Orang tua....
adalah hal yang sangat berharga yang dihadiahkan tuhan untuk kita. Bayangkan, bila kalian terlahir yatim piatu layaknya teman2 kita yang kurang beruntung. Betapa sedihnya hari2 yang akan kita lalui, dan kalau saya pribadi, entah akan jadi apa saya bila tidak ada mereka.
Seperti sosok seorang ibu, tiada kata yang bisa melukiskan keindahan dan kemuliaan seorang ibu di mataku, bila ada tempat yang lebih baik dari syurga, maka orang yang paling layak mendapatkan tempat itu adalah seorang ibu...
Tiap keringat yang ia keluarkan adalah doa2 untuk kita, tiap udara yang dia hela adalah dzikir untuk keselamatan kita, tiap darah yang mengalir di nadinya adalah harapannya untuk melihat kita bahagia, oh ibu... apakah yang pantas aku ucapkan untuk menghargai semua yang telah engkau lakukan untukku? Mungkin tidak ada, hanya saja aku bertekad dan berjanji padamu, aku akan menjaga cucu2mu kelak dengan cara yang sama saat engkau merawat aku sewaktu aku masih kecil...
ibuku....
(Hj. Yenni Shophiah Mirzan)
Adalah sosok sederhana nan anggun yang pernah aku kenal. Beliau terlahir dari sebuah keluarga sederhana di Sebuah kampung kecil di Kerinci. Kakekku adalah seorang tani dan mantan pejuang kemerdekaan, sedangkan nenek adalah seorang guru. KAkekku adalah salah satu ahli waris dari pengusaha kaya di MAlaysia, dan keluarganyapun masih banyak yang berdomisili disana. Keluarga kakek bukanlah TKI di negri Jiran, tapi memang kakekku berasal dari negeri tersebut. Sedangkan nenek, nenek adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Semua adik2 nenek adalah tani kecuali beliau, namun mereka merupakan tani dan pedagang yg sukses kala itu. Nenek sudah di tinggal ayahnya saat masih kecil, saat itu buyutku menikah lagi, maka lahirlah adek2 nenek yang lain. Sedangkan kakek, hanya 2 bersaudara, adiknya memutuskan untuk tinggal di Malaysia setelah kepergian orang tua mereka. Nenek yang kala itu masih muda, dilamar oleh bupati kerinci yang menjabat saat itu, namun nenek lebih memilih kakek, seorang yatim puatu yang tiada bersanak saudara di perantauan. Setelah mereka menikah, mereka dikaruniai 8 orang (3 putri dan 5 putra)anak yang salah satunya adalah ibuku. Anak pertama dari keluarga nenek adalah Makwo (sebutan untuk bibi, anak paling tua) Farida. Makwo, menikah diusia sangat muda (12 tahun), jadi makwo harus ikut suaminya, dan alhasil ibuku sebagai anak wanita paling tua yang belum menikan menjadi pekerja di rumah, bagai mana tidak...
nenek adalah seorang guru SD yang harus pulang siang, dan kala itu saat pulang nenek juga menjajakan pakaian kredit kepasar dan pulang saat sore tiba. Sedangkan kakekku, dia sibuk berurusan dengan sawah dan ladangnya. Ibu menjadi kepala keluarga dadakan saat itu, mencuci, menyapu, mengepel, memasak, mengurus rumah sampai mengayomi adiknya yang kecil2 tu...
semua di lakoni oleh ibu...
Terkadang ibu bercerita dan sering mengenang kejadian tersebut, aku tak bs membayangkan. Bagai mana bisa... saat itu, ibuku yang masih usia SD, mencuci baju kakek, nenek dan ke 5 saudaranya yang lain di sungai dengan panas terik. Hm...
sungguh perjuangan yang mengharukan.
Ibu pernah bercerita, dulu saat beliau masih kecil, layaknya anak SD, sangat suka bermain karet sambil lompat2an, karena adik bungsunya yang kala itu masih Batita gak ada yang jagain, alhasil ibu menggendong adiknya sambil main, atau sambil mengais-ngais arang untuk menyetrika di belakang rumah makan dekat rumah. Aku nyaris menangis saat ibu cerita, namun herannya beliau tidak pernah menangis sedikitpun, malah beliau tertawa menceritakan kembali hal tersebut.
Saat remaja, ibu melanjutkan sekolah ke SMP 2 dan ke SPG, namun ibu tidak sempat menyelesaikan sekolahnya karena bapakku melamar dan mendesak untuk segera menikahi ibu. Akhirnya ibupun mengubur keinginannya dalam2 untuk menjadi seorang guru dan menikahi bapak guna untuk mengurangi beban kakek dan nenekku saat itu...
Namun untunglah saat itu masih terbersit cinta ibu untuk bapak, bayangkan jika tak ada...
mungkin aku takkan pernah dilahirkan...
Namun aku ada, dan sampai sebesar ini, itu menandakan ibu masih menyisipkan cintanya untuk bapak kala itu......
Umur ibu sudah makin beranjak, menikah dan mengandung (kakak ku) usia lebih kurang 5 bulan. HAl yang tidak diinginkan terjadi, Makwo Farida meninggal. Meninggalkan 3 orang anak yang masih kecil2, bahkan anak pertamanyapun belum lulus SD. BUkan main sedihnya nenek, kakek, ibu dan keluargaku yang lain saat itu (REd: aku blom ada coy...)Apa lagi, dengar2 dari teman almarhumah, makwo adalah orang yang sangat baik, ramah dan pemurah, makwo juga siswa terpintar di SPG, dia lulusan terbaik dan wajahnya paling cantik di desa (kata orang, makwo mirip lidiya kandau). Ibuku benar2 syok mendengar hal tersebut... Apalagi beliau saat itu tinggal jauh dari nenek dan makwo (bapak ku boyong ibu ke bengkulu setelah menikah, dan ibu adalah saudara yang paling dekat dengan makwo...
Hm, saat awal2 menikah dengan bapak, kel kami juga bukanlah keluarga yang kaya. Saat itu, ibu dan bapak harus bersedia tinggal dibawah kolong rumah orang lain. Karna hanya itu yang dapat disewa dari penghasilan bapak yang hanya PNS golongan paling buncit. Ibu tetap sabar menemani dan mencintai bapak kala itu, sementara kk ku lahir, dan 4 tahun kemudian disusul oleh kelahiranku, kami masih tinggal di kolong rumah orang. Untunglah saat adikku lahir tepat 2 tahun setelah kelahiranku, kami bs mengontrak rumah yang lebih baik dari sebelumnya, namun ttp masih kontrakan. Seingatku dulu, bapak punya vespa berwarna merah sebagai transportasi kekantor, tapi terpaksa dijual saat sibungsu masuk RS dan gak ada biaya lain.
Namun sekali lagi, ibu tidak pernah berpaling dari bapak, mungkin kali ini tidak hanya dari bapak, melainkan dari kami....
Bapak, ibu n sibungsu....
Entah kata dan kalimat apalagi yaang harus ditulis demi menggambarkan sosok soeroang ibu buatku, yang jelas...
Ibu adalah sebuah jawaban dari semua doa seorang anak.....
And Finaly....
You Are Every Think In The Word to Me
You Are My Fantasy
And You Are My Reality Mom.....
Dedicated For: My Mom, the Gread Anggel to My Live...
With Love...
Rita,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar