BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Suatu organisme dapat tumbuh dan berkembang hanya dalam batas batas kisaran toleransi kodisi factor-faktor abiotik dan ketersediaan sumber daya tertentu saja.
Batas batas itu di tentukan oleh kemampuan mahkluk hidup untuk mengahadapi lingkungan yaitu adaptasi fisiologis,struktur dan pola prilakunya.
Setiap spesies memiliki kisaran dalam suatu factor lingkungan,didalam kisaran toleransi itulah spesies tersebut dapat berfungsi bila didekat nilai optimumnya.
Adanya batas batas kisaran toleransi terhadap kondisi factor faktor biotik dan abiotik menyebabkan suatu mahkluk hidup mempunyai relung ekologi(niche)yang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.relung ekologi ialah ruang pisik yang ditempati organism serata memiliki kisaran suhu,kelembapan,PH,intesitas cahaya,dan keadaan lain yang spesifik bagi organism tersebut karena itu relung ekologi mahkluk hidup tergantung tidak hanya dimana ia hidup teapi juga kepada apa yang ia pebuat(bagai mana ia mengubah energy,berprilaku tanggap terhadap lingungan dan memiliki kemempuan untuk mengubah lingkungan fisik dan abiotiknya)
Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur.
Kemelimpahan cacing tanah pada suatu lahan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik, keasaman tanah, kelembaban dan suhu atau temperatur. Cacing tanah akan berkembang dengan baik bila faktor lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi sistem pertanian manusia akhir-akhir ini yang tergantung penuh pada penggunaan bahan kimia telah mengusik habitat cacing tanah. Keseimbangan lingkungan akan rusak dan berantakan bila cacing tanah sampai mengalami kepunahan, apalagi bila itu akibat ulah manusia.
Pada penelitian ini kami melaku kan pemotongan cacing tanah dan melihat kecepatan regenerasi berbagai jenis jenis tanah yang digunakan dan membanding kan kecepatan regenerasi pada setiap jenis tanah.
1.2 Rumusan masalah
Adapun masalah masalah yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan regenerasi?
2. Adakah pengaruh jenis-jenis tanah terhadap percepatan regenerasi cacing tanah?
3. Adakah perbedaan kcepatan regenerasi cacing tanah berdasarkan jenis jenis tanah?
1.3 Hipotesis sementara
1. Regenerasi merupakan memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula.
2. Ada
3. ada
1.4 Tujuan hasil penelitian
1. Dapat mengetahui dan memahami regenerasi.
2. Menetahui faktor faktor yang menyebabkan regenerasi
3. Dapat melihat dan mengamati pebedaan percepatan regenerasi berdasarkan jenis tanah.
1.5 Manfaat hasil penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai pengetahuan baru tentang pengaruh jenis tanah terhadap percepatan regenerasi cacing tanah.dan dapat juga mengetahui perbedaan regenerasi caxing tanah tersebut berdasarkan jenis tanah yang digunakan.slain itu juga dapat melihat proses perkembangan hewan berdasarkan habitatnya,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari temperatur, pada hal tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,7o C. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi dalam proses regenerasi.
Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asal
Setiap larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang atau rusak terpisah. Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini disebut regenerasi. Kemampuan setiap hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda. Hewan avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi daripada hewan vertebrata (Majumdar, 1985).
Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi.
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio. Jika di potong pada bagian ekor cacing . cacing kemudian meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada waktu senggang. Dalam stadium-stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada permukaan depan mempunyai laju metabolik yang tinggi daripada permukaan di tepi belakang (Kimball, 1992).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang, ikan, salamander dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau jaringan organisme tersebut (Kimball, 1992). Tahap dari perkembangan yang menarik perhatian adalah pergantian dari tubuh yang hilang. Tersusun dari regenerasi jumlah struktur baru organisme tersebut (Wilis, 1983).
Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan, hal ini tampak dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan kemampuan untuk regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir sempurna. Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan organ dan jaringan tertentu. Cacing mempunyai daya regenerasi pada bagian ekor yang putus dengan cukup kokoh. (Kaltroff, 1996).
Bila ada tungkai depan Salamander yang dibuang, proses perbaikan ialah penyembuhan luka dengan cara menumbuhkan kulit di atas luka tersebut kemudian suatu tunas sel-sel yang belum terdiferensiasi terlihat. Tunas ini mempunyai rupa yang mirip dengan tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Pembelahan yang cepat dari sel-sel embrio yang belum khusus dari tunas anggota tubuh mungkin berasal dari dediferensiasi sel-sel khusus demikian, sebagai sel-sel otot atau sel-sel tulang rawan. Dediferensiasi berarti bahwa sel-sel ini kehilangan struktur diferensiasinya sebelum berperan dalam tugas regenerasi. Sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang, dan jaringan lainnya yang menjadikan kaki fungsional (Kimball, 1992).
A. ANNELIDA
Annelida (dalam bahasa latin, annulus= cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana (http://gurungeblog.wordpress.com).
Annelida berasal dari bahasa Yunani. Annelida berasal dari kata annulis yang berarti cacing dan oidos berarti bentuk. Jadi, Annelida adalah cacing yang berbentuk cincin. Cacing ini hidup di air tawar, air laut, dan daratan (Karmana,2007.hal:206).
Annelida adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran darah tertutup. Annelida sebagian besar memiliki dua kelamin sekaligus dalam satu tubuh atau hermafrodit. Contohnya yakni cacing tanah, cacing pasir, cacing kipas, lintah / leeches.
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m. Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia. Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin.
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.
1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly=banyak, chaetae=rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak. Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.
Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal=parapodium) pada setiap segmen tubuhnya. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut serta yang tersusun dari kitin.
Oligochaeta
Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia
B.PLATYHELMINTHES
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy=pipih, helminthes=cacing) atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata. Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik)
Yaitu ekstoderm,mesoderm, dan Endoderm (http://gurungeblog.wordpress.com).
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani. Platy berarti pipih dan helmin berarti cacing. Jadi, Platyhelminthes adalah cacing yang berbentuk pipih. Hewan yang tergolong kedalam filum Platyhelminthes memiliki ujung posterior (ekor), permukaan ventral, dan permukaan dorsal. Cacing ini sebagian besar hidup sebagai parasit dan ada pula yang hidup bebas baik di air tawar maupun di air laut (Karmana,2007.hal:200).
Platyhelminthes adalah sebuah filum dalam kerajaan hewan. Filum ini mencakup semua cacing pipih, sesuai dengan namanya yang berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Yunani, (platy), yang berarti "datar", dan (helminth), yang berarti "cacing".
Filum Nemertinea (Nemertea) dulu merupakan kelas Platyhelminthes yang sekarangdipisahkan(http://id.wikipedia.org).
Platyhelminthes adalah binatang sejenis cacing pipih dengan simetri tubuh simetris bilateral tanpa peredaran darah dengan pusat syarah yang berpasangan. Cacing pipih kebanyakan sebagai biang timbulnya penyakit karena hidup sebagai parasit pada binatang / hewan atau manusia.
Contohnya antara lain seperti planaria, cacing pita, cacing hati, polikladida (http://organisasi.org).
respirasi dan eksresi. Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya. Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih. Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh. Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga. Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium). Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit. Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh.
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain.
• Turbellaria
Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm. Silia digunakan untuk bergerak. Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.
Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria yaituDugesia.
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel. Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya.
Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia. Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva. Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.
• Trematoda
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap. Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya. Kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya.
Pada saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya. Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia. Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).
Cestoda
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita. Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid. Pada skoleks terdapat alat pengisap.
C.NEMTHELMINTHES
Nemathelminthes atau cacing gilik / gilig adalah hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tiak ada sistem peredaran darah. Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing tambang,cacingfilaria(http://organisasi.org).
Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing
Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior.
Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya.Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut.
dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora. Pada uraian berikut akan dibahas beberapa spesies dari nematoda yang merupakan parasit bagi manusia.
GAMBAR CACING TANAH
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
• Silet
• Penggaris
• Botol plastik 3 buah
Bahan bahannya yaitu:
• Cacing tanah 3 ekor
• Tanah liat
• Tanah gambut
• Pasir
3.2 PROSEDUR KERJA
1. 3 ekor cacing yang utuh di ukur dengan menggunakan penggaris
2. Masing masing cacing diukur panjang nya,dari pangakal sampai ujungnya,dan catat sebelum pemotongan.
3. 3 ekor cacing tersebut disayat ekornya dengan menggunakan silet,sayatan tersebut kira kra dimulai dari tengahnya sampai ke pangkal ekor dengan menggunakan sayat miring.
4. Kemudian diukur ekor masing masing cacing yang sudah dipotong tersebut.dan catat sesudah pemotongan
5. Masing masing caciing tersebut dimasukkan kedalam butol yang berisikan botol A pasir,botol B tanah liat,botol C tanah gambut.
6. Diamati pertumbuhannya selama tujuh hari, dan ukurlah panjang regenerat, setiap hari sampai bentuk/ ukurang ekor lengkap dicapai seperti semula.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil pertumbuhan ekor cacing masing masing pada jenis tanah pada botol A,B.dan C terlihat pebandingannya percepatan regenerasinya
SEBELUM DI POTONG
HARI BOTOL A
PASIR BOTOL B
TN LIAT BOTOL C
TN GAMBUT
SENIN 7CM 7 CM 7CM
Masing masing dipotong 2 cm,yaitu pada botol A,B,dan C
SETELAH DI POTONG
HARI BOTOL A
PASIR BOTOL B
TN LIAT BOTOL C
TN GAMBUT
SENIN 5 CM 5 CM 5 CM
DATA HASIL PENELITIAN
HARI BOTOL A
PASIR BOTOL B
TN LIAT BOTOL C
TN GAMBUT
SELASA Belum ada perubahan Belum ada perubahan 0,7 cm
RABU Belum ada perubahan 0.6 cm 1,2cm
KAMIS 0.12 cm 0,50 cm 1,15cm
JUM’AT 0.15 cm 1 cm 1,03cm
SABTU Mati 0,78 cm 1,00cm
MINGGU Mati mati 1,06cm
SENIN Mati mati 1,10cm
4.2 PEMBAHASAN
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari temperatur, pada hal tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,7o C. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi dalam proses regenerasi.
Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asal
Ekor cacing akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, Cacing jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama seperti semula.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada cacing dengan memotong ekornya, setelah diamati selama satu minggu ( 7 hari ), ternyata bagian ekor yang telah dipotong mengalami pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak dapat sama seperti semula.
Berdasarkan pengamatan pertumbuhan ekor cacing pada jenis tanah itu berbeda bada.dan berdasarkan hasil pada tabel di atas yaitu
1. Pada botol A yang berisikan tanah pasir
Pada pengamatan pertumbuhan cacing pada pasir sangat lama,pada hari pertama tidak tampak adanya pertumbuhan/proses regenerasinnya,kemudian pada hari ke dua juga belum tampak perubahannya, dan seterusnya pada hari ketiga telah tampak perubhan yaitu bertambah 0,12 cm,kemudian hari ke empat bertambah 0,15 cm,kemudian pada hari kelima,ke enam dan ke tujuh cacing tersebut mati,proses pertumbuhannya lambat karena cacing tidak cocok hidup di pasir karena ph psir yang kurang,dan tempat nya tidak lembab.dan dikarenakan juga ada ksalahan dalam penelitian kurangnya perawatan.
2. Pada botol B yang berisikan tanah liat
Pada proses pertumbuhan pada tanah liat juga sedikit agak lama,dimana pada hari pertama pertumbuhan cacing belum tampak adanya parubahan,kemudian pada hari ke dua bertambah 0,6 cm,dan pada hari ketiga bertambah 0,50 cm,pad hari ke empat bertambah 1,00 cm,dan hari ke lima 0,78 cm,kemudian pada hari ke enam,tujuh cacing tersebut mati.
3. Pada botol C berisikan tanah gambut
Pada proses pertumbuhan pada tanah gambut berlangsung sangat cepat yaitu pada hari pertama bertambah 0,7 cm,kemudian pada hari ke dua tumbuh 1,2 cm,pada hari ke tiga 1,15 dan pada hari ke empat 1,03 cm,hari ke lima 1,00,hari ke enam bertambah 1,06,dan pda hari ke tujuh bertambah 1,10 cm,hal ini di karenakan mix semen yang diberikan mampu menetralkan ion H+ yang berasal dari disosiasi asam-asam organik sehingga dapat menaikkan pH tanah gambut.Pemberian raw mix semen dengan dosis lebih tinggi mengakibatkan pH tanah gambut yang lebih tinggi. Hal itu diduga disebabkan oleh persentase kandungan basa-basa yang terdapat dalam raw mix semen. Poeloengan, selain dapat mengurangi kemasaman tanah, juga dapat meningkatkan kandungan kation-kation basa, yaitu Ca dan Mg, dan meningkatkan kejenuhan basa gambut. Hue (1992) mengemukakan bahwa reaksi pembentukan ligand antara asam-asam organik seperti asam tartrat dengan gugus hidroksil dari Fe dan Al (dalam hal ini berasal dari raw mix semen) membebaskan OH- sehingga pH meningkat. Berbeda halnya dengan masukan M-Bio karena di samping mengandung unsur-unsur hara juga mengandung bakteri Lactobacillus sp. yang berfungsi mendekomposisi bahan organik tanah. Dalam proses dekomposisi tahap awal akan dihasilkan asam-asam organik yang bertindak sebagai asam lemah sehingga M-Bio secara tidak langsung juga menyumbang terhadap penurunan pH tanah. Dari kenyataan itu, masukan M-Bio dengan konsentrasi berapa pun belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan pH tanah gambut.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Regenerasi merupakan memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula,
2. Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari temperatur, pada hal tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,7o C. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi dalam proses regenerasi.
3. Regenerasi akan berhenti apabila proliferasi sel-sel balastema terhenti juga.
4. Percepatan regenerasi tidak hanya di pengauhi oleh suhu,kelembapan,PH,intesitas cahaya,tetapi macam macam jenis tanah juga sangat berpengaruh.
5. Terbentuknya blastema atau kuncup regenerasi yang akan menggantikan scab, kuncup ini berasal dari penimbunan sel-sel yang berdediferensiasi
6. Pada tanah gambut pertubuhan ekor cacing sangat cepat.
5.2. SARAN
Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur.
Maka dari itu kita harus menjaga kelestarian cacing tanah dan perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
• Manylov, O.G.1994. Regeneration in Gastrotricha –I Light Microscopical Observation on The Regeneration in Turbanella sp.St. Petersburg State University. Russia.
• Karmana, Oman.2007.Cerdas Belajar Biologi kelas XI.Grafindo: bandung
• Willis, S. 1983. Biology. Holt Rinehart & Winston Inc, USA.
• Kimball, John W. 1992. Biology. Addison-Wesley Publishing Company, Inc., New York
• Manylov, O.G.1994. Regeneration in Gastrotricha –I Light Microscopical Observation on The Regeneration in Turbanella sp.St. Petersburg State University. Russia.
LAMPIRAN
PROSES PERCEPATAN REGENERASI
1. Pada botol A (pasir) cacing di potong miring
Hari ke 1 hari ke 2
Hari ke 3 hari ke 4
Hari ke 5,6,7 = cacing mati
2. Pada botol B (tanah liat)cacing di potong miring
Hari ke 1 hari ke 2
Hari ke 3 hari ke 4
Hari ke 5
Hari ke 6,7 = MATI
3. Pada botol C(gambut )cacing di potong miring
Hari ke 1 hari ke 2
Hari ke 3 hari ke 4
Hari ke 5 hari ke 6
Hari ke 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar