Senin, 14 Februari 2011

Fragmentasi

I. PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisme yang memiliki bentuk tubuh “stream line” adalah cacing pipih air tawar, lazim disebut planaria. Planaria dapat bergerak sangat cepat. Bila melekat pada suatu permukaan di bawah air, planaria mengeluarkan lapisan lendir yang licin di bawah tubuhnya, kemudian menggerakkan tubuhnya dengan cepat ke depan di atas lendir tersebut dengan cara menggerak-gerakkan sejumlah silia yang ada dipermukaan ventral. Bila terapung bebas dalam air, planaria berenang dengan gerakan tubuh yang mengombak. Lokomosi planaria yang efisien ini memungkinkan mereka untuk mencari makan secara aktif.
Suatu organisme dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak serta menjaga kelangsungan hidupnya hanya dalam batas-batas kisaran toleransi, dengan kondisi faktor-faktor abiotik dan ketersediaan sumberdaya tertentu saja. Kemampuan berkembangbiak menghasilkan individu baru yang hidup adalah merupakan ciri dasar dari semua tanaman dan hewan-hewan. Planaria berkembang biak dengan cara seksual dan aseksual. Planaria yang sudah dewasa mempunyai sistem reproduksi jantan dan betina, jadi bersifat monoecious (hermafrodit). Testis dan ovarium berkembang dari sel-sel formatif. Reproduksi seksual planaria dilakukan dengan cara dua planaria saling melekat pada sisi ventral-posterior tubuhnya dan terjadi kopulasi (cross fertilisasi), saling pertukaran produk seks antara dua planaria yang berbeda. Planaria melakukan reproduksi seksual setiap tahun di bulan Februari-Maret. Setelah masa reproduksi seksual, alat reproduksi mengalami degenerasi dan planaria kemudian mengalami masa reproduksi aseksual.
Fragmentasi merupakan proses reproduksi aseksual pada planaria, dengan membelah diri secara transversal, masing-masing belahan mengembangkan bagian-bagian yang hilang dan berkembang menjadi satu organisme utuh. Meskipun jumlah individu yang dihasilkan dengan reproduksi aseksual itu sangat besar, tetapi proses ini mempunyai batasan yang serius, yaitu bahwa tiap turunan identik dengan induknya. Sungai merupakan salah satu tempat dimana planaria dapat dijumpai. Planaria umumnya ditemukan dibeberapa tempat di Sungai, khususnya di daerah aliran sungai yang tidak begitu deras, berbatu dan tidak mendapat cahaya matahari langsung serta terlindung oleh tanaman tepi sungai, walaupun tidak di semua tempat terlindung dapat ditemukan planaria. Kemampuan planaria mengembangkan bagian-bagian tubuh yang hilang, hingga terbentuk planaria baru yang lengkap pada reproduksi aseksual, menyebabkan planaria dikatakan mempunyai daya regenerasi yang tinggi. Apabila tubuhnya disayat (dipotong), planaria akan segera memperbaiki bagian tubuhnya yang dipotong dengan proses epimorfis yaitu perbaikan yang dilakukan dengan cara proliferasi jaringan baru (blastema), di atas jaringan lama sehingga akan terbentuk planaria baru yang sempurna. Fenomena ini menarik untuk diteliti, khususnya mengenai pertumbuhan dan perkembangan planaria setelah dilakukan regenerasi secara buatan, yaitu dengan sayatan melintang, memanjang dan miring planaria. Pengamatan terhadap planaria yang dipotong ini dilakukan hingga tumbuh kuncup pada bagian yang hilang dan berkembang menjadi planaria baru yang lengkap.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
 Apa yang dimaksud dengan regenerasi ?
 Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan planaria yang diperlakukan dengan regenerasi dengan dipotongnya ekor cacing planaria ?
 Tuliskan proses dan tahap perkembangan/pertumbuhan planaria ?
1.3 Hipotesis Penelitian
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman mengenai kajian yang diteliti, maka dijelaskan batasan-batasan istilah sebagai berikut.
 Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tumbuh berarti timbul (hidup) dan bertambah sempurna dan pertumbuhan adalah keadaan tumbuh. Perkembangan adalah perihal berkembang, menjadi bertambah sempurna.
Pertumbuhan dan perkembangan setiap makhluk hidup tergantung dari pertumbuhan sel dan perbanyakan sel. Pada makhluk hidup multiseluler pembelahan sel sangat penting untuk pertumbuhan makhluk hidup dari muda sampai dewasa. Dalam penelitian ini yang dimaksud pertumbuhan dan perkembangan adalah adanya pembentukan kuncup pada bagian yang hilang dan kuncup kemudian berkembang sempurna hingga terbentuk planaria baru yang lengkap, setelah planaria dipotong secara melintang (anterior), memanjang ( posterior) dan miring (anterior).
 Planaria Planaria merupakan organisme dengan tubuh pipih memanjang dan lunak, hidup bebas di perairan tawar yang dingin dan jernih, termasuk Phylum Platyhelminthes, Kelas Turbellaria.
 Regenerasi Buatan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, regenerasi adalah penggantian alat yang rusak atau hilang dengan pembentukan jaringan sel yang baru. Regenerasi dimaksudkan untuk mengganti generasi tua kepada generasi muda atau peremajaan. Kemampuan untuk mengadakan regenerasi bagian-bagian tubuh yang hilang, akibat luka atau yang lainnya, sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan setelah fragmentasi. Regenerasi buatan yang dilakukan terhadap planaria dalam penelitian ini adalah dengan memotong planaria secara melintang (anterior), memanjang (posterior) dan miring (anterior).
1.4 Tujuan Hasil Penelitian
 untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan planaria yang diperlakukan regenerasi dipotongnya kuncup planaria.
 membuktikan bahwa pada hewan-hewan tertentu, organ baru masih dapat terjadi setelah melewati periode organogenesis, bahkan pada periode-periode dewasa.
 Mengamati pembentukan regenerat pada tempat sayatan dan mengikuti perkembangannya hingga mencapai bentuk yang serupa dengan keadaan yang semula.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
 Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang proses pertumbuhan dan perkembangan pada bagian yang hilang setelah planaria dipotong melintang, miring dan memanjang.
 Menambah pengetahuan mengenai waktu yang dibutuhkan pada proses pertumbuhan dan perkembangan, hingga terbentuk planaria baru yang lengkap.
 Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang berkepentingan.












II TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Planaria
1. Klasifikasi dan ciri morfologi Menurut Jordan dan Verma (1979) klasifikasi planaria adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Platyhelminthes Class : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Sub Ordo : Paludicola
Famili : Planariidae
Genus : Euplanaria
Species : Euplanaria, sp
Planaria tubuhnya pipih, lonjong dan lunak dengan panjang tubuh kira-kira antara 5-25 mm. Bagian anterior (kepala) berbentuk segitiga tumpul, berpigmen gelap kearah belakang, mempunyai 2 titik mata di mid dorsal. Titik mata hanya berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan belum merupakan alat penglihat yang dapat menghasilkan bayangan (Soemadji, 1994/1995). Lubang mulut berada di ventral tubuh agak kearah ekor, berhubungan dengan pharink (proboscis) berbentuk tubuler dengan dinding berotot, dapat ditarik dan dijulurkan untuk menangkap makanan. Di bagian kepala, yaitu bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan menyerupai telinga disebut aurikel. Tepat di bawah bagian kepala terdapat tubuh menyempit, menghubungkan bagian badan dan bagian kepala, disebut bagian leher. Di sepanjang tubuh bagian ventral diketemukan zona adesif. Zona adesif menghasilkan lendir liat yang berfungsi untuk melekatkan tubuh planaria ke permukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral tubuh planaria ditutupi oleh rambut-rambut getar halus, berfungsi dalam pergerakan (Jasin, 1984).
Morfologi planaria dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Morfologi planaria (Radiopoetro, 1990).

Gambar 1
Keterangan:
A = anterior 1. titik mata
P = posterior 2. auricula
D = dorsal 3. lubang mulut
V = ventral 4. pharynx
C = caput 5. porus genitalis

2. Sifat-sifat (habitat) Dalam Jasin (1984), planaria biasa disebut dengan istilah Euplanaria atau Dugesia. Planaria hidup bebas di perairan tawar yang jernih, lebih suka pada air yang tidak mengalir. Planaria mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang teduh, misalnya dibalik batu- batuan, dibawah daun yang jatuh ke air dan lain-lain.
Menurut Radiopoetro (1990) planaria hidup di air tawar dalam danau, sungai dan rawa. Mereka menghindari sinar matahari dengan melekat di bawah permukaan batu atau sepotong kayu. Cacing ini mudah diperoleh dengan cara memasukkan sekerat daging hati ke dalam air sungai atau genangan air selama beberapa saat. Jika di dalam air tersebut ada planaria, maka bila daging itu kemudian diambil akan terbawa juga planaria melekat pada daging hati tersebut. 3. Sistem gerak Dalam Kastawi dkk (2001) dijelaskan, meskipun hidup di air planaria tidak berenang, tetapi bergerak dengan cara meluncur dan merayap. Gerakan meluncur terjadi dengan bantuan silia yang ada pada bagian ventral tubuhnya dan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir dari bagian tepi tubuh. Zat lendir itu merupakan “jalur” yang akan dilalui. Gerakan silia yang menyentuh jalur lendir menyebabkan hewan bergerak. Selama berjalan meluncur, gelombang yang bersifat teratur tampak bergerak dari kepala ke arah belakang. Pada gerak merayap, tubuh planaria memanjang sebagai akibat dari kontraksi otot sirkular dan dorsoventral. Kemudian bagian depan tubuh mencengkeram pada substrat dengan mukosa atau alat perekat khusus.
4. Nutrisi Makanan planaria adalah hewan-hewan kecil atau zat-zat organik lainnya. Bila planaria dalam keadaan lapar ia akan bergerak secara aktif di 10 dalam air. Makanan tersebut akan ditangkap oleh faringnya untuk selanjutnya dibawa masuk ke dalam mulutnya. Dari bagian mulut makanan akan diteruskan ke bagian usus yang bercabang tiga, satu ke bagian anterior dan dua ke bagian posterior. Disini makanan akan dicerna secara ekstra seluler. Pencernaan selanjutnya dilakukan di dalam sel (intraseluler) dalam vakuola makanan. Hasil pencernaan makanan akan diteruskan pada sel-sel atau jaringan lainnya secara difusi. Sisa-sisa pencernaan makanan akan dikeluarkan kembali melalui mulut (Soemadji. 1994/1995).
5. Respirasi dan ekskresi Menurut Jasin (1984), seperti halnya hewan tingkat rendah lainnya, planaria juga belum mempunyai alat pernafasan khusus. Pengambilan O2 dari lingkungan ekstern berjalan secara osmosis langsung melalui seluruh permukaan tubuh. Dengan adanya kondisi tubuh yang pipih atau tipis semakin memberi kelancaran pertukaran gas tersebut. Sistem ekskresi pada planaria sudah mempunyai alat khusus. Sistem tersebut terdiri dari pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang yang mengadakan anyam-anyaman dan sel-sel yang berbentuk seperti kantung yang disebut sel-api atau “flame-cell”. Pada masing-masing sisi tubuh biasanya terdapat 1 hingga 4 buah pembuluh pengumpul yang membentang longitudinal.
Sistem syaraf Sistem syaraf terdiri dari 2 batang syaraf yang membujur memanjang, di bagian anteriornya berhubungan silang dan 2 ganglia anterior terletak dekat di bawah mata (Brotowidjoyo, 1994).
B. Regenerasi pada Planaria
Menurut Hadikastowo (1982) regenerasi adalah suatu proses pemotongan atau perusakkan bagian tubuh dan kemudian tumbuh lagi mengadakan fragmentasi atau penyembuhan kembali. Regenerasi merupakan proses perkembangbiakan suatu individu dari bagian tubuhnya yang terlepas. Hewan tingkat rendah biasanya mempunyai daya fragmentasi yang tinggi, misal: geranium, hydra, crustaceae, salamander dan planaria
Dalam Newmark & Alvarado (2005), planaria mempunyai kemampuan untuk melakukan regenerasi dengan cara memotong-motong tubuhnya atau dengan pembelahan secara alami. Proses regenerasi tersebut dengan cara menyambung potongan-potongan tubuh dan juga pemisahan pada bagian-bagian tertentu yang disebut sebagai regenerasi blastema. Planaria bila mengalami luka baik secara alami maupun buatan, bagian tubuh manapun yang rusak akan diganti dengan yang baru. Jika tubuh planaria dipotong-potong maka tiap potongan akan dapat tumbuh kembali (regenerasi) menjadi individu baru yang lengkap seperti induknya (Kastawi, dkk. 2003).
Child dalam Radiopoetro (1990) melakukan percobaan dengan planaria, bagian tengah tubuh planaria dipotong dan diperoleh hasil bahwa pada bagian ujung anterior akan terbentuk kepala dan pada bagian posterior akan terbentuk caudanya. Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa potongan bagian anterior regenerasinya lebih cepat dari pada bagian posterior. Planaria yang dipotong melintang menjadi 3 bagian (anterior, tengah dan posterior) dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2.
Planaria dipotong melintang menjadi 3 bagian yaitu anterior, tengah dan posterior (Jordan & Verma. 1979).
Planaria berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual Perkembangbiakkan aseksual terjadi dengan pembelahan secara transversal. Pembelahan terjadi ketika planaria telah mencapai ukuran tubuh maksimum. Saat membelah, bagian posterior tubuh dilekatkan pada substrat secara kuat, kemudian bagian depan tubuh ditarik kearah depan sehingga tubuhnya putus menjadi dua dibelakang pharynx. Sisa tubuh bagian depan akan membentuk bagian ekor yang hilang dan bagian posterior tubuh yang terputus akan membentuk kepala baru (Kastawi, dkk. 2001).
Menurut Radiopoetro (1990) planaria akan membelah diri, jika mendapat cukup makanan. Badan memanjang, kemudian didekat bagian posterior pharynx terjadi penyempitan dan meregang, sehingga akhirnya putus. Potongan bagian anterior bergerak atau pindah dan sesudah kira-kira satu hari terbentuk lagi bagian posteriornya (cauda) dan terbentuklah individu baru. Potongan bagian posterior melingkar dan tidak bergerak. Sesudah beberapa hari akan terbentuk lagi kepala dan pharynx, pada permulaannya sangat kecil tetapi dengan pemberian makan yang cukup akan segera tumbuh sempurna.
Reproduksi aseksual planaria, dengan melakukan kontriksi (penyempitan) bagian posterior dapat dilihat pada Gambar 3. Reproduksi aseksual planaria (Kastawi, dkk. 2001).


Gambar .3
Keterangan :
a. induk;
b. pemanjangan;
c. hewan muda hasil pembelahan Pada perkembangbiakan seksual keberadaan alat reproduksi bersifat sementara.
Alat reproduksi terbentuk selama musim kawin. Sesudah itu alat reproduksi mengalami degenerasi dan planaria menjadi bersifat aseksual dan berkembang biak secara membelah. Reproduksi seksual mengembangkan organ kelamin yang bersifat hermaprodit dan berkembang biak secara seksual setiap tahun sekali pada awal musim panas (Kastawi, dkk. 2003).
Menurut Anonim (2005) musim kawin planaria terjadi pada bulan Februari-Maret.
Menurut Soemadji (1994/1995) bila planaria akan melakukan perkawinan maka dua planaria akan saling menempelkan bagian ujung posteriornya di bagian ventral. Penis dari masing-masing planaria tersebut akan masuk ke dalam genital atrium masing-masing planaria pasangannya dan sperma dari vesikula seminalis pada alat reproduksi jantan akan ditransfer ke dalam reseptakula seminalis pada reproduksi betina. Dengan demikian terjadilah pembuahan internal secara silang. Setelah terjadi pertukaran sperma planaria akan memisah dan sperma pada masing-masing tubuh planaria akan bergerak ke oviduk untuk membuahi telur.
C. Faktor yang Berpengaruh terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Planaria Untuk menghasilkan suatu organisme lengkap, perkembangan normalnya mencakup tumbuh dan diferensiasi yang berlangsung di bawah suatu koordinasi ketat dengan urutan yang tepat. Bila suatu bagian hilang, karena suatu kecelakaan atau karena perlakuan dalam eksperimen, kehilangan akan dikenal dan terjadilah proses-proses perbaikan. Jika hal ini terjadi 15sebelum struktur itu terdiferensiasi, maka akan terjadi pembentukan kembali dari bagian-bagian yang hilang dan disebut regulasi. Diferensiasi adalah proses perubahan yang terjadi pada sel atau jaringan selama perkembangan sehingga dicapai ciri struktural dan fungsional yang khusus (Sudarwati & Sutasurya, 1990).
Setiap hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembangbiak dalam suatu lingkungan yang menyediakan kondisi yang cocok baginya. Keberhasilan hidup hewan sangat ditentukan oleh sumberdaya lingkungan dan kondisi lingkungan (Kramadibrata, 1996).
Dalam Anonim (2005) disebutkan bahwa pemberian makanan pada planaria bisa berupa bits kecil dari yolk kuning telur yang masak, hati dan cacing tubifex yang segar dan berbau khas, diberikan beberapa hari sampai satu minggu. Setelah diberi makan, planaria dibiarkan selama 30 menit sampai 1 jam dan selama beregenerasi tidak memberi makan pada planaria. Turbellaria pada umumnya merupakan hewan karnivor, makanannya berupa hewan-hewan kecil (cacing, crustacea, siput dan potongan-potongan hewan mati) (Kastawi, dkk. 2001). Planaria yang diaklimasi untuk merespon rangsangannya, hanya bisa ditempatkan pada mata air atau kolam, bukan air suling atau air leding. Air suling tidak mengandung mineral dan nutrisi yang dibutuhkan planaria, sedang air leding didalamnya mengandung klorin dan florida yang bisa menyebabkan kematian pada planaria (Anonim, 2005).
Menurut Sudarwati & Sutasurya (1990) regenerasi dapat terjadi lewat adanya kumpulan sel-sel yang belum terdiferensiasi pada suatu luka, disebut blastema yang kemudian akan berproliferasi dan secara progresif berdiferensiasi membentuk bagian-bagian yang hilang. Blastema dapat berasal dari sel-sel pada permukaan luka atau dapat pula berasal dari sel-sel cadangan khusus, misalnya neoblast yang bermigrasi ke tempat luka. Bila planaria dipotong, neoblast akan tampak terhimpun pada permukaan luka sehingga terbentuk suatu blastema yang kemudian akan berproliferasi dan berdiferensiasi membentuk bagian-bagian yang hilang. Setelah mendapat perlakuan dengan sinar X, regenerasi tidak berlangsung, tetapi daya regenerasi dapat pulih kembali jika dicangkokkan sedikit jaringan yang mengandung neoblast dari planaria yang tidak diradiasi. Selama beregenerasi planaria dapat dipelihara pada temperatur 68-72oF (20-22,2oC), dengan tidak menurunkan suhunya serta tidak menempatkannya pada cahaya yang kuat dan sebaiknya memelihara planaria pada tempat gelap. Planaria sensitif terhadap cahaya kuat, temperatur dan pH, jika kondisi lingkungan diubah ukuran tubuh planaria menjadi lebih kecil dari ukuran semula (Anonim, 2005).
Jenis hewan dari kelas Turbellaria yaitu planaria, merupakan organisme yang hidupnya menempel pada substrat didasar perairan. Organisme lain yang ditemukan di Sungai Semirang antara lain dari kelas Gastropoda, Insecta dan Crustaceae.






III METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pnelitian ini adalah buku tulis, label, gelas air mineral/toples, silet dan penggaris. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tiga ekor cacing planaria yang masih utuh anggota tubuhnya.
3.2 Prosedur Kerja
• Di ukur masing-masing cacing planaria yang masih utuh menggunakan penggaris.
• Dibuatlah beberapa macam sayatan pada ekor cacing planaria melintang, tegak lurus dan miring, tempat sayatan kira-kira di tengah ekor (di ukur dari pangkal ekor)
• Cacing tersebut di taruh dalam toples yang telah disiapkan.
• Ukurlah panjang ekor sebelum di sayat ( dari pangkal sampai ujung ekor ).
• Diamati pertumbuhannya selama tujuh hari, dan ukurlah panjang regenerat, setiap hari sampai bentuk/ ukuran ekor lengkap dicapai seperti semula.




IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Data Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan Planaria Hasil Regenerasi Buatan.
A. Hasil Sayatan Miring (anterior)
No Hari / tanggal Sebelum dan sesudah dipotong
Sebelum 4cm-2cm=2cm
1 Rabu 15-12-2010 2,0 cm
2 Kamis 16-12-2010 2,2 cm
3 Jum’at 17-12-2010 2,8 cm
4 Sabtu 18-12-2010 3,0 cm
5 Minggu 19-12-2010 3,6 cm
6 Senin 20-12-2010 4,0 cm
7 Selasa 21-12=2010 4,5 cm

Tabel 2. B. Hasil Sayatan Melintang (Posterior)
No Hari / tanggal Sebelum dan sesudah dipotong
Sebelum 4,5cm-2cm=2,5cm
1 Rabu 15-12-2010 2,5 cm
2 Kamis 16-12-2010 3,0 cm
3 Jum’át 17-12-2010 4,0 cm

4 Sabtu 18-12-2010 4,5 cm
5 Minggu 19-12-2010 5,0 cm
6 Senin 20-12-2010 Mati
7 Selasa 21-12-2010 Mati

Tabel 3.
C. Hasil Sayatan Memanjang (anterior)
No Hari / tanggal Sebelum dan sesudah disayat
Sebelum 5,5cm-2cm=3,5cm
1 Rabu 15-12-2010 3,5 cm
2 Kamis 16-12-2010 4,2 cm
3 Jum’at 17-12-2010 4,5 cm
4 Sabtu 18-12-2010 5,1 cm
5 Minggu 19-12-2010 5,4 cm
6 Senin 20-12-2010 6,2 cm
7 Selasa 21-12-2010 6,6 cm





4.2 Pembahasan
Regenerasi buatan yang dilakukan terhadap planaria pada penelitian ini adalah memotong melintang planaria (anterior) memotong miring (anterior) memanjang (posterior). Berdasarkan Tabel diatas, pada potongan melintang. Pada potongan melintang , baik anterior, dan posterior mempunyai nilai yang berbeda.
Dalam percobaan ini dengan berbagai variasi potongan, diantaranya jika potongan yang berbentuk segitiga dipotong atau diambil dari bagian lateral badan, umumnya regenerasi kepala pada ujung dalam sedang pembentukan ekor pada tepi lateral. Sepotong potongan membujur dari bagian samping akan regenerasi dengan normal, jika potongan itu tetap lurus. Jika potongan membengkok atau melengkung, maka kepala akan tumbuh pada bagian samping dalam. Jika kepala planaria dibelah akan dapat terbentuk seekor planaria berkepala dua, kemudian jika pembelahan dilanjutkan ke posterior sampai terjadi dua buah belahan, maka tiap belahan akan dapat tumbuh menjadi seekor cacing yang lengkap. Berdasarkan percobaan tersebut, variasi potongan pada planaria dalam bentuk apapun, termasuk dalam penelitian ini yaitu memotong planaria secara melintang, miring dam memanjang, planaria tetap mampu beregenerasi menjadi planaria baru yang lengkap. Pada pemotongan melintang baik anterior maupun posterior mempunyai kemampuan regenerasi yang sama, dalam kategori sedang. Namun, pada potongan melintang, posterior mempunyai kemampuan regenerasi dalam kategori tinggi dengan nilai S = 80%, tetapi anterior (miring/memanjang) kategori sedang dengan nilai S = 60%. Hal ini diduga karena bagian anterior lebih banyak membutuhkan energi untuk aktifitas pergerakan dibanding energi yang tersimpan untuk pertumbuhan dan perkembangan kuncup. Sementara bagian posterior lebih sedikit energi yang dibutuhkan untuk pergerakan dan lebih banyak energi yang tersimpan untuk pertumbuhan dan perkembangan kuncup. Setelah planaria dipotong bagian anterior lebih banyak dan lebih cepat bergerak normal kembali, sedang pada bagian posterior akan melingkar dan tidak bergerak, setelah beberapa saat barulah bergerak normal kembali.
Metabolisme tubuh bagian anterior lebih tinggi dari metabolisme tubuh bagian posterior. Pada pengamatan tiga hari setelah diregenerasi, potongan-potongan tubuh planaria telah mulai membentuk kuncup pada bagian yang hilang dengan panjang sekitar 2,0cm, 2,2cm, 2,8cm, 3,0cm, 3,6cm, 4,0cm, dan hari selanjutnya 4,5cm, Hal ini diduga karena kebutuhan makanannya hanya mengandalkan pada mineral ataupun nutrisi yang terkandung di dalam air pemeliharaan yang bersumber dari aliran air Sungai. Selama planaria beregenerasi, planaria tidak diberi makan, karena makanan tersebut akan menyisakan kotoran dan mengubah kondisi lingkungan, sedangkan tempat hidup planaria di air yang dingin, segar dan jernih, sehingga dalam penelitian ini planaria dibiarkan beregenerasi tanpa pemberian makanan.
Peningkatan kemampuan regenerasi planaria ditunjukkan dengan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang, ini pun tergantung pada ketersediaan makanan. Binatang yang ketersediaan makanannya cukup akan terus tumbuh sampai ukuran maksimum yang bisa dicapai, sedangkan binatang yang kelaparan akan punah atau mati dalam waktu beberapa bulan karena mereka tidak dapat tumbuh dan berkembang. Namun planaria dapat hidup tanpa makanan dalam waktu yang panjang, dengan cara melarutkan organ reproduksi, parenkim dan ototnya sendiri, sehingga tubuh planaria menyusut. Tubuh yang menyusut akan mengalami regenerasi jika planaria makan kembali. Seperti disajikan pada Tabel 1 pertumbuhan dan perkembangan planaria setelah diregenerasi, untuk melengkapi bagian tubuhnya yang hilang membutuhkan waktu berkisar antara 7-14 hari, waktu rata-rata yang dibutuhkan 9 hari. Terbentuknya bagian anterior dan posterior yang baru membutuhkan 31waktu maksimal 192 jam (8 hari), planaria melengkapi bagian tubuhnya yang hilang menjadi individu yang lengkap, dalam waktu 10 hari setelah pemotongan. Setelah planaria terpisah (diregenerasi) daerah luka secara cepat tertutup oleh suatu lapisan tipis dari sel epidermis, disebut neoblast yang merupakan serabut totipotent yang mengganda dan berfungsi untuk mengobati luka.
Proses penyembuhan luka oleh neoblast pada regenerasi planaria terjadi cukup cepat yaitu kurang dari 15 menit setelah pemotongan.
Proses regenerasi planaria dipaparkan dengan menarik, bagian dewasa yang terpisah dapat berubah dan menjadi satu karakter baru, menjadi organisme yang lengkap / sempurna dan disebut proses embriogenesis.






V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan planaria yang diperlakukan dengan regenerasi buatan dapat disimpulkan sebagai berikut.
 Pertumbuhan dan perkembangan planaria yang dipotong menjadi 3 bagian, termasuk dalam kategori sedang. Namun pertumbuhan dan perkembangan planaria yang dipotong menjadi 3 bagian, pada bagian anterior termasuk kategori sedang, dan pada bagian posterior termasuk kategori tinggi.
 Panjang planaria hasil regenerasi buatan lebih pendek dari panjang semula.
 Pertumbuhan dan perkembangan planaria yang diperlakukan dengan regenerasi buatan membutuhkan waktu berkisar antara 7-14 hari.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian disarankan:
 Bagi peneliti lain, mengadakan penelitian lebih lanjut untuk bisa mengetahui dan mengkondisikan planaria beregenerasi optimal, terkait dengan semua faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, setelah diregenerasi secara buatan.
 Bagi pihak lain, mengadakan studi yang lebih mendalam tentang planaria untuk menggali segala keunikan organisme ini dan menjadikannya sebagai salah satu media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Jordan & Verma. 1979. Invertebrata Zoology. New Delhi: Ram Nagar.
Soemadji. 1994/1995. Zoologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah Proyek Peningkatan
Mutu Guru SLTP Setara D-III.
Jasin, M. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan vertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.
Radiopoetra. 1990. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Jasin, M. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan vertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.
Radiopoetra. 1990. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Kastawi, Y; S. E. Indriwati; Ibrohim; Masjhudi & S. E. Rahayu. 2001. Zoologi
Avertebrata. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Soemadji. 1994/1995. Zoologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah Proyek Peningkatan
Mutu Guru SLTP Setara D-III.
Jasin, M. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan vertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.
Brotowidjoyo, M. D. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hadikastowo. 1982. Zoologi Umum. Bandung: Penerbit Alumni Press.
Newmark, P. A & A. S. Alvarado. 2005. Regeneration in Planaria. Semarang.
http: // rudyct. tripod. com. / sem 2-on / hera-maheswari. htm.
Kastawi dkk .2003. Zoologi Invertebrata. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Radiopoetra. 1990. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Jordan & Verma. 1979. Invertebrata Zoology. New Delhi: Ram Nagar.
Kastawi, Y; S. E. Indriwati; Ibrohim; Masjhudi & S. E. Rahayu. 2001. Zoologi
Avertebrata. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Kastawi dkk .2003. Zoologi Invertebrata. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Anonim. 2005. Invertebrata. Semarang. http: // www. Iptek. Net id / Ind / Cakra-
Invert / invert rdt. Php? Id= 6. 20 April 2005.
Soemadji. 1994/1995. Zoologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah Proyek Peningkatan
Mutu Guru SLTP Setara D-III.
Sudarwati, S & L. A. Sutasurya. 1990. Dasar-Dasar Struktur dan Perkembangan
Hewan.Bandung: Jurusan Biologi FMIPA ITB
Kramadibrata, I. 1996. Ekologi Hewan. Bandung: Jurusan Biologi FMIPA ITB.
Anonim. 2005. Invertebrata. Semarang. http: // www. Iptek. Net id / Ind / Cakra-
Invert / invert rdt. Php? Id= 6. 20 April 2005.
Kastawi, Y; S. E. Indriwati; Ibrohim; Masjhudi & S. E. Rahayu. 2001. Zoologi
Avertebrata. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Anonim. 2005. Invertebrata. Semarang. http: // www. Iptek. Net id / Ind / Cakra-
Invert / invert rdt. Php? Id= 6. 20 April 2005.
Sudarwati, S & L. A. Sutasurya. 1990. Dasar-Dasar Struktur dan Perkembangan
Hewan.Bandung: Jurusan Biologi FMIPA ITB
Anonim. 2005. Invertebrata. Semarang. http: // www. Iptek. Net id / Ind / Cakra-
Invert / invert rdt. Php? Id= 6. 20 April 2005.








LAMPIRAN
A. MORFOLOGI PLANARIA







B. REGENERASI PLANARIA

2 komentar:

  1. Mari mampir yuk ke Zeusbola

    Bisa deposit pulsa

    *SPORTSBOOK
    *IDN LIVE
    *IDN POKER
    *SLOT GAMES
    *TEMBAK IKAN
    *JOKER123
    *SABUNG AYAM
    *TOGEL ONLINE

    Bonus Paling mudah didapatkan dan paling besar.
    Segera Daftarkan diri anda dan bermain bersama kami di ZEUSBOLA.

    INFO SELANJUTNYA SEGERA HUBUNGI KAMI DI :
    WHATSAPP :+62 822-7710-4607


    BalasHapus
  2. Daftar Judi Slot Online yang Gacor di Bolavita :
    ♠ Judi Slot Playtech Bolavita
    ♠ Judi Slot Pragmatic Play Bolavita
    ♠ Judi Slot Habanero Bolavita
    ♠ Judi Slot JOKER123 Bolavita

    Benefit bermain di Bolavita :
    ♣ Layanan Situs Judi Online 24 Jam
    ♣ Provider Server Judi Online yang handal
    ♣ Berbagai bonus dan promosi yang menguntungkan
    ♣ Keamanan data member terjamin 100%
    ♣ Slot online dengan bonus jackpot terbesar

    Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
    ✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623
    #bolavita #promobolavita #slotonline #slotgacor #slotonlinegacor #situsslotonline #pragmaticplay #depositslotviadana #depositslotviajago #depositslotviabsi #slotonlinebsi
    Daftar Judi Slot Online yang Gacor di Bolavita :
    ♠ Judi Slot Playtech Bolavita
    ♠ Judi Slot Pragmatic Play Bolavita
    ♠ Judi Slot Habanero Bolavita
    ♠ Judi Slot JOKER123 Bolavita

    Benefit bermain di Bolavita :
    ♣ Layanan Situs Judi Online 24 Jam
    ♣ Provider Server Judi Online yang handal
    ♣ Berbagai bonus dan promosi yang menguntungkan
    ♣ Keamanan data member terjamin 100%
    ♣ Slot online dengan bonus jackpot terbesar

    Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
    ✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623
    #bolavita #promobolavita #slotonline #slotgacor #slotonlinegacor #situsslotonline #pragmaticplay #depositslotviadana #depositslotviajago #depositslotviabsi #slotonlinebsi

    BalasHapus