I.PENDAHULUAN
a.Latar Belakang
Dalam mengestimasi populasi kepadatan hewan. Dibutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam system daftar.
Kepadatan populasi dan kepadatan Relatif
Kepadatan pupolasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tapat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relative. Kepadatan relative dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relative biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)
Rataan populasi biasanya dilambangkan dengan μ (Mui). Rumus metematikanya adalah μ=∑ X / n dengan μ = rataan sutau populasi ∑= penjumlahan X= nilai-nilai pengamatan dalam suatu populasi, dan n adalah jumlah individu.
Pada kenyataannya suatu populasi dapat sangat besar sehingga tidak memungkinkan untuk semua individu yang ada dalam populasi tersebut. Pada kasus seperti ini sample yang digunakan untuk menghitung rataan populasi. Lambang yang digunakan untuk sample ini adalah X. Rumus matematikanya sama dengan matematika untuk rataan populasi. Individu-individu yang diambil sebagai sample haruslah acak sehingga dapat mewakili populasi. Ukuran besar kecilnya sa,pel sangatlah penting. Dalam hal ini semakin besar sample maka semakin mewakili populasi.(Rachman.R.1996)
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetic) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)
b.Tujuan Penelitian:
Menerapkan metode Capture-mark-realease-Recapture untuk memperkirakan besatnya populasi simulan (Objek simulasi) dan membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus yaitu rumus Petersen dan schanabel.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Setelah meninjau keanekaragaman yang tinggi dari spesies di daerah tropika, sekarang kita dapat meninjau corak dari populasi. Walaupun istilah populasi itu dapat mencakup varietas, ekosipe / kelompok lain yang mungkin saja merupakan satuan ekologi, populasi merupakan berbagai ciri khas tambahan yang berbeda dari dan ciri lainnya yang merupakan tambahan pada, ciri umum individunya yang membentuk kelompok itu.
Diantaranya ciri yang sama-sama dimiliki oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai riwayat hidup sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan dan memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu.
Ciri kelompok mencakup berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, susunan kelamin/ sistem reproduksi, struktur umur, sebaran dan stuktur sosial.(Ewusie.Y.1990)
Pengetahuan tentang pertumbuhan dan pengaruh individu populasi merupakan dasar untuk memahami struktur dan dinamika ekologi. Semua spesies memiliki potensi tumbuh yang tinggi pada kondisi optimum.
Jumlah kelahiran dan kematian mungkin berfluktasi secara luas sebagai respon terhadap pengaruh lingkungan yang berbeda, tetapi jumlah itu mendekati seimbang dalam waktu yang lama.
Interaksi species seperti predasi, kompetisi dan herbivore akan mengatup naik turunnya pertumbuhan populasi.
Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar.
Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi.
Contoh pertumbuhan potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita umur 15-35 tahun adalah lebih besar pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak.
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989)
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)
Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (=kerapatan spesifik).
Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat.
Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi.
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :
1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON). (Soetjipta.1992)
Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode CAPTURE-RECAPTURE. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metoda ini ada beberapa cara yaitu:
1. Metoda Linceln-Peterson
Metoda ini pada dasrya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap.
Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sample, selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:
N=(1)(SE)
Dengan catatan, t=(df) Dalam table distribusi t
Α(tingkat signifikasi)=0,05
Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A) maka dihitung dengan rumus :
D=N/A
2. Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil), dapat digunakan schanabel.
Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya.
Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
KArena pengambilan sample diatas akan mengurangi kesalahan sampling.
Maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
Dengan catatan:
K = jumlah periode sampling
Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.(Sugianto.A.1994)
III.BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat
A.WAKTU : Kamis, 6 Desember 2007
B.TEMPAT : Laboratorium Universitas Jambi
Lantai II Ruangan Labor Biologi-Unja
Jambi- Mendalo Darat
Alat dan Bahan :
Alat:
Dua buah toples
Bahan:
Kancing baju berwanna putih berjumlah ± setengah dari tinggi toples.
Kancing baju berwarna hitam berjumlah ± setengah dari tinggi toples.
Prosedur Kerja:
1. Diambil segenggam kancing baju hitam dalam toples, dan menukarkan kancing tersebut dengan kancing berwarna putih sebagai hewan yang ditandai.
2. Dikocok toples agar kancing homogen.
3. Diambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat sejumlah kancing berwarna lain dianggap sebagai (Ri).
4. Dilakukan cuplikan tersebut sebanyak 10 kali.
5. Dihitung dengan rumus Scanabel dan Peterson.
6. Data yang didapat diisi di dalam table yang telah tersedia dibuku penuntun praktikum.
IV.HASIL BAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Peterson
k N Ri Hewan yang tidak bertanda Mi Mi ni
1
2 22
35 -
3 22
32 -
21 -
-
Schanabel
K Ni Ri ∑Hewan bertanda Mi Mi ni
1 9 - 9 - -
2 13 - 13 9 117
3 15 2 13 22 330
4 14 1 13 35 490
5 16 2 14 48 768
6 12 3 9 62 744
7 19 3 16 71 1349
8 24 8 16 87 2088
9 13 6 7 103 1339
10 11 3 8 110 1210
Jumlah 28 8435
B.Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai simulasi estimasi populasi hewan. Kami mendapatkan Hasil yang sudah tertera diatas.Hasil perhitungan menggunakan rumus SCHANABEL, maka didapat hasil 301 dan standart errornya adalah 22,9 dan selang kepercayaannya 260 < N <346. Sedangkan pada data yang dilakukan perhitungan dengan PETERSON didapat hasil 770 dan standart errornya adalah 131 dan selang kepercayaannya 1 < N < 513.Dan selisih yang didapat adalah 44 maka dapat dipastikan bahwa selang kepercayaannya dapat diterima karna selisih dari dua perhitungan rumus ini adalah kecil dari 50.
Menurut Sugianto,agus. Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan ( Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi indifidu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Kami mendapatkan rumus Peterson dari hasil praktikun yang kami lakukan yaitu :
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Dan hasil dari standar errernya menggunakan rumus:
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
= 131
Sedangkan hasil model scanabel yang kami dapati yaitu menggunakan rumus :
N=∑(ni Mi)/∑Ri
=301
Dan untuk kesalahan Baku (SE),dapat dihitung engan rumus :
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
= 22,9
Setelah menentukan standar errornya kemudian ditentukan selang kepercayaannya menggunakan rumus :
N=(1)(SE)
=260 < N < 346
Metode schanebel ini dapat digunakan untuk mengurangi ke tidak valitan dalam metode PETERSON. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. (Agus.1994)
KESIMPULAN:
1. Dengan menggunakan rumus SCHANABEL maka didapat hasil 301
2. Sedangkan dalam rumus PETERSON didapat hasil 257
3. Dan selisih antara SCHANABEL dan PETERSON adalah 301-257=44
4. PETERSON dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
5. SCHANABEL dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
LAMPIRAN:
Peterson
k N Ri Hewan yang tidak bertanda Mi Mi ni
1
2 22
35 -
3 22
32 -
21 -
-
Schanabel
K Ni Ri ∑Hewan bertanda Mi Mi ni
1 9 - 9 - -
2 13 - 13 9 117
3 15 2 13 22 330
4 14 1 13 35 490
5 16 2 14 48 768
6 12 3 9 62 744
7 19 3 16 71 1349
8 24 8 16 87 2088
9 13 6 7 103 1339
10 11 3 8 110 1210
Jumlah 28 8435
PERHITUNGAN:
DAFTAR PUSTAKA
Ewusie,yanney.1990. Ekologi Tropika.ITB Press:Bandung
Hadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : Jakarta
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Rachaman,ronny.1996.Genetika Ternak.Penebar Swadaya: Jakarta
Soegianto,agus.1994,Ekologi Kwantatif. Usaha Nasional : Surabaya
Soetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : Jakarta
Suin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
I.PENDAHULUAN
a.Latar Belakang
Dalam mengestimasi populasi kepadatan hewan. Dibutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam system daftar.
Kepadatan populasi dan kepadatan Relatif
Kepadatan pupolasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tapat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relative. Kepadatan relative dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relative biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)
Rataan populasi biasanya dilambangkan dengan μ (Mui). Rumus metematikanya adalah μ=∑ X / n dengan μ = rataan sutau populasi ∑= penjumlahan X= nilai-nilai pengamatan dalam suatu populasi, dan n adalah jumlah individu.
Pada kenyataannya suatu populasi dapat sangat besar sehingga tidak memungkinkan untuk semua individu yang ada dalam populasi tersebut. Pada kasus seperti ini sample yang digunakan untuk menghitung rataan populasi. Lambang yang digunakan untuk sample ini adalah X. Rumus matematikanya sama dengan matematika untuk rataan populasi. Individu-individu yang diambil sebagai sample haruslah acak sehingga dapat mewakili populasi. Ukuran besar kecilnya sa,pel sangatlah penting. Dalam hal ini semakin besar sample maka semakin mewakili populasi.(Rachman.R.1996)
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetic) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)
b.Tujuan Penelitian:
Menerapkan metode Capture-mark-realease-Recapture untuk memperkirakan besatnya populasi simulan (Objek simulasi) dan membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus yaitu rumus Petersen dan schanabel.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Setelah meninjau keanekaragaman yang tinggi dari spesies di daerah tropika, sekarang kita dapat meninjau corak dari populasi. Walaupun istilah populasi itu dapat mencakup varietas, ekosipe / kelompok lain yang mungkin saja merupakan satuan ekologi, populasi merupakan berbagai ciri khas tambahan yang berbeda dari dan ciri lainnya yang merupakan tambahan pada, ciri umum individunya yang membentuk kelompok itu.
Diantaranya ciri yang sama-sama dimiliki oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai riwayat hidup sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan dan memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu.
Ciri kelompok mencakup berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, susunan kelamin/ sistem reproduksi, struktur umur, sebaran dan stuktur sosial.(Ewusie.Y.1990)
Pengetahuan tentang pertumbuhan dan pengaruh individu populasi merupakan dasar untuk memahami struktur dan dinamika ekologi. Semua spesies memiliki potensi tumbuh yang tinggi pada kondisi optimum.
Jumlah kelahiran dan kematian mungkin berfluktasi secara luas sebagai respon terhadap pengaruh lingkungan yang berbeda, tetapi jumlah itu mendekati seimbang dalam waktu yang lama.
Interaksi species seperti predasi, kompetisi dan herbivore akan mengatup naik turunnya pertumbuhan populasi.
Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar.
Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi.
Contoh pertumbuhan potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita umur 15-35 tahun adalah lebih besar pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak.
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989)
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)
Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (=kerapatan spesifik).
Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat.
Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi.
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :
1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON). (Soetjipta.1992)
Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode CAPTURE-RECAPTURE. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metoda ini ada beberapa cara yaitu:
1. Metoda Linceln-Peterson
Metoda ini pada dasrya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap.
Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sample, selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:
N=(1)(SE)
Dengan catatan, t=(df) Dalam table distribusi t
Α(tingkat signifikasi)=0,05
Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A) maka dihitung dengan rumus :
D=N/A
2. Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil), dapat digunakan schanabel.
Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya.
Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
KArena pengambilan sample diatas akan mengurangi kesalahan sampling.
Maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
Dengan catatan:
K = jumlah periode sampling
Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.(Sugianto.A.1994)
III.BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat
A.WAKTU : Kamis, 6 Desember 2007
B.TEMPAT : Laboratorium Universitas Jambi
Lantai II Ruangan Labor Biologi-Unja
Jambi- Mendalo Darat
Alat dan Bahan :
Alat:
Dua buah toples
Bahan:
Kancing baju berwanna putih berjumlah ± setengah dari tinggi toples.
Kancing baju berwarna hitam berjumlah ± setengah dari tinggi toples.
Prosedur Kerja:
1. Diambil segenggam kancing baju hitam dalam toples, dan menukarkan kancing tersebut dengan kancing berwarna putih sebagai hewan yang ditandai.
2. Dikocok toples agar kancing homogen.
3. Diambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat sejumlah kancing berwarna lain dianggap sebagai (Ri).
4. Dilakukan cuplikan tersebut sebanyak 10 kali.
5. Dihitung dengan rumus Scanabel dan Peterson.
6. Data yang didapat diisi di dalam table yang telah tersedia dibuku penuntun praktikum.
IV.HASIL BAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Peterson
k N Ri Hewan yang tidak bertanda Mi Mi ni
1
2 22
35 -
3 22
32 -
21 -
-
Schanabel
K Ni Ri ∑Hewan bertanda Mi Mi ni
1 9 - 9 - -
2 13 - 13 9 117
3 15 2 13 22 330
4 14 1 13 35 490
5 16 2 14 48 768
6 12 3 9 62 744
7 19 3 16 71 1349
8 24 8 16 87 2088
9 13 6 7 103 1339
10 11 3 8 110 1210
Jumlah 28 8435
B.Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai simulasi estimasi populasi hewan. Kami mendapatkan Hasil yang sudah tertera diatas.Hasil perhitungan menggunakan rumus SCHANABEL, maka didapat hasil 301 dan standart errornya adalah 22,9 dan selang kepercayaannya 260 < N <346. Sedangkan pada data yang dilakukan perhitungan dengan PETERSON didapat hasil 770 dan standart errornya adalah 131 dan selang kepercayaannya 1 < N < 513.Dan selisih yang didapat adalah 44 maka dapat dipastikan bahwa selang kepercayaannya dapat diterima karna selisih dari dua perhitungan rumus ini adalah kecil dari 50.
Menurut Sugianto,agus. Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan ( Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi indifidu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Kami mendapatkan rumus Peterson dari hasil praktikun yang kami lakukan yaitu :
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Dan hasil dari standar errernya menggunakan rumus:
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
= 131
Sedangkan hasil model scanabel yang kami dapati yaitu menggunakan rumus :
N=∑(ni Mi)/∑Ri
=301
Dan untuk kesalahan Baku (SE),dapat dihitung engan rumus :
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
= 22,9
Setelah menentukan standar errornya kemudian ditentukan selang kepercayaannya menggunakan rumus :
N=(1)(SE)
=260 < N < 346
Metode schanebel ini dapat digunakan untuk mengurangi ke tidak valitan dalam metode PETERSON. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. (Agus.1994)
KESIMPULAN:
1. Dengan menggunakan rumus SCHANABEL maka didapat hasil 301
2. Sedangkan dalam rumus PETERSON didapat hasil 257
3. Dan selisih antara SCHANABEL dan PETERSON adalah 301-257=44
4. PETERSON dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
5. SCHANABEL dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
LAMPIRAN:
Peterson
k N Ri Hewan yang tidak bertanda Mi Mi ni
1
2 22
35 -
3 22
32 -
21 -
-
Schanabel
K Ni Ri ∑Hewan bertanda Mi Mi ni
1 9 - 9 - -
2 13 - 13 9 117
3 15 2 13 22 330
4 14 1 13 35 490
5 16 2 14 48 768
6 12 3 9 62 744
7 19 3 16 71 1349
8 24 8 16 87 2088
9 13 6 7 103 1339
10 11 3 8 110 1210
Jumlah 28 8435
PERHITUNGAN:
DAFTAR PUSTAKA
Ewusie,yanney.1990. Ekologi Tropika.ITB Press:Bandung
Hadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : Jakarta
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Rachaman,ronny.1996.Genetika Ternak.Penebar Swadaya: Jakarta
Soegianto,agus.1994,Ekologi Kwantatif. Usaha Nasional : Surabaya
Soetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : Jakarta
Suin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
I.PENDAHULUAN
a.Latar Belakang
Dalam mengestimasi populasi kepadatan hewan. Dibutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam system daftar.
Kepadatan populasi dan kepadatan Relatif
Kepadatan pupolasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tapat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relative. Kepadatan relative dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relative biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)
Rataan populasi biasanya dilambangkan dengan μ (Mui). Rumus metematikanya adalah μ=∑ X / n dengan μ = rataan sutau populasi ∑= penjumlahan X= nilai-nilai pengamatan dalam suatu populasi, dan n adalah jumlah individu.
Pada kenyataannya suatu populasi dapat sangat besar sehingga tidak memungkinkan untuk semua individu yang ada dalam populasi tersebut. Pada kasus seperti ini sample yang digunakan untuk menghitung rataan populasi. Lambang yang digunakan untuk sample ini adalah X. Rumus matematikanya sama dengan matematika untuk rataan populasi. Individu-individu yang diambil sebagai sample haruslah acak sehingga dapat mewakili populasi. Ukuran besar kecilnya sa,pel sangatlah penting. Dalam hal ini semakin besar sample maka semakin mewakili populasi.(Rachman.R.1996)
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetic) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)
b.Tujuan Penelitian:
Menerapkan metode Capture-mark-realease-Recapture untuk memperkirakan besatnya populasi simulan (Objek simulasi) dan membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus yaitu rumus Petersen dan schanabel.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Setelah meninjau keanekaragaman yang tinggi dari spesies di daerah tropika, sekarang kita dapat meninjau corak dari populasi. Walaupun istilah populasi itu dapat mencakup varietas, ekosipe / kelompok lain yang mungkin saja merupakan satuan ekologi, populasi merupakan berbagai ciri khas tambahan yang berbeda dari dan ciri lainnya yang merupakan tambahan pada, ciri umum individunya yang membentuk kelompok itu.
Diantaranya ciri yang sama-sama dimiliki oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai riwayat hidup sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan dan memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu.
Ciri kelompok mencakup berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, susunan kelamin/ sistem reproduksi, struktur umur, sebaran dan stuktur sosial.(Ewusie.Y.1990)
Pengetahuan tentang pertumbuhan dan pengaruh individu populasi merupakan dasar untuk memahami struktur dan dinamika ekologi. Semua spesies memiliki potensi tumbuh yang tinggi pada kondisi optimum.
Jumlah kelahiran dan kematian mungkin berfluktasi secara luas sebagai respon terhadap pengaruh lingkungan yang berbeda, tetapi jumlah itu mendekati seimbang dalam waktu yang lama.
Interaksi species seperti predasi, kompetisi dan herbivore akan mengatup naik turunnya pertumbuhan populasi.
Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar.
Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi.
Contoh pertumbuhan potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita umur 15-35 tahun adalah lebih besar pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak.
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989)
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)
Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (=kerapatan spesifik).
Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat.
Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi.
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :
1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON). (Soetjipta.1992)
Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode CAPTURE-RECAPTURE. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metoda ini ada beberapa cara yaitu:
1. Metoda Linceln-Peterson
Metoda ini pada dasrya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap.
Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sample, selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:
N=(1)(SE)
Dengan catatan, t=(df) Dalam table distribusi t
Α(tingkat signifikasi)=0,05
Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A) maka dihitung dengan rumus :
D=N/A
2. Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil), dapat digunakan schanabel.
Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya.
Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
KArena pengambilan sample diatas akan mengurangi kesalahan sampling.
Maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
Dengan catatan:
K = jumlah periode sampling
Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.(Sugianto.A.1994)
III.BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat
A.WAKTU : Kamis, 6 Desember 2007
B.TEMPAT : Laboratorium Universitas Jambi
Lantai II Ruangan Labor Biologi-Unja
Jambi- Mendalo Darat
Alat dan Bahan :
Alat:
Dua buah toples
Bahan:
Kancing baju berwanna putih berjumlah ± setengah dari tinggi toples.
Kancing baju berwarna hitam berjumlah ± setengah dari tinggi toples.
Prosedur Kerja:
1. Diambil segenggam kancing baju hitam dalam toples, dan menukarkan kancing tersebut dengan kancing berwarna putih sebagai hewan yang ditandai.
2. Dikocok toples agar kancing homogen.
3. Diambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat sejumlah kancing berwarna lain dianggap sebagai (Ri).
4. Dilakukan cuplikan tersebut sebanyak 10 kali.
5. Dihitung dengan rumus Scanabel dan Peterson.
6. Data yang didapat diisi di dalam table yang telah tersedia dibuku penuntun praktikum.
IV.HASIL BAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Peterson
k N Ri Hewan yang tidak bertanda Mi Mi ni
1
2 22
35 -
3 22
32 -
21 -
-
Schanabel
K Ni Ri ∑Hewan bertanda Mi Mi ni
1 9 - 9 - -
2 13 - 13 9 117
3 15 2 13 22 330
4 14 1 13 35 490
5 16 2 14 48 768
6 12 3 9 62 744
7 19 3 16 71 1349
8 24 8 16 87 2088
9 13 6 7 103 1339
10 11 3 8 110 1210
Jumlah 28 8435
B.Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai simulasi estimasi populasi hewan. Kami mendapatkan Hasil yang sudah tertera diatas.Hasil perhitungan menggunakan rumus SCHANABEL, maka didapat hasil 301 dan standart errornya adalah 22,9 dan selang kepercayaannya 260 < N <346. Sedangkan pada data yang dilakukan perhitungan dengan PETERSON didapat hasil 770 dan standart errornya adalah 131 dan selang kepercayaannya 1 < N < 513.Dan selisih yang didapat adalah 44 maka dapat dipastikan bahwa selang kepercayaannya dapat diterima karna selisih dari dua perhitungan rumus ini adalah kecil dari 50.
Menurut Sugianto,agus. Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan ( Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi indifidu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Kami mendapatkan rumus Peterson dari hasil praktikun yang kami lakukan yaitu :
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Dan hasil dari standar errernya menggunakan rumus:
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
= 131
Sedangkan hasil model scanabel yang kami dapati yaitu menggunakan rumus :
N=∑(ni Mi)/∑Ri
=301
Dan untuk kesalahan Baku (SE),dapat dihitung engan rumus :
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
= 22,9
Setelah menentukan standar errornya kemudian ditentukan selang kepercayaannya menggunakan rumus :
N=(1)(SE)
=260 < N < 346
Metode schanebel ini dapat digunakan untuk mengurangi ke tidak valitan dalam metode PETERSON. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. (Agus.1994)
KESIMPULAN:
1. Dengan menggunakan rumus SCHANABEL maka didapat hasil 301
2. Sedangkan dalam rumus PETERSON didapat hasil 257
3. Dan selisih antara SCHANABEL dan PETERSON adalah 301-257=44
4. PETERSON dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
5. SCHANABEL dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
LAMPIRAN:
Peterson
k N Ri Hewan yang tidak bertanda Mi Mi ni
1
2 22
35 -
3 22
32 -
21 -
-
Schanabel
K Ni Ri ∑Hewan bertanda Mi Mi ni
1 9 - 9 - -
2 13 - 13 9 117
3 15 2 13 22 330
4 14 1 13 35 490
5 16 2 14 48 768
6 12 3 9 62 744
7 19 3 16 71 1349
8 24 8 16 87 2088
9 13 6 7 103 1339
10 11 3 8 110 1210
Jumlah 28 8435
PERHITUNGAN:
DAFTAR PUSTAKA
Ewusie,yanney.1990. Ekologi Tropika.ITB Press:Bandung
Hadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : Jakarta
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Rachaman,ronny.1996.Genetika Ternak.Penebar Swadaya: Jakarta
Soegianto,agus.1994,Ekologi Kwantatif. Usaha Nasional : Surabaya
Soetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : Jakarta
Suin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar