Senin, 09 Mei 2011

PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP LAMA WAKTU PERKEMBANGAN LARVA INSTAR 4 MENJADI PUPA PADA Culex sp

PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP LAMA WAKTU PERKEMBANGAN LARVA INSTAR 4 MENJADI PUPA PADA Culex sp
KARYA ILMIAH

OLEH
NAMA : WIDYA LESTARI
NIM : A1C409034







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………….…. i
DAFTAR GAMBAR……………………………… ii
DAFTAR TABEL…………………………………. iii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN………………………...... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………….... 2
1.3 Hipotesis Penelitian………………………………. 2
1.4 Tujuan Penelitian……………………………….... 3
1.5 Manfaat ………………………………………….. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………….. 4
2.1 Pengertian Metamorfosis………………………… 4
2.2 Siklus Hidup Nyamuk…………………………… 7
2.2.1 Definisi Nyamuk…………………………... 7
2.2.2 Telur Nyamuk…………………………….... 8
2.2.3 Larva Nyamuk…………………………….. 10
2.2.4 Pupa Nyamuk………………………… … 12
2.2.5 Nyamuk Dewasa…………………………... 13
2.3 Lautan
2.3.1 Larutan Sukrosa…………………………… 16
2.2.2 Larutan Garam (NaCl)……………………..… 18
2.2.3 Larutan Asam Cuka……………………….…. 19

BAB III METODE PENELITIAN……………….... 22
3.1 Alat dn Bahan……………………………. 22
3.2 Prosedur Kerja………………………………. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………. 24
4.1 Hasil………………………………………………... 24
4.2 Pembahasan…………………………………….…. 25
4.2.1 Pengaruh larutan (gula-garam-asam) terhadap
perkembangan larva menjadi pupa……… 25
4.2.2 Lama waktu larva menjadi pupa…………… 27
BAB V PENUTUP……………………………………. 28
KESIMPULAN……………………………………….. 28
SARAN……………………………………………….... 28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………. 30




DAFTAR GAMBAR

2.1 a Metamorfosis Tidak Sempurna Pada Capung……………………………5
2.1 b Metamorfosis Nyamuk……………………..………………………….…5
2.1 c Metamorfosis Kupu-kupu………………………………………………...6
2.2.1 a Nyamuk…………………………………………………………………7
2.2.1 b Siklus Hidup Nyamuk………………………………………………….8
2.2.2 Telur Nyamuk…………………………………………………………....9
2.2.3 Larva Nyamuk…………………………………………………………...11
2.2.4 Nyamuk Dewasa………………………………………………………...12
2.2.5 a Nyamuk Yang Keluar Dari Pupa……………………………..………..15
2.2.5.b Nyamuk Jantan…………………………………………………………15
2.2.5 c Nyamuk Betina…………………………………………………………16
2.3.3 Sukrosa…………………………………………………………………...17
2.3.4 Garam…………………………………………………………………….19
2.3.5 Asam Cuka……………………………………………………………….20





DAFTAR TABEL

4.1 Hasil penelitian………………………………………………………...…….24


















DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I……………………..………………………………………….……32
Cara menentukan konsentrasi setiap larutan
yang digunakan………………………….………………….………………….32
Lampiran II…………………………………………………………………….34
a. Pengamatan ke-1…………………………….…………………………34
b. Pengamatan ke-2……………………………………………………….36
c. Pengamatan ke -3 ………………………………………………..…….38











BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda.
Menurut Borror (1992), metamorfosis atau perubahan hidup pada serangga itu terjadi dalam dua jenis metamorfosis yaitu metamorfosis sederhana dan sempurna. Pada proses perkembangan larva nyamuk adalah termasuk kedalam metamorfosis sempurna. Larva yang dalam bahasa latinnya disebut: larvae adalah bentuk muda (juvenile) hewan yang perkembangannya melalui metamorfosis, seperti pada serangga dan amfibia. Bentuk larva sangat berbeda dengan bentuk dewasanya, misalnyalarva dengan nyamuk yang sangat berbeda bentuknya. Larva umumnya memiliki organ khusus yang tak terdapat pada bentuk dewasa dan juga tidak memiliki organ tertentu yang dimiliki pada bentuk dewasa. Suatu tahapan hidup disebut larva apabila dalam

bentuk itu memiliki aktivitas yang tinggi (khususnya dalam bergerak dan mencari makanan).
Percobaan yang penulis lakukan ini berjudul Pengaruh Berbagai Larutan Terhadap Lama Waktu Perkembangan Larva Instar 4 Menjadi Pupa Pada Culex sp. Percobaan ini dilakukan untuk mengamati pengaruh berbagai larutan dimana larutannya adalah sukrosa, garam, dan asam cuka.

1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa lama waktu larva instar 4 berubah menjadi pupa?
2. Apakah pengaruh dari larutan yang diberikan pada larva instar 4?

1.3 Hipotesis Penelitian
1. Larva yang diberi larutan sukrosa akan hidup lama dan menjadi lincah gerakannya.
2. Larva yang diberi larutan garam akan menjadi pupa dalam waktu yang cepat.
3. Larva yang diberi larutan asam tidak akan menjadi pupa dalam waktu yang cepat.


1.4 Tujuan Penelitian
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuannya adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh dari berbagai larutan terhadap perkembangan larva instar 4 menjadi pupa.
2. Untuk mengetahui lama waktu perubahan larva instar 4 menjadi pupa.
3. Memenuhi tugas akhir praktikum perkembangan hewan.


1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh berbagai larutan terhadap perkembangan larva instar 4 menjadi pupa.
2. Mengetahui lama waktu perubahan larva instar 4 menjadi pupa.
3. Menambah pengetahuan tentang bagaimana tindakan fisiologi pada saat fase larva.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Metamorfosis
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda. Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva atau nimfa, kadang-kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai spesies (Campbell,2004). Ada dua macam metamorfosis utama pada serangga.
1. Metamorfosis Tidak Sempurna (Hemimetabolisme)
Merupakan metamorphosis yang melewati 2 tahapan yaitu dari telur menjadi nimfa kemudian menjadi hewan dewasa. Biasanya metamorfosis ini terjadi pada serangga seperti capung, belalang, jangkrik dan lainnya. Berikut adalah proses metamorfosis tidak sempurna :



Gambar 2.1 a : Metamorfosis tidak sempurna pada capung.
2. Metamorfisis Sempurna (Holometabolisme)
Merupakan metamorphosis yang melewati tahapan-tahapan mulai dari telur-larva-pupa-imago (dewasa). Contoh metamorphosis sempurna terjadi pada nyamuk dan kupu-kupu (Khiell, 2006). Berikut adalah proses metamorfosis sempurna:
Gambar 2.1 b : Metamorfosis Nyamuk

Gambar 2.1 c: Metamorfosis kupu-kupu

Pada holometabolisme, larva sangat berbeda dengan dewasanya. Perkembangan larva berlangsung pada fase pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Serangga yang melakukan holometabolisme melalui fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan akhirnya menjadi dewasa. Holometabolisme juga dikenal dengan metamorfosis sempurna. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis (Anonim, 2008)
2.2 Siklus Hidup Nyamuk
2.2.1 Definisi Nyamuk
Nyamuk

Klasifikasi ilmiah

Kingdom:
Animalia

Phylum:
Arthropoda

Class: Insecta
Ordo: Diptera

Family: Culicidae


Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Aedes, Ochlerotatus, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm (Spielman, 1972). Gambar 2.2.1 a: Nyamuk
Nyamuk mengalami siklus hidup berjalan melalui empat tahap yang terpisah dan berbeda dari siklus hidupnya, ini menunjukkan bahwa nyamuk mengalami metamorfisis sempurna(holometabolisme): telur-larva-kepompong-dewasa (Anonim,2010).

Gambar 2.2.1 b: Siklus Hidup Nyamuk (Culex sp)
2.2.2 Telur Nyamuk
Nyamuk betina dewasa meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual yang diberi makan darah segar agar dapat tumbuh dan berkembang. Sebelumnya, nyamuk betina menjelajahi wilayah yang ada dengan sangat teliti menggunakan reseptornya yang sangat peka yang terletak pada perutnya. Setelah menemukan tempat yang cocok, nyamuk mulai meletakkan telur-telurnya. Beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya sedemikian hingga berbentuk seperti sebuah sampan. Beberapa koloni telur ini ada yang terdiri dari 300 buah telur. Telur berbentuk elips berwarna putih kemudian warnanya semakin gelap dan dalam beberapa jam menjadi hitam legam. Warna gelap ini berfungsi untuk melindungi telur-telur tersebut agar tidak terlihat oleh serangga maupun burung pemangsa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung( Anonim, 2009)


Gambar 2.2.2: Telur Nyamuk


2.2.3 Larva Nyamuk
Larva (Latin: larvae) adalah bentuk muda (juvenile) hewan yang perkembangannya melalui metamorfosis, seperti pada serangga dan amfibia. Larva umumnya memiliki organ khusus yang tak terdapat pada bentuk dewasa dan juga tidak memiliki organ tertentu yang dimiliki pada bentuk dewasa. Suatu tahapan hidup disebut larva apabila dalam bentuk itu memiliki aktivitas yang tinggi (khususnya dalam bergerak dan mencari makanan). Tidak semua serangga memiliki bentuk yang disebut larva, karena hanya mereka yang menempuh jalur metamorfosis penuh (holometabola) yang memiliki bentuk larva (Anonim, 2008).
Ketika periode inkubasi telur telah berlalu, para larva lalu keluar dari telur-telur mereka dalam waktu yang hampir bersamaan. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa.
Larva (jentik nyamuk) yang makan terus-menerus ini tumbuh sangat cepat hingga pada akhirnya kulit pembungkus tubuhnya menjadi sangat ketat dan sempit. Hal ini tidak memungkinkan tubuhnya untuk tumbuh membesar lagi. Ini pertanda bahwa mereka harus mengganti kulit. Pada tahap ini, kulit yang keras dan rapuh ini dengan mudah pecah dan mengelupas. Para larva tersebut mengalami dua kali pergantian kulit sebelum menyelesaikan periode hidup mereka sebagai larva (Setyani, 2010).
Larva nyamuk memiliki kepala yang dikembangkan dengan baik dengan sikat mulut digunakan untuk makan, mempunyai thorax yang besar tanpa kaki dan tersegmentasi perut . Larva bernapas melalui spirakel yang terletak pada segmen perut kedelapan, atau melalui penyedot, oleh karena itu harus sering muncul kepermukaan air. Larva menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan makan alga, bakteri, dan mikro-organisme di permukaan air. Mereka menyelam di bawah permukaan hanya bila terganggu.
Pada akhir setiap instar, larva yang meranggas, mencurahkan kulit mereka untuk memungkinkan pertumbuhan lebih lanjut ( Anonim,2010).

2.2.3 Gambar Larva Nyamuk
2.2.4 Pupa Nyamuk
Pupa ( Latin pupa adalah boneka, : pupa atau pupas) adalah tahap kehidupan dari beberapa serangga mengalami transformasi. Tahap pupa ditemukan hanya dalam holometabolous serangga, mereka yang menjalani metamorfosis lengkap , akan melalui empat tahap kehidupan, embrio, larva, pupa dan imago. Pupa berbentuk koma seperti pada Anopheles bila dilihat dari samping, dan umumnya disebut "gelas". Kepala dan dada digabungkan menjadi cephalothorax dengan perut berputar-putar di sekitar bawahnya. Seperti larva, pupa harus datang ke permukaan sering untuk bernafas, yang mereka lakukan melalui sepasang pernapasan terompet di cephalothorax. Namun, pupa tidak makan selama tahap ini dan pupa kurang aktif dari larva. Setelah beberapa hari, pupa naik ke permukaan air, permukaan dorsal cephalothorax membelah dan nyamuk dewasa muncul( Darmawan, 2010).
Gambar 2.2.4 : Pupa

2.2.5 Nyamuk Dewasa
Durasi dari telur menjadi dewasa bervariasi antara spesies dan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Nyamuk dapat berkembang dari telur menjadi dewasa sebagai hanya lima hari tetapi biasanya mengambil 40-42 hari dalam kondisi tropis. Variasi ukuran tubuh dalam nyamuk dewasa tergantung pada kerapatan populasi larva dan suplai makanan dalam air penangkaran. Nyamuk dewasa biasanya pasangan dalam beberapa hari setelah muncul dari tahap pupa. Pada sebagian besar spesies, yang jantan bentuk besar kawanan , biasanya sekitar senja, dan perempuan yang terbang ke dalam kawanan untuk kawin (Gillett, 1972).
Nyamuk dewasa muncul dan bertumpu pada permukaan air untuk waktu yang singkat untuk membiarkan dirinya kering dan semua bagian tubuhnya mengeras. Sayap harus menyebar dan kering benar sebelum bisa terbang. nyamuk, mungkin akan melalui siklus hidupnya dalam 14 hari pada 70 º F dan mengambil hanya 10 hari pada 80 º F. Di sisi lain, beberapa spesies secara alami beradaptasi harus melalui mereka seluruh siklus hidup hanya dalam empat hari atau selama satu bulan(Anonim, 2010).
Ketika kulit kepompong terasa sudah sempit dan ketat, ini pertanda bagi nyamuk untuk keluar dari kepompongnya. Selama masa perubahan terakhir ini, larva nyamuk menghadapi tantangan yang membahayakan jiwanya, yakni masuknya air yang dapat menyumbat saluran pernapasan. Hal ini dikarenakan lubang pernapasannya, yang dihubungkan dengan pipa udara dan menyembul di atas permukaan air, akan segera ditutup. Jadi sejak penutupan ini, dan seterusnya, pernapasan tidak lagi melalui lubang tersebut, akan tetapi melalui dua pipa yang baru terbentuk di bagian depan nyamuk muda. Tidak mengherankan jika dua pipa ini muncul ke permukaan air sebelum pergantian kulit terjadi (yakni sebelum nyamuk keluar meninggalkan kepompong). Nyamuk yang berada dalam kepompong kini telah menjadi dewasa dan siap untuk keluar dan terbang. Binatang ini telah dilengkapi dengan seluruh organ dan organelnya seperti antena, kaki, dada, sayap, abdomen dan matanya yang besar.
Kemunculan nyamuk dari kepompong diawali dengan robeknya kulit kepompong di bagian atas. Resiko terbesar pada tahap ini adalah masuknya air ke dalam kepompong. Untungnya, bagian atas kepompong yang sobek tersebut dilapisi oleh cairan kental khusus yang berfungsi melindungi kepala nyamuk yang baru "lahir" ini dari bersinggungan dengan air. Masa-masa ini sangatlah kritis. Sebab tiupan angin yang sangat lembut sekalipun dapat berakibatkan kematian jika nyamuk muda tersebut jatuh ke dalam air. Nyamuk muda ini harus keluar dari kepompongnya dan memanjat ke atas permukaan air dengan kaki-kakinya sekedar menyentuh permukaan air.


Gambar 2.2.5 a: Nyamuk yang keluar dari pupa
Baik nyamuk jantan dan betina adalah nektar pengumpan, namun banyak betina juga mampu minum darah dari mamalia banyak. Nyamuk betina tidak memerlukan darah untuk kelangsungan hidup mereka sendiri, tetapi mereka perlu tambahan zat seperti protein dan zat besi untuk mengembangkan telur. Sedangkan makanan nyamuk jantan adalah nektar yang terdapat pada bunga(Ardiansyah,2007).

Gambar 2.2.5 b : Nyamuk Betina
Gambar 2.2.5 c : Nyamuk Jantan

2.3 Larutan
2.3.1 Larutan Sukrosa
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan. Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula beet. Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karena mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa. Proses fermentasi sukrosa melibatkan mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan melepaskan karbondioksida dan produk samping berupa senyawaan alkohol (Purba, 2006:105).
Rumus kimia gula (sukrosa)


Gambar 2.3.3 : Gula (Sukrosa)




2.3.2 Larutan Garam (NaCl)
Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling mempengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme multiselular.
Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat bila sering digunakan sebagai medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme perkecambahan. Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl terlarut didalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi rendah) yang terdapat di dalam tubuh sehingga akan diperoleh keseimbangan kadar air. Hal ini dapat terjadi karena H2O akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi yang tinggi. Hal ini merupakan hal yang sangat menguntungkan (Petrucci, 2004).

Gambar 2.3.4 : Garam (NaCl)

2.3.3 Larutan Asam Cuka
Asam cuka atau asam etanoat adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.



Rumus kimia asam cuka

Asam cuka merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam cuka dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Gambar 2.3.5: asam cuka (CH3COOH)
Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida (AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali dengan baunya yang tidak menyenangkan.
Larutan asam cuka dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di sungkup asap (fume hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah (Borman, 2002).








BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan
1. Air 120ml
2.Botol 4 buah
3.Ember 1 buah
4.Jentik nyamuk/ larva
5.Larutan Asam Cuka ( CH3COOH) 2ml
6.Larutan Sukrosa (C12H22O11) 2gr
7.Larutan Garam (NaCl) 2gr
9.Kain kassa
10.Karet Gelang 5 buah
11.Pipet/ sedotan 1 buah


3.2 Prosedur Kerja
1.Diambil larva nyamuk
2.Dimasukkan larva kedalam botol.
3.Dilarutkan sukrosa, asam, dan garam dalam botol yang berisi larva nyamuk.

4.Ditutup bagian atas botol dengan kain kassa.
5.Diamati lama larva untuk menjadi pupa.
6.Difoto untuk hasilnya.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Tabel hasil pengamatan
Waktu Pengamatan
Hari/ tanggal/ pukul Botol
Larutan Sukrosa Botol larutan garam Botol larutan asam cuka Botol kontrol
Pengamatan ke-1 Sabtu/ 25 Des 2010/ 17:11 Belum menunjukkan adanya perubahan larva menjadi pupa Belum menunjukkan adanya perubahan larva menjadi pupa Belum menunjukkan adanya perubahan larva menjadi pupa Belum menunjukkan adanya perubahan larva menjadi pupa
Pengamatan ke-2 Minggu/ 26 Des 2010/ 06:37 Larva bergerak sangat cepat dan aktif dan sebagian telah menjadi pupa Larva bergerak sangat lamban dan belum ada larva yang menjadi pupa Larva bergerak sangat lincah namun belum ada tanda-tanda perubahan menjadi pupa Larva telah menjadi pupa dan berjumlah 5 ekor dari 35 ekor larva
Pengamatan ke-3 Minggu/26 Des 2010/ 22:15 Larva telah menjadi pupa semua Larva menjadi pupa sebanyak 3 larva dari 35 larva. Sedangkan yang lainnya mati Larva tidak berkembang menjadi pupa namun gerakannya menjadi lambat. Larva sebagian besar telah menjadi pupa.












4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Pengaruh Larutan (gula-garam-asam) terhadap perkembangan larva menjadi pupa
Dalam penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh larutan Sukrosa, NaCl, dan Asam Cuka terhadap perkembangan larva nyamuk instar 4 untuk menjadi pupa. Garam dan gula yang digunakan sama-sama 2 gram dan larutan asamnya 1 ml, sedangkan air yang digunakan adalah 120 ml pada masing-masing botol dan nyamuk 35 ekor pada masing-masing botol.. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa beda perkembangan larva yang berjumlah sama dibotol yang bervolume sama namun berbeda larutan.
Penulis mempunyai hipotesis yaitu, larva yang diberi larutan sukrosa akan hidup lama dan menjadi lincah gerakannya. Larva yang diberi larutan garam akan menjadi pupa dalam waktu yang cepat. Larva yang diberi larutan asam tidak akan menjadi pupa dalam waktu yang cepat. Ternyata hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hipotesis yang penulis ajukan. Dimana pada Larva instar yang diberi larutan garam larva bertahan hidup selama 2 hari dan dari sekitar 35 larva hanya 3 larva yang menjadi pupa. Namun gagal untuk menjadi nyamuk dewasa. Sedangkan yang diberi larutan gula, larva menjadi lincah dan menjadi pupa dalam waktu yang sangat cepat. Sedangkan yang diberi larutan asam cuka, nyamuk dapat bertahan selama 3 hari, namun tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menjadi pupa.
Penelitian ini hanya dilakukan selama 3 hari, hal ini dikarenakan untuk pada botol yang diberi larutan gula larva sudah menjadi pupa semua. Dalam botol gula, larva sangat lincah hal bisa disebabkan karena adanya pengaruh dari metabolisme yang ada pada tubuh larva. Menurut Purba (2006), Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Karbohidrat merupakan makanan yang bisa menggantikan bakteri atau alga yang biasanya menjadi makanan larva. Inilah sebabnya mengapa larva yang ada dibotol gula sangat cepat perkembangannya untuk menjadi pupa.
Penelitian pada botol garam pada awalnya larva bergerak sangat lamban. Hal ini dikarenakan terlalu pekatnya air yang ada didalam botol akibat konsentrasi garam yang rendah. Di pengamatan yang selanjutnya didapatkan hasil larva-larva berubah menjadi pupa dan jumlahnya hanya 3 ekor dari 35 ekor larva yang ada.
Perkembangan larva ini bisa terjadi akibat tingkat mertabolisme yang dilakukan oleh larva tidak stabil. Hal itu sesuai yang diungkapkan Petrucci (2004), Garam bila sering digunakan sebagai medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme. Selain itu, menurut penulis dikarenakan adanya kematian pada bakteri-bakteri yang ada di air media, sehingga larva tidak mendapatkan nutrisi untuk keberlangsungan hidupnya. Menurut Silvia (2003), Dan pada saat inilah larva tidak henti-hentinya untuk makan. Bila tak ada makanan yang cukup maka larva tidak dapat berkembang untuk kehidupan selanjutnya.
Sedangkan pada larva yang ada dibotol yang diberi larutan asam tidak berkembang menjadi pupa, ini disebabkan karena asam cuka mempunyai konsentrasi lebih dari 25% dan uapnya yang korosif dan berbau. Selain itu menurut Borman (2002) Asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah. Hal itu bisa saja juga dapat merusak sistem pencernaan pada larva, sehingga larva tidak berkembang menjadi pupa.
4.2.2 Lama waktu larva menjadi pupa
Perkembangan larva menjadi pupa tidaklah membutuhkan waktu yang sangat lama, yakni hanya sekitar 1 hari. Pada percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa nyamuk yang diberi larutan gula membutuhkan waktu sekitar 13 jam untuk menjadi pupa, sedangkan pada larva dibotol yang diberi larutan garam membutuhkan waktu 29 jam dan pada larva dilarutan asam tidak ada perubahan meski waktunya sudah lewat dari 29 jam.

BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Nyamuk mempunyai siklus hidup yang sempurna, yaitu dimulai dari telur-larva-pupa-imago(dewasa).
2. Lama perkembangan larva dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
3. Larutan sukrosa berpengaruh pada perkembangan larva dimana larva menjadi lincah dan menjadi pupa lebih cepat.
4. Larutan garam mempengaruhi perkembangan larva sehingga larva berkembang lambat
5. Larutan asam cuka menjadikan larva nyamuk tidak berkembang sempurna menjadi pupa.

SARAN
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa larutan yang diberikan pada larva instar 4 pada nyamuk memberikan pengaruh terhadap lamanya perkembangan larva menjadi pupa. Dalam penelitian yang sangat sederhana ini, masih banyak mengalami kekurangan. Oleh karenanya, bagi para pembaca yang budiman, diharapkan kritik dan saran yang membangun, guna kesempurnaan karya ilmiah ini.


















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Perkembangan Nyamuk http://rankabut.blogspot.com/Perkembangan-nyamuk. html. Diakses tanggal 25 Desember 2010.
Anonim. 2010. Larva dan Perkembangan Nyamuk Pemakan Darah. http://friends.smansakra.sch.id/blogs/entry/Harun-Yahya-Nyamuk-Pemakan-Darah. Diakses tannggal 28 Desember 2010.
Anonim. 2008. Nyamuk. http://id.wikipedia.org/wiki/Nyamuk. Diakses tanggal 22 Desember 2010
Ardiansyah, Budi. 2007. Daur Kehidupan Nyamuk. http://budiardiansyah.blogspot.com/artikel/kesehatan/2007/-daur-kehidupan-nyamuk. html. Diakses tanggal 22 Desember 2010.
Borman, Allinger. 2002. Fundamental of Chemistry.Worth Publisher. New York.
Borror, D.J., Triplehorn, C. A., dan Johnson, N.F. 1993. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2004. Biologi. Edisi ke-5. Terj. Dari: Biology. 5th ed. Oleh Manalu, W. Jakarta. Penerbit Erlangga.


Darmawan, wisnu. 2010. Nyamuk Penghisap Darah. http://wisnudarmawan.blogspot.com /nyamuk-penghisap-darah. Diakses tanggal 26 Desember 2010.
Gillett, J. D. 1972. The Mosquito: Its Life, Activities and Impact on Human Affairs. Doubleday. Garden City. New York.
Khiell, Juno. 2006. Metamorphosis of Insecta. Lowa Publisher. London.
Petrucci, Ralph H. 1985. General Chemistry, Principles,and Modern Application. New Jersey. Collier-McMillan.
Purba, Michael. 2006. Kimia. Jakarta. Penerbit Erlangga
Setyani, Arum. 2010. Larva Nyamuk. http://arumsetyani21.wordpress.com/2010/03/09/larva-nyamuk/html. Diakses tanggal 22 Desember 2010.
Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida
Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Bandung : Jurusan Biologi
Universitas Padjdjaran.
Spielman, A., and M. D'Antonio. 2001. Mosquito: A Natural History of Our Most Persistent and Deadly Foe. Hyperion Press. New York.


LAMPIRAN

LAMPIRAN I
A. Cara menentukan konsentrasi setiap larutan yang digunakan
1. Menentukan Konsentari larutan Garam (NaCl) yang dibutuhkan dalam setiap botol yang berisi 35 larva nyamuk.
M= NaCl= 58,5 Diketahui : -Massa NaCl : 2 gr
M=¬¬ n/v - Volume air : 120 ml
= gr/Mr x 1000/ vol (ml)
= 2/58,5 x 1000/120
= 0,28
= 0,3 M

2. Konsentrasi pada larutan Sukrosa (C12H22O11)
M= C12H22O11=342 Diket : Massa Sukrosa= 2 gr
M= n/v Volume air= 120 ml
= gr/Mr x 1000/vol (ml)
= 2/342 x 1000/120
= 0,048
= 0,05 M


3. Konsentrasi Larutan Asam cuka (CH3COOH)
M= n/v Diket: Volume air : 120
= gr/Mr x 1000/120 massa asam : 1mg
1 = ?/60 x 1000/120
1 = 1000x/7200
X = 7200/1000
X= 7,2 ml/ 7,2 gr.





LAMPIRAN II
Foto- foto hasil pengamatan
garam dan gula

a. Pengamatan ke-1

b. Botol dengan larutan garam




c. Botol dengan larutan sukrosa



d. Botol dengan Larutan Asam cuka





e. Botol kontrol






b. Pengamatan ke-2

a. Botol dengan larutan Asam


b. Botol dengan larutan Garam








c. Botol dengan larutan Sukrosa


d. Botol kontrol




Pengamatan ke-3

a. Botol dengan larutan Asam cuka


b. Botol dengan larutan sukrosa




c. Botol dengan larutan garam
\

Tidak ada komentar:

Posting Komentar