Senin, 14 Februari 2011

PENGARUH KEPADATAN POPULASI PADA PERTUMBUHAN IKAN PATIN

PENGARUH KEPADATAN POPULASI PADA PERTUMBUHAN IKAN PATIN

NOVIA ROSA ISRIANI
A1C 409054








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. i
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Hipotesis Penelitian.................................................................................... 2
1.4 Tujuan Hasil Penelitian................................................................................ 2
1.5 Manfaat Hasil Penelitian.............................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................... 3
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................ 8
3.1 Alat dan Bahan............................................................................................ 8
3.2 Prosedur Kerja............................................................................................. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 9
4.1 Hasil Penelitian…………………………………………………………… 9
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………... 11
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………. 12
5.1 Simpulan…………………………………………………………………… 12
5.2 Saran……………………………………………………………………….. 12
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Makin meningkatnya jumlah penduduk dan pengetahuan masyarakat tentang makanan sehat, maka kebutuhan akan bahan pangan dan gizi juga semakin meningkat. Berbagai upaya telah ditempuh untuk meningkatkan produksi pangan dan gizi masyarakat.
Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani saat ini merupakan bahan makanan yang murah dan mudah didapatkan serta mudah dikembangbiakkan. Pada saat ini produksi ikan yang terbesar masih merupakan hasil tangkapan di laut dan masih sedikit yang merupakan hasil pemeliharaan di kolam.
Ikan Patin (Pangasius sp) merupakan salah satu jenis ikan tawar yang memiliki nilai ekonomis penting, karena ikan ini mempunyai kelebihan dan keunggulan yang khas dibandingkan jenis ikan tawar lainnya. Diantaranya memiliki panjang tubuh yang bisa mencapai 120 cm dan pada pembudidayaan usia enam bulan bisa mencapai ukuran 35-45 cm dengan bobot ± 2 kg serta cukup responsif terhadap pemberian pakan tambahan. Sebagai ikan yang termasuk dalam famili Pangasidae, ikan patin tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk menunjang perkembangan tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkannya.

1

2

Ikan patin merupakan sumber protein hewani dengan kandungan protein yang cukup tinggi dan lebih aman dari pada ternak jenis lain, karena kadar kolesterol yang relatif rendah serta memiliki kandungan kalori sebesar 120 kalori setiap 3,5 ons sehingga ikan ini baik untuk menjaga kesehatan.
Ikan patin merupakan ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena sangat digemari oleh masyarakat namun ikan patin ini belum diusahakan dengan optimal.

1.2 Rumusan masalah
Permasalahan yang akan diteliti adalah
a. melihat kepadatan populasi pada pertumbuhan ikan patin
1.3 Hipotesis penelitian
Dugaan saya kepadatan populasi pada ikan,yang ikan nya lebih sedikit,maka pertumbuhan panjangnya akan lebih cepat di bandingkan ikan yang banyak.
1.4 Tujuan hasil penelitian
- Untuk mengetahui pertumbuhan panjang ikan dengan kepadatan populasi yang sama
1.5 Manfaat hasil penelitian
_Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang teknik pembesaran atau pertumbuhan ikan patin
_Sebagai sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi pengembangan pembesaran ikan patin.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Gonada ikan di sebut juga sebagai kelenjar biak. Gonada ikan betina di namakan ovarium, sedangkan gonada jantan dinamakan testes. Ovarium dan testes ikan dewasa biasanya terdapat pada individu yang terpisah, kecuali pada beberapa jenis ikan kadang-kadang gonada jantan dan betina di temukan dalam satu individu (ovotestes). Sifat hermaprodit dapat pula terjadi pada beberapa jenis ikan, contohnya adalah pada ikan belut. Ikan belut mengalami masa hidup sebagai betina dan sebagai jantan. Ikan belut yang berumur atau ukuran tertentuyang asalnya betina akan berubah menjadi jantan. Pada saat proses perubahan dari betina ke jantan tersebut dapat dikatakan sebagai saat hermaprodit atau masa intersex, karena pada saat itu terdapat dua macam kelamin pada satu individu belut.
Ovarium ikan terletak memanjang di dalam rongga badan. Ovarium itu biasanya ada sepasang ( dua bagian ) yang masing-masing berada di kiri dan kanan antara gelembung renang dan usus. Seringkali ditemukan pula dua bagian ovarium itu bergabung dan memendek, bila demikian halnya ovarium itu dapat terletak di bawah gelembung renang. Pada umumnya bentuk ovarium memanjang dan agak bulat atau agak pipih.




3
4
Testes ikan berbentuk memanjang dalam rongga badan di bawah gelembung renang di atas usus. Jaringan pengikat yang di sebut mesenthrium menempelkan testes ini pada rongga badan di bagian depan gelembung renang. Biasanya testes ikan ada sepasang, dapat sama panjang dan ada pula yang satu lebih panjang dari yang lainnya.
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang populer di kalangan penggemar menu masakan ikan air tawar. Pasalnya, ikan ini memiliki cita rasa yang enak. Di sisi lain, ikan ini mampu bertahan hidup di perairan yang jelek dan tekhnologi budi dayanya gampang dikuasai. Karena itu, ikan ini menjadi menarik untuk di budidayakan secara komersial.
Perkembangan budi daya yang cukup pesat menuntut pasokan benih yang semakin meningkat pula. Apalagi,peluang ekspor ke Amerika dan Eropa makin terbuka., selain pasar utama di dalam Negeri yang permintaannya terus meningkat.
Saat ini, selain ikan patin siam ( Pangasius hyhopthalmus ) yang dagingnya berwarna agak merah, terdapat jenis ikan patin baru yang memiliki keunggulan tertentu, yakni patin jambal ( Pangasius djambal ) dan patin PASUPATI atau patin super harapan pertiwi.
Ikan patin jambal merupakan patin asal sungai dan di lepas ke masyarakat pada tahun 2000. Sebelumnya, patin jambal sudah mengalami proses domestikasi di Sukamandi dan Jambi. Sementara itu, patin pasaputi merupakan patin hibrid atau hasil persilangan patin jambal dengan patin siam. Patin pasaputi telah dilepas ke masyarakat pada tahun 2006.

5
Umumnya, produksi ikan patin di Indonesia baik dalam bentuk benih maupun ukuran konsumsi, di dominasi jenis patin siam. Jika ada tambahan, tak lebih hasil dari hasil tangkapan alam di sungai-sungai besar tertentu di Tanah air. Ikan patin siam adalah hasil introduksi dari Thailand pada tahun 1972. Jenis patin itu sangat populer dan mudah memasyarakat. Pasalnya, gampang dikembangbiakkan dan mampu menghasilkan telur atau benih dalam jumlah relatif banyak setiap kali dipijahkan.
Patin jambal ( Pangasius djambal ) merupakan salah satu jenis ikan air tawar asli Indonesia. Induknya di ambil dari alam yang kemudian di domestika Loka Riset Pemuliaan dan Tekhnologi Budi Daya Perikanan Air Tawar ( LRPTBAT ) Sukamandi. Pembudidayaannya saat ini telah berkembang di beberapa tempat, salah satuya di Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi.
Hingga saat ini , pembenihan patin super skala besar masih jarang di temukan. Umumnya, produksi benih patin super dilakukan dalam skala kecil hingga sedang atau di sebut hatchery skala rumah tangga (HSRT).
Prinsip pembenihan patin super adalah memanfaatkan sistem resirkulasi air. Sistem ini baru bisa dilakukan pada hari keenam setelah penetasan. Selain itu, dalam melakukan pemijahan buatan digunakan tekhnik kelenjar hypofisa atau hormon ovaprim. Untuk memperoleh benih dengan ukuran 1 inci (2,5 cm) dibutuhkan masa pemeliharaan 20-25 hari sejak larva ditebarkan.
Pemeliharaan larva bisa dilakukan di akuarium, bak fibreglass, atau bak plastik. Untuk bak plastik diperlukan tambahan aerasi dan dilengkapi fasilitas resirkulasi air. Sedangkan padat penebaran larva yang bisa digunakan adalah 50-60 ekor per liter air.
6
Tingkat kelangsungan hidup larva sangat tergantung pada pemeliharaan. Biasanya,hingga panen dilakukan, benih patin yang hidup sekitar 50-80% dari jumlah larva yang ditebarkan.
Larva patin super mulai makan paling cepat pada jam ke-36 setelah menetas. Pakan berupa artemia yang di berikan setiap dua jam pada hari pertama dan setiap tiga jam pada hari kedua hingga hari kelima. Sementara itu, pada hari keenam hingga hari kedua belas pakan bisa berupa moina, daphnia, tubifex sp ( cacing sutra ), atau Chironomus. Setelah itu, disarankan pada hari ketiga belas atau benih sudah berumur dua minggu pakan yang diberikan berupa crumble atau tepung yang di sesuaikan dengan bukaan mulut. Perlu diperhatikan, kadar protein untuk benih patin super disarankan 36-40%.
Pada dasarnnya, target pemijahan ada dua, yakni menghasilkan generasi baru dari induk ikan dan menghasilkan benih untuk dibesarkan guna memenuhi kebutuhan ikan konsumsi. Pemijahan patin super dilakukan secara buatan, karena pemujahan secara alami sulit terjadi di media pemeliharaan. Di sisi laain, pemijahan buatan bisa dilakukan di luar musim, asalkan induk dalam kondisi matang gonad.
Secara fisik, ikan patin tidak memperlihatkan karakteristik eksternal yang jelas, sehingga tidak mudah membedakan induk patin jantan dan betina, apalagi menentukan tingkat kematangan gonadnya. Meskipun demikian, ada ciri-ciri khusus yang bisa digunakan untuk membedakan induk jantan dan bettina. Adapun ciri-ciri khusus tersebut adalah sebagai berikut.

7
Induk betina
~ Perut membesar ke arah anus
~ Perut bila di raba terasa empuk dan halus
~ Kloaka membengkak dan berwarna merah tua
~ Kulit pada bagian perut lembek dan tipis
~ Jika bagian di sekitar kloaka di tekan, akan keluar beberapa butir telur berbentuk bundar dan besarnya seragam.

Induk jantan
~ Kulit perut lembek dan tipis
~ Jika bagian perut diurut ke arah anus, akan keluar cairan sperma berwarna putih
~ Alat kelamin membengkak dan berwarna merah tua

Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan larva atau benih patin super hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap di besarkan. Kegiatan pendederan benih dilakukan dalam dua tahap, yakni pendederan I dan II. Pendederan I yang memiliki jangka waktu selama 2 minggu adalah pemeliharaan benih berukuran 0,75 inci sehingga mencapai ukuran 2-3 inci. Sementara itu, pendederan II yang memiliki jangka waktu selama 3 minggu yakni pemeliharaan benih berukuran 2-3 inci sehingga mencapai ukuran 3-4 inci.


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Baskom ( wadah tempat ikan ) 3 buah
2. Air
3. Benih Ikan patin ( 24 ekor benih )
4. Pakan Ikan ( pelet )
5. Penggaris ( meteran )
6. Alat tulis
3.2 Prosedur Kerja
1. Di sediakan wadah ( baskom tempat ikan ) yang telah diisi air sebanyak 3 buah baskom, dan airnya konstan ( sama rata ) dalam setiap baskom.
2. Di masukkan benih ikan tersebut kepada setiap baskom, Baskom 1 = 4 ekor benih ikan, Baskom 2 = 8 ekor benih ikan, Baskom 3 = 12 ekor benih ikan.
3. Sebelum di masukkan ke dalam baskom, semua benih ikan telah di ukur dan semuanya mempunyai panjang yang sama.
4. Di beri pakan Ikan yang sama banyak kepada setiap baskom yang telah diisi ikan tersebut.
5. Setiap Sore hari Air di ganti terus dan selalu diisi lagi, dengan air yang konstan ( sama rata )
6. Pakan ikan di berikan 3 X 1 hari
7. Setiap 2 hari 1 X di ukur pertumbuhan panjang ikan tersebut.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Penelitian dilaksanakan atau dimulai pada tanggal 19-Desember-2010
1. Semua ukuran ikan yang di masukkan ke dalam wadah, sama panjang yaitu 5 cm.
2. Semua ikan yang telah berada di wadah, di beri air dan pakan yang sama banyak.
3. Mengukur pertumbuhan panjang ikan 2 hari 1 kali
4. Pakan di beri setiap 3 kali 1 hari
5. Air diganti setiap sore hari
_Wadah 1 dimasukkan 4 ikan
_Wadah 2 dimasukkan 8 ikan
_Wadah 3 dimasukkan 12 ikan










9
10
Tabel pengamatan penelitian :
No Hari/tanggal Wadah 1 Wadah 2 Wadah 3
1 Minggu
19-desember-2010 Semua ukuran ikan 5 cm Semua ukuran ikan 5 cm Semua ukuran ikan 5 cm
2 Senin
20-desember-2010
-
-
1 ikan mati
3 Selasa
21-desember-2010 Semua ikan masih tetap 5cm _1 ikan berukuran 5,2cm
_dan ikan yang selebihnya masih tetap 5cm _1 ikan berukuran 5,1cm
_1 ikan berukuran 5,3cm
Dan yang selebihnya masih tetap 5cm
4 Rabu
22-desember-2010
-
-
-
5 Kamis
23-desember-2010 _1 ikan berukuran 5,2cm _1 ikan berukuran 5,2cm
_1 ikan mati
_dan yang selebihnya masih tetap 5cm _1 ikan berukuran 5,1cm
_1 ikan berukuran 5,3cm
_1 ikan berukuran 5,2cm
Dan yang selebihnya masih tetap 5cm
6 Jum’at
24-desember-2010
-
-
1 ikan mati
7 Sabtu
25-desember-2010 _1 ikan berukuran 5,3cm
_1 ikan berukuran 5,1cm
_1 ikan mati
_1 ikan masih tetap 5cm _1 ikan berukuran 5,3cm
_3 ikan berukuran 5,1cm
_dan yang selebihnya masih tetap 5cm _1 ikan berukuran 5,1cm
_1 ikan berukuran 5,3cm
_3 ikan berukuran 5,2cm
Dan yang selebihnya masih tetap 5cm
8 Minggu
26-desember-2010
-
-
2 ikan mati











11
4.2 Pembahasan hasil penelitian
Prinsip pembenihan patin super adalah memanfaatkan sistem resirkulasi air. Sistem ini baru bisa dilakukan pada hari keenam setelah penetasan. Selain itu, dalam melakukan pemijahan buatan digunakan tekhnik kelenjar hypofisa atau hormon ovaprim. Untuk memperoleh benih dengan ukuran 1 inci (2,5 cm) dibutuhkan masa pemeliharaan 20-25 hari sejak larva ditebarkan
Pemeliharaan larva bisa dilakukan di akuarium, bak fibreglass, atau bak plastik. Untuk bak plastik diperlukan tambahan aerasi dan dilengkapi fasilitas resirkulasi air. Sedangkan padat penebaran larva yang bisa digunakan adalah 50-60 ekor per liter air.
Tingkat kelangsungan hidup larva sangat tergantung pada pemeliharaan. Biasanya,hingga panen dilakukan, benih patin yang hidup sekitar 50-80% dari jumlah larva yang ditebarkan.
Larva patin super mulai makan paling cepat pada jam ke-36 setelah menetas. Pakan berupa artemia yang di berikan setiap dua jam pada hari pertama dan setiap tiga jam pada hari kedua hingga hari kelima. Sementara itu, pada hari keenam hingga hari kedua belas pakan bisa berupa moina, daphnia, tubifex sp ( cacing sutra ), atau Chironomus. Setelah itu, disarankan pada hari ketiga belas atau benih sudah berumur dua minggu pakan yang diberikan berupa crumble atau tepung yang di sesuaikan dengan bukaan mulut. Perlu diperhatikan, kadar protein untuk benih patin super disarankan 36-
Dari hasil penelitian yang saya lakukan,bahwa kepadatan populasi pada ikan, yang ikannya lebih banyak dalam satu wadah ternyata lebih cepat petumbuhannya di bandingkan dengan ikan yang lebih sedikit.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
_ Dari penelitian yang saya lakukan dapat saya simpulkan bahwa kepadatan populasi pada ikan, yang ikannya lebih banyak dalam satu wadah ternyata lebih cepat petumbuhannya di bandingkan dengan ikan yang lebih sedikit.

5.2 Saran
Dari penelitian yang penulis lakukan,
_Penulis mengakui masih terdapat kekurangan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun secara konstruktif demi kesempurnaan di masa mendatang.
_ Ikan patin merupakan ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena sangat digemari oleh masyarakat namun ikan patin ini belum diusahakan dengan optimal,oleh karena itu, sebagai mahasiswa,kita hendak mengerti akan budi daya yang harus kita kembangkan.






12
DAFTAR RUJUKAN
Ardiwinata, R.O.1951. Pemeliharaan ikan jilid I, Vorkink – van Hoeve, Bandung – ’S. Gravenhage, 83 p.
Effendie, Moch. Ichsan. 1975. Metoda Biologi Perikanan. Bagian Ichthyology, Fakultas perikanan IPB, 81 p.
Hardjamulia, A. 1970. Pengamatan budidaya ikan, merangsang pemijahan dengan hormon hypophysa. Kontribusi lembaga penelitian perikanan darat No.19, Bogor, 10p.
Jangkaru, V.G. 1969. Derajat pemijahan, pembuahan dan penetasan telur serta kelangsungan hidup ikan sampai tingkat larva. Fakultas perikanan IPB, Bogor, 33p.
Sukra, J. 1968. Pengantar Embriologi. Fakultas Kedokteran Hewan IPB, 131p.
Saanin, H. 1969. Taksonomi dan identifikasi ikan, Bina cipta, Bandung
Khairuman, SP. 2006. Budi daya patin super, Agro media, Jakarta










LAMPIRAN








DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tebel Pengamatan Penelitian.............................................................. 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar