapa lama, dari kepompong tersebut akan keluar seekor kupu-kupu yang masih muda. Tidak berapa lama kemudian menjadi kupu-kupu dewasa (Anugrah, 2009).


Gambar 2.1
6
Berikut adalah tahapan metamorfosis dimulai dari telur sampai menjadi kupu-kupu dewasa.

► TELUR
Telur akan menetas antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit.

► LARVA (ULAT)
Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk, tetapi pada sebagian besar berbentuk silindris, dan terkadang memepunyai rambut, duri, tuberkel atau filamen. Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.


7


Gambar 2.2


Gambar 2.3

► PUPA (KEPOMPONG)
Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase) . Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 – 20 hari tergantung spesiesnya.


8







Gambar 2.4
9
► KUPU-KUPU
Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalah fase dewasa (Sajidan, 2004).


B. PERILAKU KUPU-KUPU

Kupu-kupu merupakan serangga yang melakukan aktivitas pada siang hari, pada malam hari kupu-kupu akan istirahat dan terlindungan daun pepohonan. Siang kupu-kupu makin aktif terbang dan melakukan aktivitas mencari makan dan berproduksi. Kegiatan mencari makan dilakukan sendiri-sendiri tetapi sering tampak kupu-kupu jantan dan batina terbang berpasangan dan pada saatnya akan melakukan kopulasi.
Selanjutnya induk kupu-kupu akan meletakkan telurnya pada tumbuhan inangnya. kupu-kupu yang rentang sayapnya kecil akan terbamg rendah antara 10 cm- 2 m. Sedangkan kupu-kupu yang rentang sayap lebih besar terbang lebih tinggi sampai ± 10 m. Pada kegiatan mencari makan, kupu-kupu akan hinggap pada bunga-bunga dan menjulurkan probosisnya (Sayekti, 2006).

10

Dari beberapa kali mengamati daur hidup kupu-kupu atau beberapa ngengat di terarium dan beberapa referensi tentang hama tanaman, umumnya kupu-kupu di indonesia atau rama-rama di malaysia memiliki daur yang lamanya kurang lebih :
1. Telur menempel pada daun inang lamanya 2-7 hari.
2. Ulat (larva) berumur 14-20 hari dengan berganti kulit 4-5 kali, pada umur itu mengkonsumsi daun setara luasan 20x30cm.
3. Kepompong (chrysalis/pupa)berpuasa dan beristirahat selama 14-16 hari, butuh waktu 1-2 jam untuk mengeringan sayap sebelum siang terbang untuk pertama kalinya.
4. Kupu-kupu dewasa (imago) berumur 14-24 hari, dimana sekitar 7% hidup imago digunakan untuk kopulasi ( Wijaya, 2007).
Kopulasi atau kawin berlangsung 20 menit hingga 24 jam, ketika populasi berimbang kupu-kupu kawin hanya 1 kali, namun bila jantan lebih sedikit betina dapat kawin hinga 5x. Ketika berahi sayap belakang kupu-kupu biasasnya koyak yang menjasi tanda bahwa kupu-kupu telah berkopulasi. Saat berahi kupu-kupu mengeluarkan feromon yang terdiri dari fenol dan asam benzoat hingga 11 km jauhnya. Saat kawin keduanya beraktifitas bersama-sama dalam waktu yang lama, aktifitas yang berat ini berakibat sayap belakang rusak. rusaknya sayap ini adalah bukti bahwa kupu-kupu telah berkopulasi.

11

Misi hidup kupu-kupu hanyalah makan, kawin, bertelur, misi hidup yang seperti ini bertujuan sebagai penyedia rantai makanan bagi predator diatasnya (Surjono, 2001).


















III. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

1. Larva (ulat) kupu-kupu
2. Toples plastik yang bertutup
3. Daun pisang
4. Jarum
5. Mistar atau penggaris


3.2 Prosedur Kerja

1. Disiapkan 3 buah toples plastik yang masing-masing telah diisi dengan daun-daunan dengan jumlah yang berbeda. Pada toples A dimasukkan daun pisang dengan luasan 10x20 cm, toples B dimasukkan daun pisang dengan luasan 20x30 cm, dan toples C dimasukkan daun pisang dengan luasan 30x40 cm.
2. Kemudian dimasukkan 3 ekor ulat kupu-kupu ke dalam masing-masing toples, yaitu toples A, toples B, dan toples C.


12
13

3. Ditutup masing-masing toples plastik tersebut, kemudian lubangi tutup toples tersebut dengan menggunakan jarum agar udara dapat masuk dan ulat tidak mati.
4. Diamati selama beberapa hari, apa saja perubahan yang terjadi pada ulat dan berapa lama waktu yang diperlukan oleh seekor ulat untuk dapat berubah menjadi kepompong (pupa) ?
5. Dicatat hasil pengamatan dalam bentuk tabel dan ditulis apa saja perubahan yang terjadi pada ulat.













IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hari ke- Toples A Toples B Toples C
1 Panjang ulat 2 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2 cm, berwarna hijau.
2 Panjang ulat 2,1 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2,1 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2,1 cm, berwarna hijau.
3 Panjang ulat 2,2 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2,4 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2,5 cm, berwarna hijau.
4 Panjang ulat 2,5 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2,6 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2,7 cm, berwarna hijau.
5 Panjang ulat 2,7 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2,8 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 2,8 cm, berwarna hijau.
6 Panjang ulat 2,9 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 3 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 3 cm, berwarna hijau.
7 Panjang ulat 3,1 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 3,3 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 3,3 cm, berwarna hijau.
8 Panjang ulat 3,3 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 3,5 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 3,6 cm, berwarna hijau.
9 Panjang ulat 3,5 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 3,9 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 3,9 cm, berwarna hijau.
10 Panjang ulat 3,8 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 4,2 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 4,2 cm, berwarna hijau.
11 Panjang ulat 4 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 4,5 cm, berwarna hijau. Panjang ulat 4,4 cm, berwarna hijau.
12 Panjang ulat 4 cm, berwarna agak kehitaman. Panjang ulat 4,5 cm, berwarna hijau, dan ada benang-benang halus berwarna putih. Panjang ulat 4,5 cm, berwarna hijau.
13 Ulat mati Ulat tidak bergerak, panjangnya 4,2 cm, dan ada benang-benang halus berwarna putih. Panjang ulat 4,6 cm, berwarna hijau.
14 Ulat mati Ulat tidak bergerak dan memendek, panjangnya 4 cm, dan sebagian tubuhnya diselubungi benang-benang halus berwarna putih. Panjang ulat 4,9 cm, berwarna hijau.
15 Ulat mati Ulat tidak bergerak dan memendek, dan sebagian tubuhnya diselubungi oleh benang-benang halus berwarba putih. Panjang ulat 5 cm, berwarna hijau, dan ada benang-benang halus berwarna putih.
16 Ulat mati Ulat tidak bergerak dan memendek, dan hampir seluruh tubuhnya diselubungi benang-benang putih. Ulat tidak bergerak dan memendek, panjangnya 4,5 cm, serta mulai diselubungi benang-benang putih.
17 Ulat mati Ulat makin memendek dan seluruh tubuhnya diselubungi oleh benang-benang putih. Ulat tidak bergerak dan memendek, dan sebagian tubuhnya diselubungi oleh beneng-benang putih.
18 Ulat mati Ulat telah berubah menjadi kepompong Ulat tidak bergerak dan memendek, dan sebagian tubuhnya mulai diselubungi oleh benang-benang putih.
















19

5.2 Pembahasan

Metamorfosis adalah suatu proses Biologi di mana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel. Perubahan ini bisa dibilang adalah tahap demi tahap yang harus dilalui sebelum seekor hewan mengalami bentuk yang sempurna. Metamorfosis ini hadir dalam 2 wujud, yakni metamorfosis sempurna (hemimetabolisme) dan metamorphosis tidak sempurna (holometabolisme).
Berikut adalah tahapan metamorfosis dimulai dari telur sampai menjadi kupu-kupu dewasa.
► TELUR
Telur akan menetas antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit.



20

► LARVA (ULAT)
Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk, tetapi pada sebagian besar berbentuk silindris, dan terkadang memepunyai rambut, duri, tuberkel atau filamen. Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.
► PUPA (KEPOMPONG)
Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase) . Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 – 20 hari tergantung spesiesnya.


21

► KUPU-KUPU
Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalah fase dewasa

Pada penelitian ini yang saya amati hanyalah tahap perkembangan ulat sampai menjadi kepompongnya saja, karena jika diamati mulai dari kupu-kupu bertelur sampai menjadi kupu-kupu dewasa kembali, memerlukan waktu yang cukup lama.
Dari hasil penelitian yang saya lakukan, ternyata seekor ulat memerlukan waktu 14-20 hari untuk dapat berubah menjadi kepompong dengan jumlah makanan yang cukup yaitu setara dengan luasan 20x30 cm. Apabila ulat kekurangan makanan maka ia tidak akan dapat berubah menjadi kepompong dan akan mati. Tetapi juga apabila terlalu banyak bahan makanan, maka ulat akan lebih lama untuk dapat berubah menjadi kepompong.
Jadi jumlah makanan sangat mempengaruhi perkembangan ulat menjadi kepompong dalam proses metamorfosis kupu-kupu,
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Untuk dapat berubah menjadi kepompong seekor ulat memerlukan waktu yang relatif lama karena ulat baru dapat berubah menjadi kepompong setelah bahan makanannya telah habis yaitu 14-20 hari.
2. Untuk dapat berubah menjadi kepompong seekor ulat memerlukan jumlah makanan yang cukup, karena jika kekurangan makanan ulat tidak akan dapat berubah menjadi kepompong bahkan mati.
3. Ulat mengalami beberapa kali pergantian kulit dan perubahan lainnya dalam proses perkembangannya menjadi kepompong.
4. Setelah bahan makanannya habis, ulat diam dan tidak bergerak, serta akan memendek dan tubuhnya akan diselubungi oleh benang-benang halus berwarna putih. Inilah yang disebut dengan fase kepompong.





22
23

5.2 Saran

Dalam menulis karya ilmiah ini tentunya saya masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu sangat diharapkan kepada teman-teman semua untuk memberikan saran atau kritik yang bersifat membangun agar karya ilmiah ini menjadi lebih lengkap dan berguna bagi kita semua.















DAFTAR LAMPIRAN

Perkembangan ulat pada toples A


Ulat hari ke-3 ulat hari ke-6 ulat hari ke-10

Perkembangan ulat pada toples B


Ulat hari ke-3 ular hari ke 10 ulat hari ke 14
iii
Perkembangan ulat pada toples C


Ulat hari ke- 3 ulat hari ke 10 ulat hari ke-14












iv
DAFTAR RUJUKAN


Jati, Wijaya. 2007. Biologi. Jakarta: Ganeca Exact.

Juni, Anugrah. 2009. Fase Ulat Menjadi Kepompong. Diakses tanggal 20 Desember 2010. Http://anugrahjuni.blogspot.com.

Pratiwi, Yessi. 2007. Metamorfosis Kupu-Kupu. Diakses tanggal 20 Desember 2010. Http://pratiwiyessi.blogspot.com

Sajidan. 2004. Biologi. Surakarta: Mediatama.

Sayekti, Sri. 2006. Biologi. Bandung: Arya Duta

Surjono. 2001. Perkembangan Hewan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.




v

1 komentar: