Selasa, 05 April 2011

Pheretima aspergilum

Thursday, 02 September 2010 10:07 | Written by Suharja Wanasuria | PDF | Print | E-mail

A. DAFTAR ISI BUKU
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab 1. Pendahuluan
Bab 2. Peranan Cacing Tanah

1. Cacing Menyuburkan Tanah
2. Sumber Pupuk Organik
3. Sumber Protein Hewani Pakan Ternak
4. Bahan Obat

Bab 3. Pupuk Organik Vermikompos

1. Pupuk dan Pemupukan
2. Pupuk Organik
3. Vermikompos

Bab 4. Morphologi Cacing Tanah

1. Segmentasi dan Pergerakan
2. Sistem Reproduksi
3. Rongga Tubuh
4. Dinding Tubuh
5. Sistem Pencernaan
6. Sistem Peredaran Darah
7. Sistem Pernapasan
8. Pengeluaran Ekskreta

Bab 5. Taksonomi Cacing Tanah

1. Klasifikasi Cacing Tanah
2. Megascolecidae dan Lumbricidae
3. Klasifikasi Sesuai Kebiasaan Hidup di Tanah
4. Cacing Lokal

# Bab 6. Biologi Cacing Tanah

1. Siklus Hidup Cacing Tanah
2. Proses Reproduksi
3. Pertumbuhan
4. Proses Reproduksi
5. Tingkah Laku Cacing Tanah

Bab 7. Fisiologi Cacing Tanah

1. Proses Pencernaan
2. Proses Pernapasan
3. Pengeluaran Ekskreta
4. Sirkulasi Darah
5. Reaksi Tubuh Atas Rangsangan Luar
6. Pergerakan Cacing Tanah

Bab 8. Teknik Beternak Cacing Tanah

1. Penetapan Tujuan Produksi
2. Persiapan Bibit Cacing Tanah
3. Kandang Pemeliharaan
4. Pemilihan Media dan Cara Pembuatannya
5. Jenis Pakan dan Pemberian Pakan
6. Aspek Pemeliharaan Rutin
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
8. Pemanenan Cacing Tanah

Bab 9. Pengolahan Produk Cacing Tanah

1. Biomas Cacing Tanah
2. Tepung Cacing Tanah
3. Pembuatan Vermikompos

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar Pustaka

B. RINGKASAN ISI BUKU

Cacing tanah pada umumnya sangat menjijikkan bagi kebanyakan orang. Tidak hanya bentuknya yang sangat aneh dengan permukaan tubuh licin mengeluarkan lendir jika dipegang tetapi juga jika memperhatikan lingkungan hidupnya yang mana beberapa spesies banyak dijumpai di tempat sampah, lumpur dan kotoran ternak. Tetapi bagi segelintir orang yang jeli melihat peluang, mempunyai akses informasi, ulet dan berjiwa bisnis jadilah ia sebagai enterpreneur agribisnis cacing tanah. Menjadi pembudidaya cacing tanah, mengelola proses produksi untuk menghasilkan berbagai produk berguna asal cacing tanah seperti pupuk casting (vermikompos), bahan obat dan lain – lain, serta memasarkannya bahkan sampai ke luar negeri.

Sudah ada banyak kemudahan untuk memulai membudidayakan cacing tanah secara serius dan terencana dengan perhitungan bisnis yang matang. Untuk berinvestasi pertama kali tidak membutuhkan biaya besar yang memberatkan, seperti halnya untuk pengadaan bibit, pakan dan perkandangan. Cacing tanah mempunyai nilai nutrisi yang tinggi antara lain protein dan asam amino yang seimbang sehingga diharapkan dapat membuka peluang untuk pemanfaatan yang lain. Demikian pula kandungan zat tertentu dalam tubuh cacing tanah mempunyai efek penyembuhan sehingga dapat digunakan sebagai obat untuk menanggulangi penyakit tifus, asma, diare, menghambat pertumbuhan kanker, dll. Selain itu di Jepang dan Australia cacing tanah sudah banyak digunakan sebagai bahan untuk industri kosmetika.

Cacing tanah sebenarnya berpotensi untuk mensubstitusi bahan baku sumber protein hewani yang umum digunakan khususnya tepung ikan dan tepung daging tulang. Asalkan harga tepung cacing tanah yang dihasilkan dapat kompetitif. Strategi harga ini bisa diwujudkan jika budidaya cacung tanah dalam skala besar dan proses penepungan yang efisien. Tepung cacing tanah merupakan sumber protein asal hewani yang berkualitas tinggi dan tingkat kecernaannya sebanding dengan kualitas bungkil kedele. Tepung cacing tanah dengan kadar bahan kering 77,1 % mengandung protein kasar 45,2 % ; ether extract 2,2 % ; neutral detergent fiber (NDF) 12,2 % ; acid detergent fiber (ADF) 9,8 % ; abu 19,3 % ; Ca 0,7 % ; P 0,4 % ; gross energy (GE) 2.960 kcal/kg. Sedangkan bungkil kedele dengan kandungan bahan kering 87,9 % mengandung 49,9 % protein, 21,1 % ; NDF, 3,4 % ; ADF, 7,8 % ; abu, 0,34 % ; Ca, 0,67 % ; P dan GE 4.735 kcal/kg.

Untuk merealisasikan penggunaan cacing tanah sebagai bahan baku alternatif untuk pakan unggas, maka cacing tanah segar perlu diproses terlebih dulu menjadi bentuk tepung. Berdasarkan kalkulasi teoritis, diasumsikan bahwa dari 100 ekor cacing dewasa dapat menghasilkan 100.000 cacing dewasa dalam waktu 1 tahun. Berat hidup seekor cacing dewasa berkisar 1 gram maka kapasitas produksi biomas cacing tanah adalah 100 kg per tahun dari populasi awal 100 ekor. Dalam tiap 1 kg cacing tanah kira – kira terdapat 1.000 ekor cacing tanah dewasa. Jika rata- rata persentase kandungan air cacing tanah adalah 72,69 % maka berat kering yang diperoleh setelah proses pengeringan adalah 27,31 kg. Proses penggilingan dalam pembuatan tepung akan menyebabkan susut giling sebesar 5 % sehingga berat bersih tepung cacing tanah yang bisa dihasilkan adalah 25,94 kg per tahun dari populasi 100 ekor cacing dewasa. Dalam prakteknya di lapangan, total populasi cacing tanah yang dipelihara bisa mencapai jutaan ekor. Bisa dibayangkan dari 1 juta ekor cacing yang dibudidayakan bisa menghasilkan 259,4 ton tepung cacing tanah per tahunnya.

Banyak substansi kimia dalam cacing tanah diduga sangat bermanfaat untuk penyembuhan penyakit dan oleh karena itu memerlukan penelitian lanjutan. Cacing tanah mengandung lumbrofebrin, lumbritin, terre strolumbrolysin, xanthine, adenine, dan hypoxabthine. Jenis cacing tanah yang biasa digunakan sebagai bahan obat adalah Pheretima aspergillum. Berdasarkan penelitian laboratorium, cacing Pheretima mempunyai khasiat yang berpengaruh terhadap :

1. Sistem saraf yaitu menenangkan, menghilangkan kejang – kejang, menurunkan panas, dan menghilangkan nyeri.
2. Sistem kardiovaskular yaitu menurunkan tekanan darah, menormalkan denyut jantung yang tidak teratur.
3. Sistem imunologi yaitu meningkatkan daya imun tubuh.
4. Melebarkan saluran pernapasan sebagai bronchidilatator.
5. Sirkulasi darah yaitu mencegah pembentukan trombus, mencegah pembekuan darah, menghancurkan trombus.
6. Anti tumor, dll.

Pupuk organik asal cacing tanah disebut vermikompos yaitu kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan – bahan organik oleh cacing tanah selama proses makannya. Proses perombakan bahan – bahan organik menjadi bahan yang unsur haranya mudah diambil akar tanaman dengan memanfaatkan kehadiran cacing tanah disebut vermikomposing. Pada dasarnya vermikompos merupakan campuran antara kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan yang dipergunakan selama pemeliharaan cacing tanah. Vermikompos merupakan ekskreta cacing tanah yang banyak mengandung humus dan dapat dipergunakan sebagai pupuk alami ramah lingkungan yang berasal dari biodegradasi limbah organik, bebas dari bahan kimia. Vemikompos mengandung unsur hara mikro dan makro yang dibutuhkan tanaman antara lain unsur N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo.

Vermikompos berdasarkan hasil penelitian ternyata mengandung hormon tumbuh. Hormon dalam vermikompos antara lain auksin 3,80 iigeq/ gr BK, hormon sitokinin 1,05 iigeq / gr BK dan giberelin 2,75 iigeq / gr BK. Hormon dalam vermikompos mempunyai banyak fungsi antara lain : memacu pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan ranting – ranting baru pada batang dan percabangan pohon, dan memacu pertumbuhan daun. Selain hormon, vermikompos juga mengandung enzim protease, amilase, lipase, selulase dan khitinase yang membantu menguraikan bahan organik.

Vermikompos asal cacing spesies Lumbricus rubellus mengandung N total 1,5 % ; P 70,30 mg/100 g ; K 21,80 mg/100 g ; Ca 34,99 mg/100 g ; Mg 21,43 mg/100 g ; S 153,70 mg/100 g ; Fe 13,50 mg/kg ; Mn 661,50 mg/kg ; Al 5,00 mg/kg ; Na 15,40 mg/kg ; Cu 1,7 mg/kg ; Zn 33,55 mg/kg; Bo 34,37 mg/kg ; pH 6,6 – 7,5. Vermikompos yang baik bisa dilihat dari ciri – ciri fisiknya antara lain warna hitam kecoklatan sampai hitam, tidak berbau, mempunyai tekstur yang remah, sudah matang tidak lagi dalam proses fermentasi dan C/N rasio < 20.

Pada kondisi lingkungan yang cocok, maka cacing tanah termasuk hewan yang sangat produktif dalam hal perkembangbiakannya. Cacing tanah sebagaimana kebanyak Oligochaeta adalah bersifat hermaphrodite yaitu dalam satu tubuh terdapat dua jenis kelamin berupa jantan dan betina tetapi meskipun demikian tidak dapat membuahi dirinya sendiri. Pada saat kopulasi (kawin), masing – masing cacing tanah akan saling membuahi dan menghasilkan kokon yang pada akhirnya akan menetas menghasilkan anak – anak cacing tanah. Saluran pencernaan cacing tanah relatif sederhana dan berupa semacam tabung yang memanjang dari depan ke belakang. Sistem pencernaan dari awal ke akhir meliputi rongga mulut, faring, esofagus, lambung, gizard dan usus halus. Cacing tanah mempuyai sistem sirkulasi darah yang tertutup dimana darah beredar melalui pembuluh – pembuluh darah.

Cacing tanah yang hidup di darat mempunyai sistem pernapasan melalui permukaan tubuh yang diupayakan tetap lembab dengan keberadaan kelenjar mukus di epidermis, pori – pori dorsal yang mengeluarkan cairan selomik dan ekskresi nephridia melalui lubang nephridia. Pada dinding tubuh cacing tanah terdapat banyak jaringan pembuluh darah kecil. Oksigen terlarut pada lapisan tipis di permukaan yang lembab akan meresap melewati kutikula dan epidermis ke dalam dinding tipis dari pembuluh darah kecil. Oksigen tersebut selanjutnya akan diambil oleh hemoglobin dalam darah dan melintas ke sekeliling tubuh.

Dasar-dasar utama pembudidayaan cacing tanah antara lain :

1. pH tanah / media harus dalam kisaran 6 – 7.
2. Media harus mempunyai sistem drainase yang baik
3. Tersedia sumber makanan berupa bahan organik yang cukup pada lingkungan media
4. Adukan tanah / media yang tepat. Komposisi jenis media bisa berbeda tergantung kadar karbon organik nya
5. Tingkat kelembaban tanah / media yang cocok.
6. Ventilasi media yang cukup terutama jika cacing tanah dipelihara dalam jumlah besar dalam suatu luasan yang terbatas.
7. Suhu media yang cocok.
8. Tingkat kepadatan populasi cacing tanah yang tepat.
9. Pembudidaya harus memahami dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai aspek siklus hidup cacing tanah yang dipeliharanya terutama siklus reproduksi.
10. Penerangan di atas media.

Harga Lokal : Rp 35.000,- (tuga puluh lima ribu rupiah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar